M Y . 34

3.2K 277 14
                                    

Ditengah perjalanan pulang, di sepanjang koridor, Seokjin, Yoongi, dan Jimin mengobrol asik. Seokjin yang mendapat sapaan dari orang-orang sekitar sehingga lelah karena terus-menerus menundukkan kepala. Yoongi yang tertawa karena melihat tingkah laku sang kakak, juga Jimin yang tidak ada habisnya meledek kakak-kakaknya.

Namun tiba-tiba Jimin merasakan sesuatu tidak enak diperutnya. Iya, Jimin tidak tahan ingin buang air kecil, Jimin pun memutuskan untuk ke toilet rumah sakit terlebih dahulu.

"Hyung, aku kebelet! Aku ke toilet dulu ya, kalian duluan saja." Ucap Jimin.

"Dasar anak itik, bisa-bisanya dia." Cibir Yoongi.

Jimin berlari kearah toilet yang ada dirumah sakit ini. Untung saja ini bukan yang pertama kali Jimin ke rumah sakit dimana tempat kakaknya bekerja dan berobat, jadi Jimin sudah hafal dimana ruang toilet itu.

Sementara kakak-kakaknya pergi duluan ke mobil dan akan menunggu Jimin di mobil.

Setelah melaksanakan apa yang Jimin inginkan, ia pun kembali berjalan dengan tenang dan menuju bagian parkir mobil karena ia tahu bahwa kakak-kakaknya pasti sudah menunggu disana.

Mata nya membola saat melihat suatu ruangan dengan gorden yang tertutup sebagian. Jadi, Jimin bisa melihat isi ruangan itu dengan jelas. Napasnya tiba-tiba tidak beraturan ketika melihat ruangan itu. Mata nya memanas, siap-siap saja kalau air matanya sebentar lagi akan membasahi pipinya.

"Tidak..." Ujar Jimin pelan.

"Tidak! Tuhan! Aku mohon!" Lagi-lagi Jimin meracau pelan.

Lagi-lagi hatinya semakin sakit jika melihat isi ruangan tersebut.

Jimin menjatuhkan dirinya sendiri lalu memeluk kedua kaki nya yang sudah ditekuk.

"Ibu... Jin hyung... Tidak! Kenapa lagi Tuhan!? Ada apa lagi!?"

Keluar seseorang yang tidak asing bagi Jimin dan menghampirinya.

"Jimin kau kenapa!?" Tanya nya.

"Andwe!!!" Jimin berteriak dan berlari sekencang mungkin meninggalkan seseorang yang menghampirinya barusan.
.
.
.

"Mengapa Jimin lama sekali?" Gerutu Yoongi yang sudah tidak sabar ingin pulang ke rumah.

Tapi mereka masih harus menunggu Jimin, padahal Jimin hanya ke toilet, tapi mengapa lama sekali? Apakah Jimin menggosip dulu bersama orang lain?

Tidak, tidak. Jimin memang suka ghibah, tapi dia juga tahu waktu dan harus dengan orang yang benar-benar ia kenal. Hoseok contohnya, kakaknya sendiri, memang Hoseok dan Jimin tidak beda jauh sifatnya.

"Hyung! Dia menangis!?" Ujar Yoongi yang panik ketika melihat Jimin dari jauh ternyata sudah menangis sambil berjalan kearah mobil.

"Jimin-aa? Wae? " Tanya Seokjin.

"Hyung... Haruskah!? Ah! Aku terlalu capek hyung!" Kata Jimin setengah-setengah membuat Seokjin dan Yoongi tidak mengerti.

Tanpa basa-basi, Jimin memasuki mobilnya dan duduk disamping Seokjin. Jimin hanya bisa melamun dan mengingat kejadian apa yang ia lihat barusan di rumah sakit.

Memang Jimin lihat apa, sih? Sampai sesakit itu?

Lihat Jimin sekarang, ia hanya melamun dan sesekali air mata nya jatuh. Bahkan saat sang kakak memanggil pun tidak dijawab, pikirannya melayang entah kemana.

"Dia kenapa hyung? Kita panggil tidak menjawab." Ujar Yoongi.

"Biarkan saja, biar dia memenangkan dirinya sendiri dulu."
.
.
.

Just One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang