Chapter 12 : Sang Raja dan Sebuah Rahasia

41 12 4
                                    

"L-lepaskan aku!"

Lilac meronta saat tubuhnya diseret paksa oleh Cyrus dan Luther ke dalam sebuah istana. Sisi kanan kiri penuh dengan perabotan berbahan dasar emas dan berlian yang berlikauan. Tirai besar yang menghiasi jendela raksasa dinding bangunan megah tersebut. Lilac tidak paham mengapa ia dibawa ke tempat itu. Namun, dia jauh lebih khawatir dengan Thunder yang terluka.

"Aku tidak punya urusan dengan kalian. Lepaskan aku!" teriak Lilac.

Cyrus mengangkat telunjuknya. Ujung jari tersebut pun mengeluarkan sekerlip cahaya berwarna ungu. Cyrus pun menempelkan telunjuknya itu di kening Lilac. Sontak Lilac merasakan sengatan listrik yang menjalar ke seluruh tubuhnya dan seketika membuat dirinya jatuh ke lantai.

"T-tubuhku ...."

Cyrus menghela napas kasar. "Aku sudah bilang, diam."

Pria bersurai hitam itu mengeluarkan sehelai kain panjang berwarna hitam. Dia lalu menutup mata Lilac menggunakan kain tersebut. "Apa yang kau laku—"

"Kubilang diam!" bentar Cyrus. Lilac pun tersentak dan langsung menutup mulutnya.

Cyrus kembali menyeret tubuh Lilac hingga sampai di pintu besar dengan ukiran angsa emas di permukaannya. Pintu tersebut terbuka. Menampilkan sebuah ruangan yang luar biasa megah bertahtakan sebuah singgasana. Duduk seorang pria berjubah yang memakai mahkota emas dengan wajah terangkat angkuh.

Sang raja menatap kedatangan dua pesuruhnya yang membawa seorang pemuda. Persis seperti yang dia minta. Cyrus pun menarik Lilac hingga terduduk di depan raja. Setelahnya, dia beserta Luther pun berlutut memberikan hormat.

"Hormat kami, Yang Mulia. Kami sudah berhasil membawa orang itu," ucap Cyrus.

Raja tersebut pun melipat kakinya angkuh sambil memicingkan mata ke arah Lilac. "Aku ingin lihat wajahnya dulu."

"Baik, Yang Mulia."

Luther pun melepas kain yang menutup mata Lilac. Mata sang raja terbelalak, begitupun dengan Lilac sendiri. Pasalnya, wajah yang Lilac lihat saat ini benar-benar mirip dengan seseorang di kehidupan nyatanya. Hal itu pun dirasakan oleh sang raja. Dia merasa hatinya terenyuh menatap pada Lilac.

"Junho Hyung?" Lilac bergumam. Wajah sang raja itu sangat mirip dengan Junho. Lilac berpikir, apa ini hanya sebuah kebetulan? Atau hanya perasaannya saja?

"Siapa yang kau panggil hyung, huh? Hormatlah pada Yang Mulia Raja Cassius." Luther mendorong tengkuk Lilac ke depan. Memaksa remaja itu untuk ikut memberi hormat. Namun, Lilac kembali mengintip. Ingin memastikan kembali persoalan yang menjadi tanda tanya di kepalanya.

Raja itu berdehem sekali. "Siapa namamu, anak manis?" tanya raja tersebut.

Lilac terkesiap. Dia merasa bingung dan takut secara bersamaan. Sebab suara raja itu yang begitu tegas. Cyrus berdecak kala Lilac tak kuniung bersuara. Dia pun memukul punggung Lilac seraya bercakap, "Sebutkan namamu!"

Lilac tersentak. Dengan sedikit gagap dia menjawab. "N-namaku, Lilac."

Mata Raja Cassius membola, kemudian memicing tajam ke arah Lilac. Membuat pemuda dengan mahkota bunga yang senantiasa menempel di kepalanya itu sedikit beringsut takut.

"Jadi, kaulah yang telah menyelamatkan Hillarośa?" tanya Raja Cassius.

Lilac terkesiap bingung. Dia menatap ke arah Cyrus dan Luther bergantian. Bingung harus menjawab apa. Sebab, dia sendiri tidak tahu dari mana asal kekuatannya waktu itu. Yang dia tahu hanyalah, saat dia menyentuh pohon Hill, ia kembali menjadi subur. Lalu, tahu-tahu sihir meledak dan membuat Hillarośa kembali pulih.

Grandpa's Key [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang