Bab 9

613 58 0
                                    

Delima mengerjap-ngerjapkan matanya, kulitnya terasa hangat karena cahaya matahari yang masuk dari jendela kamar, pasti semalam ia lupa lagi menutup tirai kamarnya. Tangannya meraba-raba kasur mencari ponselnya, delima terpekik kaget dan reflek duduk setelah melihat jam di ponselnya yang menunjukkan angka setengah 12 siang. Rupanya ia tidur sudah seperti orang mati, tapi beruntungnya ini adalah hari sabtu.

" Astaga...". Delima mendengus menyadari bahwa ia bangun sangat siang dan melewatkan sholat subuh hari ini. Tangannya mengurut pelan pelipis kepalanya yang terasa pening. Ntah kenapa nyeri di perutnya belum juga membaik, padahal biasanya akan langsung sembuh setelah minum obat, kepalanya juga sangat pusing.

Delima berusaha bangkit berdiri, berjalan pelan ke arah pintu kamar, tapi ketika pintu sudah setengah terbuka, aroma kuat dari sabun lantai langsung menusuk hidungnya, ia mendadak merasa sangat mual, berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya yang lagi-lagi hanya berupa cairan bening saja yang keluar.

Hoek..
Hoek..
Hoek..

Delima menepuk dadanya pelan meminimalisir rasa mual, ia keluar kamar mandi dengan langkah gontai dan mendapati bi Nunik yang sedang mengepel lantai dapur, ia ingat kalau hari ini memang jadwal bi Nunik datang.

" Mba Delima baru bangun? Saya pikir tidak ada di rumah, karena dari tadi tidak ada siapa-siapa semenjak saya datang kecuali mas Arkha di lantai atas ".

Delima hanya mengangguk, mengambil gelas kosong bersih kemudian berjan ke dispenser, mengisi gelasnya dengan air dan meneguknya pelan. Baru dua teguk air masuk kerongkongan, Delima kembali merasakan mual, ia menundukkan badannya yang lemas di wastafel dapur. Bi Nunik yang melihat itu langsung bergegas menaruh alat pelnya kemudian menghampiri Delima, tangannya mengelus pelan punggung Delima, wanita tua itu tampak sangat khawatir.

" Mba Delima sakit? Apa perlu saya beri tahu mas Arkha supaya mba Delima di bawa ke rumah sakit?", tanya bi Nunik lembut, tangan keriputnya beralih memegang dahi Delima yang hangat, wajah Delima juga sangat pucat.

" Engga usah bi, saya gpp, cuma sakit lambung yang kambuh karena kemarin makan ga bener, nanti setelah minum obat pasti sembuh ". Jawab Delima dengan suara yang terdengar lemah

" Ya sudah, mba Delima duduk saja istirahat, hari ini biar saya saja yang bantu mba Delima memasak ". Lanjut bi Nunik

" Bi Nunik kalau sudah selesai pulang saja, engga usah masak, siang ini saya ada janji dengan Sita untuk pergi makan dan membantunya mencari buku keperluan kuliah ". Jawab Delima sambil mendudukkan diri ke kursi ruang tengah, tangannya meraih remot TV di meja, kemudian memencet tombol hijau pada remot itu, seketika TV di depannya menyala dan menayangkan acara berita tengah hari. Delima menyandarkan punggungnya ke kursi, perutnya benar-benar terasa seperti diaduk-aduk dan otot perutnya kencang seperti kram haid, kepalanya juga pusing.
Tapi Delima tetap berencana akan pergi menemani Sita, Delima rindu sekali dengan sahabatnya itu, karena sudah jarang sekali bertemu. Pikirnya kalau sampai sore nanti ia masih sakit, ia akan minta tolong Sita untuk menemaninya ke klinik dekat rumah.

Pukul 12.30 bi Nunik pamit pulang, Delima mengantarnya sampai ke pintu, bi Nunik berpesan agar Delima makan benar dan istirahat cukup, ia juga menegaskan kalau bisa Delima lebih baik berobat saja. Delima tersenyum, melambaikan tangannya kepada bi Nunik yang sudah duduk di atas boncengan motor, ia dijemput oleh anak laki-lakinya paling kecil yang masih SMP. Delima sedikit berteriak mengisyaratkan agar mereka berhati-hati di jalan. Ia menutup pintu rumah sesaat setelah motor yang ditumpangi oleh bi Nunik dan anaknya mulai melaju.

Delima mematikan TV yang sebelumnya ia nyalakan tadi, kemudian berjalan menuju kamar. Ketika akan melewati tangga, Delima melihat Arkha berpakaian rapi sedang menuruni tangga. Jangankan menyapa, Arkha sama sekali tidak menoleh ke arahnya, ia terpaku kemudian tersadar sesaat setelah mendengar deru mobil Arkha meninggalkan pekarangan rumah.

Arkha melajukan mobilnya dengan hati bahagia, sepanjang jalan bibirnya terus tersenyum, dia bersenandung kecil, tak sabar untuk bertemu dengan Sarah. Begitu sampai di mall, Arkha bergegas mencari sarah yang sudah lebih dulu sampai dan sedang menunggunya di coffee shop ternama berlogo hijau yang ada di lantai 1, dari kejauhan Arkha bisa melihat Sarah yang sedang duduk di ujung meja dekat Barista sambil menyesap kopi machiato favoritnya. Sarah tampak sangat anggun, ia memakai gaun sabrina berwarna putih gading memperlihatkan lehernya yang jenjang, memakai heels berwarna hitam, make upnya tipis natural dan rambutnya dibiarkan tergerai. Sarah melambaikan tangannya dan Arkha segera mendekat, mengambil duduk berhadapan, mengobrol santai dan sesekali saling melempar candaan. Sampai tak terasa mereka sudah duduk di sana hampir satu jam.
Arkha bangkit berdiri mengajak Sarah pergi ke salah satu toko kacamata di lantai yang sama dengan coffee shop itu, letaknya tepat di seberang gramedia. Ia menggenggam tangan Sarah, memasuki toko itu, salah satu tangannya memilih-milih kacamata di showcase dan memasangkannya ke Sarah, kemudian tersenyum. Mungkin saat ini orang lain yang melihat mereka, pasti akan mengira kalau mereka adalah pasangan kekasih.

Delima kelelahan setelah mengikuti Sita yang memutari lorong-lorong gramedia lebih dari 4 kali untuk memastikan bahwa buku yang ia cari benar-benar memang tak ada di sana. Delima menarik tangan Sita, mendengus kesal, sahabatnya itu hanya bisa tersenyum nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

" Ayo pulang, aku capek muter-muter kaya gini, udah jelas-jelas bukunya engga ada ! ". Muka delima tampak kesal, sedangkan Sita cuma tertawa lucu melihat muka sahabatnya itu.

Mereka berdua akhirnya berjalan keluar toko buku itu, baru tiga langkah, Delima mendadak berhenti, tubuhnya kaku mendapati pemandangan di depannya saat ini, di seberang sana Delima melihat sosok Arkha yang sedang bergandengan tangan dengan seorang perempuan, Arkha terlihat sangat bahagia, bahkan selama Delima menikah dengan Arkha, belum pernah sekalipun ia melihatnya tersenyum seperti saat ini. Dan yang makin membuat Delima terkejut adalah perempuan yang sedang bersama Arkha saat ini terasa sangat familiar baginya, ya..itu adalah Sarah, perempuan yang Delima curi fotonya untuk membuat akun sosial media palsu. Perempuan yang sangat didambakan Arkha.

Tbc >>>>...

Beautiful LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang