Chapter 2 : Sebuah Dunia Baru

145 25 11
                                    

Baca sampai akhir

***

"Selamat tinggal, semua!" sahut Lilac dari dalam mobil. Ia tengah menyembulkan kepalanya keluar jendela lalu melambaikan tangan kepada kakek dan juga Junho. Senyum manis terukir di wajahnya. Ia ingin memberikan salam perpisahan terbaik dengan bertabur senyum.

Kakek dan Junho pun balas melambai pada mobil Lilac yang mulai menjauh. Tapi tiba-tiba Junho berlari kecil mengejar mobil sahabatnya sambil berteriak, "Datanglah saat musim semi!"

Lilac pun tersenyum. "Tentu saja!" teriaknya. "Tunggu aku di musim semi, Junho hyung! Harabeoji!"

Junho kemudian mulai memelankan larinya. Namun masih melambaikan tangan pada Lilac, tak menyurutkan senyum di wajahnya. Ia hanya tidak rela Lilac datang dan kemudian pergi secepat itu. Rasanya sudah sangat lama ia tidak melihat wajah adik kesayangannya, namun ternyata waktunya sangat singkat. Junho sungguh menyayangkannya, namun itu semua juga bukan salah siapa pun. Setidaknya ia senang Lilac akhirnya kembali menemui dirinya.

Junho akan merindukannya.

***

Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, akhirnya Lilac dan orang tuanya sampai di Seoul. Setibanya di rumah, ayah Lilac langsung berpamitan untuk mengurus pekerjaannya. Sedangkan ibu sibuk memasak setelah selesai membereskan barang-barang mereka. Jadilah Lilac berbaring sendirian di kamarnya.

Merasa bosan tentu saja. Kalau saja ia masih di Busan maka ia tentu akan meminta kakeknya menyeludupkan dirinya ke gudang. Sekalian meminta kakek menjelaskan apa fungsi dan kegunaan koleksi-koleksinya itu. Atau setidaknya bermain dengan Junho. Ah, baru sebentar saja dia sudah rindu Busan lagi.

Yang paling Lilac tidak sukai ketika kembali ke Seoul adalah sekolah. Yah, siapa anak yang suka sekolah? Setidaknya 6 dari 10 anak di dunia pasti akan memilih bermain game dibanding sekolah. Tapi itu bukan berarti Lilac tidak memedulikan pendidikan. Dia peduli dengan pendidikannya, dia hanya tidak suka sekolah saja. Tapi sekarang karena dia sudah kembali ke Seoul, otomatis dia harus bersekolah besok. Menyebalkan.

Lilac menggulingkan tubuhnya ke samping. Berniat untuk tidur walau sebenarnya sekarang masih jam 10 pagi. Biarlah, dia mengantuk kapan saja jadi hak baginya untuk tidur kapan saja. Lagi pula tidak ada undang-undang yang melarang manusia tidur di jam 10 pagi.

"Hoam...." Lilac menguap lebar. Lalu matanya mulai berkedip lambat. Kantuk mulai menyerangnya. Peri tidur telah hampir membawanya ke dunia bawah sadar. Namun mendadak, dia langsung terbangun hanya karena teringat sesuatu hal.

Kemarin Lilac mengantongi kunci yang dia dapatkan di gudang sang kakek. Lalu dia teringat kunci itu masih tersimpan di saku celana yang kemarin dia pakai.

"Sial!" Pemuda itu menepuk jidatnya. Merutuki dirinya sendiri, mengapa ia bisa lupa membawa kunci itu pulang ke Seoul.

Cepat-cepat Lilac berlari ke luar kamar. Dia ingat ibunya memasukkan pakaian yang kemarin ia pakai ke dalam keranjang cucian kotor. Mungkin celana dan kunci kakeknya ada di sana. Dia tidak tahu kunci itu penting atau tidak jadi ia harus menemukannya. Mana tahu kunci itu adalah kunci rumah kakeknya, bahaya jika hilang karena dirinya.

Lilac mengorek-ngorek keranjang berisi pakaian kotor itu dengan tergesa. Sedikit panik karena waswas. Jantungnya berdebar debar tak karuan takut kalau sampai kunci itu hilang.

Grandpa's Key [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang