Bab 16

765 75 2
                                    

Malam itu mertua dan adik iparnya memutuskan untuk kembali ke kota C. Tidak seperti rencana saat awal datang, waktu itu Aira bilang kalau mereka ingin menginap dua hari di rumah. Tapi, selepas maghrib, tante Gina mendadak menelfon dan mengatakan kalau suaminya terkena tifus, ia harus menjaga suaminya selama rawat inap di rumah sakit, anak kedua tante Gina masih balita, tak ada pengasuh, sedangkan anak pertamanya baru empat minggu yang lalu kembali ke Paris untuk melanjutkan pendidikannya di Sorbonne setelah libur semester, selama 3 bulan. Tante gina tak punya keluarga lain di sana, selain keluarga Arkha, karena ibunya Arkha dan tante Gina hanyalah dua bersaudara. Sedangkan keluarga dari suaminya, semua ada di samarinda, karena berasal dari sana.

Arkha mengantar ibu dan adiknya ke stasiun kereta. Harusnya malam ini jadwal Arkha pulang ke kota C juga. Tapi ia memutuskan kalau minggu ini ia tak akan pergi dan mengambil jatah bolos kuliah arsiteknya. Tadi siang ia bertengkar lagi dengan Sarah. Tentu saja di belakang ibunya. Sarah merasa ia tak bisa leluasa berbelanja barang yang ia mau. Menurut Sarah, ibunya Arkha terlalu banyak aturan. Ia memaksa Sarah membeli apa yang ia pilihkan untuknya, sehingga Sarah gagal mendapat sepatu yang ia inginkan, karena ibunya Arkha bilang sepatu itu kurang cocok untuk Sarah. Di depan ibunya Arkha, Sarah sama sekali tak menunjukkan rasa ketidak sukaannya. Di belakang, ia marah-marah keapada Arkha dan bilang kalau ibunya punya selera yang kolot. Arkha tak terima dengan apa yang Sarah bilang tentang ibunya, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa, dia takut Sarah akan meninggalkannya. Pada akhirnya ia memilih untuk menenangkan diri terlebih dahulu, agar emosinya dan Sarah sama-sama mereda.

Arkha pulang ke rumah pukul dua belas malam lewat. Ia seperti orang lelah, matanya sendu tak seperti biasanya. Semenjak pulang dari mall bersama Sarah dan ibunya tadi, mukanya tampak lesu. Ia berjalan menaiki tangga. Satu jam kemudian kembali turun, duduk di ruang tengah dan menyalakan TV, rambutnya basah seperti habis mandi, kemeja dan celana penjangnya telah berganti dengan celana pendek dan kaos. Delima yang melihat itu cuma bisa menghela napas pelan, ia berjalan ke dapur kemudian mengambil susu cair di dalam kulkas, memindahkannya ke dalam panci kecil kemudian memanaskannya. Ia menaruh gelas  yang berisi dua sendok madu di meja pantry, setelah susu yang tadi dihangatkan hampir mendidih, Delima mematikan kompor, kemudian menuangkannya ke gelas tersebut. Mengaduknya.

" Delima bikinin mas Arkha susu hangat pakai madu. Susu ini akan membuat mas Arkha nyaman, dan madu akan mengembalikan tenaga mas Arkha setelah sibuk seharian ".
Delima berjalan mendekati Arkha, menaruh gelas berisi susu madu itu di atas meja di depannya, kemudian duduk di sebelah Arkha.

Arkha menoleh, ia tertegun cukup lama memandang perempuan di sebelahnya saat ini, rambutnya hitam sebahu, mata cokelatnya sangat indah, dan ia mempunyai lesung pipi yang manis. Sejak kapan Delima berubah? Bahkan Arkha tak menyadari kalau Delima sudah tak se-gendut dulu lagi. Ah tidak..tidak, bukan cuma sedikit berkurang, tapi berat badan Delima terlihat mendekati ideal. Ia memakai baju tidur tipis selutut, kulitnya putih bersih. Perutnya terlihat sedikit membuncit. Apa Delima benar-benar sedang mengandung anaknya?, batin Arkha berkecamuk.

Pagi tadi selepas Arkha, Sarah dan ibunya berangkat. Delima mengajak Aira untuk menemaninya ke salon. Rambut Delima telah tumbuh semakin panjang, melewati punggung. Ia memutuskan untuk memotong rambutnya karena merasa di kehamilan bulan ketiga ini, tubuhnya mudah gerah. Sebelumnya Delima telah memutuskan memberi tahu Aira soal kehamilannya, mebuat adik iparnya kegirangan. Setelah dari salon, mereka masuk ke sebuah toko baju, Delima merasa kalau akhir-akhir ini bajunya longgar, ia pikir itu karenan serat kainnya merenggang karena sering di cuci, tapi ternyata berat badannya yang memang turun banyak tanpa ia sadari. Ukuran bajunya turun 3 tingkatan dari sebelumnya.
Aira memuji kaka iparnya yang terlihat cantik dengan dress panjang berwarna merah maroon, perutnya sedikit menonjol, yang biasanya tidak terlihat karena baju-bajunya yang kebesaran. Ia kagum dengan transformasi kaka iparnya saat ini. Aira berjalan ke pojok display pakain tidur saat Delima sedang berganti baju. Ia memilih beberapa baju tidur tipis, pikirannya merencanakan sesuatu yang konyol, ia akan memaksa kaka iparnya itu untuk membeli dan memakai baju tipis itu ketika kakanya sedang di rumah. Setidaknya itu termasuk ide yang bagus untuk memperbaiki hubungan Delima dengan kaka laki-lakinya.

Baju itu yang sedang dikenakan Delima saat ini. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, karena Arkha memandangi dirinya cukup lama, ia salah tingkah, kemudian beranjak berdiri, berjalan ke arah dapur, mengambil ponselnya yang tadi ia letakkan di meja pantry saat membuatkan Arkha minum. Memencet-mencet layarnya asal. Dapur yang sudah gelap, sorot cahaya lampu dari pekarangan belakang yang masuk melalui jendela, menambah kesan transparan dari pakaian yang dikenakan Delima.
Dua tiga menit tak ada pergerakan sama sekali, ia masih mematung berdiri, dan Arkha masih di posisi yang sama di ruang tengah, menatapnya intens. Tangan Delima sedikit berkeringat. Gugup. Lima menit setelahnya, ia baru mendengar suara langkah kaki yang sedang mendekat ke arahnya.

" Delima..".

Untuk kali pertama selama 3 bulan pernikahan, Arkha memanggil namanya. Delima menoleh. Wajah Arkha tepat di hadapannya, mata sipitnya berpendar seperti bara api yang ingin membakar sesuatu. Ia membiarkan Arkha menggenggam tangannya, menciumnya lembut. Dalam hitungan satu detik, Arkha mengangkat tubuh Delima, menggendongnya masuk ke dalam kamar. Delima merasa malam ini adalah malam terbaik sepanjang pernikahannya. Ia membiarkan Arkha melukis puisi-puisi cinta di atas tubuhnya, sekali lagi.

Paginya mereka terbangun tepat saat adzan subuh dengan posisi masih saling berpelukan. Hari itu pertama kalinya mereka salat berjamaah. Delima mencium tangan Arkha selesai salat. Tak ada percakapan setelahnya, tapi mata Arkha sudah tidak terlihat sendu lagi. Ia lebih rileks pagi ini.

Tbc >>>>

Teruntuk readers yang baik hati, minta tolong bintangnya. Atau beberapa mungkin ada masukan untuk author, silahkan tulis di kolom komentar ya❤❤❤❤
Terimakasih  dan selamat membaca ❤❤❤

Beautiful LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang