Bab 15

800 70 2
                                    

Delima bangun lebih pagi dari biasanya, ketika keluar kamar, ia tak lagi mendapati Aira yang semalam ketiduran di ruang tengah. Seisi rumah tampak sepi dan gelap, bukan hanya karena beberapa lampu yang memang sengaja dimatikan setiap malam, tapi juga karena matahari di luar belum sepenuhnya terbit. Ia membuka jendela dan pintu belakang, merasakan angin pagi menerpa kulitnya, sejuk.

Hari ini ia bertekad untuk menjadi lebih kuat lagi dari sebelumnya, ia harus mengambil hati mertua perempuannya itu pelan-pelan, dan tak akan membiarkan Sarah merebut kebahagiaannya lebih jauh lagi. Rencananya Delima akan memasak beberapa makanan enak untuk mertuanya selama ia menginap di rumah. Ibunya pernah bilang, kalau cara paling cepat untuk menakhlukkan hati orang lain adalah melalui makanan dan menunjukkan perhatian yang tulus. Delima tersenyum. Kali ini disertai semangat dan rasa optimis, ia berjalan menuju ke dapur. Membuka kulkas. Tangannya meraih paper bag berisi english muffin di rak kedua, juga mengambil beberapa butir telur, 1 kotak butter, dua buah lemon, smoked beef dan beberapa potongan daun parsley di laci khusus sayuran paling bawah yang ada di dalam kulkas. Sarapan kali ini, ia berencana membuat Egg Benedict dan susu karamel hangat.

Suara deheman pelan membuat Delima sedikit berjingkat terkejut, ia kemudian menoleh, di belakangnya berdiri Arkha, rambutnya berantakan. Sepertinya ia baru bangun.

" Aku lapar ".

Arkha berkata dengan suara serak bangun tidurnya. Ada se-titik bahagia di dalam hati Delima, Arkha yang biasanya tak menganggap ia ada, pagi ini tiba-tiba lebih dulu mengajaknya bicara. Bersyukur Arkha mulai mau memakan masakannya.
Delima tersenyum, tangannya mengisyaratkan agar Arkha duduk di kursi pantry yang ada di depannya. Ia mengambil gelas kosong, mengisinya dengan air hangat dan dua sendok madu, mengaduknya.

" Air madu baik di minum setelah bangun tidur, untuk menyuplai kebutuhan glukosa di dalam otak, supaya badan tetap vit meskipun seharian berkegiatan ". Delima menjelaskan khasiat air madu yang ia bikin sambil memberikan gelas tersebut kepada Arkha untuk diminum. Suaminya itu menurut. Meminumnya.

" Delima rencananya mau bikin Egg Benedict untuk sarapan, tapi smoked beefnya masih beku karena baru keluar dari Freezer, mas Arkha masih mau nunggu atau mau Delima masakin yang lain? ".

Hening

" Yaudah, Delima bikinin Pasta carbonara, mas Arkha mau? "

Arkha mengangguk setuju. Delima segera mengambil panci untuk merebus pasta. Kemudian mulai menyiapkan bahan untuk membuat saus carbonara nya.

Hanya dengan lima menit, waktu yang Arkha butuhkan untuk menghabiskan sepiring pasta buatan Delima. Arkha beranjak menaruh piring kotornya di wastafel, melirik ke arah Delima yang sibuk mengolah bahan masakan yang telah ia siapkan tadi untuk membuat Egg Benedict. Ia berinisiatif untuk mencuci piring tersebut tapi urung karena tiba-tiba ponsel di sakunya berdering. Sarah menelfon. Delima hanya bisa menggelengkan kepala melihat Arkha yang bergegas naik ke lantai atas tanpa mengucapkan apa-apa, bahkan kata " terimakasih" karena telah memasak makanan untuknya pun tidak Delima dapat.

Sudah lebih dari 30 menit, Aira tak henti memuji sarapan buatan Delima. Adik iparnya itu bahkan menjelaskan dengan detail se-enak apa Egg Benedict buatannya. Saat ini mereka sedang duduk di ruang tengah, bersama mertuanya juga. Delima hanya tersenyum mendengar celotehan penuh pujian dari adik iparnya itu sambil sesekali menyesap susu karamel buatannya yang masih panas. Berbeda dengan Aira yang sangat antusias memuji masakannya, ibu mertuanya hanya diam, Delima tau kalau sebenernya mertuanya itu juga menyukai masakannya. Buktinya tadi beliau juga menghabiskan makanannya tanpa sisa.

Pukul sepuluh, ada yang mengetuk pintu rumah. Delima saat itu sedang menyetrika baju di ruang laundry, sedangkan adik ipar dan mertuanya sedang menonton TV di ruang tengah. Ia berjalan lebih dulu untuk membuka pintu sebelum Aira sempat berdiri. Mendahului.

Deg

Jantungnya terasa berhenti, mendapati Sarah yang ada di depannya saat ini. Sarah menatapnya jutek, kemudian masuk ke dalam rumah begitu saja sambil meneriaki nama Arkha beberapa kali, sebelum dipersilahkan oleh Delima.

" Sarah ". Sapa ibunya Arkha dengan senyum mengembang di bibirnya.

Belum sempat Sarah menjawab sapaan itu, Arkha sudah terlebih dulu turun menghampiri, kemudian memeluk pinggangnya. Delima yang menyaksikan itu hanya mampu menunduk. Sedih.

" Kalian mau ke mana?, ibu ikut ya, bosen di rumah terus".

Dari raut wajahnya terlihat bahwa Sarah tidak suka kalau ibunya Arkha harus ikut. Namun laki-laki itu sangat menyayangi ibunya. Ia memilih meng-iyakan permintaan ibunya itu dan mengesampingkan muka sarah yang tertekuk kesal, dalam hatinya mungkin Sarah tidak akan bisa leluasa meminta beli ini dan itu kalau ada ibunya Arkha bersama mereka.

Selepas kepergian mereka bertiga, Delima dan adik iparnya hanya bisa saling menatap. Tersenyum kecut.

Tbc >>>>

Beautiful LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang