Chapter 14 : Sebuah Kesungguhan

47 12 8
                                    

"Kepalaku rasanya sakit sekali," gumam Lilac sembari mengelus kepalanya dengan lembut. Beberapa waktu lalu pengawal raja yang dengan tidak sopannya menculik dirinya datang dan memaksa untuk melepas mahkota bunganya. Lilac sempat menolak dan merotasikan mata, berkata bahwa ia tak akan berhasil melepasnya. Namun peri element petir itu tetap keras kepala dan memaksa untuk menarik mahkota tersebut. Hasilnya bukan kesuksesan, yang ada Lilac menangis keras karena kepalanya terasa seperti akan lepas.

"Awas saja dia! Dasar orang kasar!" maki Lilac di depan cermin. Kini dia sedang memandang dirinya dengan seksama. Tak pernah Lilac memakai pakaian seperti ini. Biasanya dia hanya memakai kaos dan celana pendek. Tapi sekarang, dia memakai sebuah kemeja berwarna biru muda dengan model seperti jubah, dihiasi pernak-pernik berlian kecil beragam warna. Serta sebuah celana panjang dan sepatu pantofel yang bahannya tidak pernah Lilac lihat di bumi.

"Bagus juga. Kira-kira dengan apa mereka membuat sepatu ini? Apa kulit buaya? Aku tidak pernah melihat bahan seperti ini sebelumnya," gumam Lilac mengangumi sepatunya.

Tiba-tiba pintu ruangan di mana Lilac berada dibuka. Sang raja datang sambil menyungging senyum simpulnya. Lilac yang tidak pernah menemui seorang raja dan tidak tahu harus berbuat apa pun membungkukkan tubuhnya. Dia rasa, tidak sampai bersujud pun tak apa.

"Tidak perlu seformal itu padaku," ucap Raja Cassius. Sontak Lilac kembali menegakkan tubuhnya.

"Ada apa Yang Mulia ke sini?" tanya Lilac.

Sang raja tersenyum simpul. "Besok kau akan berangkat ke menara. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu, sekaligus memberitahu sesuatu padamu," ucapnya.

Lilac tertegun. "Apa yang ingin Yang Mulia tanyakan?"

Raja Cassius menarik napas pelan. "Setelah kau mengambil keputusan dan setuju untuk pergi, itu tidak akan bisa diubah kembali. Apa kau sanggup?"

Lilac mengangguk, tetapi Raja Cassius kembali berbicara. "Kau setuju untuk berkorban demi sebuah negri yang bahkan tidak kau tahu?"

Lilac kembali tertegun. Namun, memikirkan sejak keberadaannya di dunia ini hanya menyusahkan orang lain terutama Thunder, membuatnya langsung merasa yakin. Setidaknya dia ingin menjadi berguna dan tidak hanya menjadi penyusup kecil yang berkeliaran di dunia orang.

"Saya yakin," ucap Lilac mantap.

Raja Cassius menghela napas lalu tersenyum miring. "Ada satu hal yang perlu kusampaikan padamu. Apa setelah ini kau masih bersedia untuk melakukan hal ini?"

Lilac hanya mengangguk. Sudah terlanjur penasaran sebabnya.

"Kesempatanmu hanya sekali. Jika kau gagal, maka kau akan mati dan tidak akan pernah bisa kembali ke dunia asalmu. Sekali pun kau kembali dengan selamat, kunci dunia ini ada padaku, dan aku tidak akan memberikannya dengan mudah," ucap Raja Cassius. Aura mengerikan yang dirasa Lilac dari raja tersebut kembali lagi. Padahal Lilac sudah membuang jauh-jauh ketakutannya.

"Jadi, berikan aku satu alasan yang masuk akal hingga kau mau membantuku seperti ini," titah Raja Cassius.

Lilac menelan ludah dengan gugup. Seketika perasaan berdebar muncul secara tiba-tiba. Bukan, dia tidak takut mati. Dia hanya merasa gugup dan tidak percaya diri. Masih ada Thunder di kepalanya yang seingatnya masih terluka. Dan Lilac masih harus menepati janjinya untuk kembali ke Busan saat musim semi tiba.

"Apa kau ragu? Takut akan kegagalan?"

Tepat! Mengapa Raja Cassius seperti bisa membaca pikiran Lilac? Lama berpikir, Lilac menggeleng.

"Ah, tidak. Saya tidak akan takut. Banyak yang menunggu saya jadi, saya hanya punya satu pilihan yaitu keberhasilan," ucap Lilac penuh percaya diri.

Raja Cassius tersenyum miring. Dia menepuk pundak Lilac lalu berbalik. "Ucapanmu akan kuanggap sebagai janji. Jangan coba-coba mengingkarinya," ucapnya lalu berjalan keluar.

Grandpa's Key [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang