Chapter 4 : Sebuah Perjalanan

93 20 0
                                    

Awalnya dengan keberadaan serigala besar yang Lilac tumpangi, dia pikir mereka akan lebih cepat sampai. Nyatanya tidak, perjalanan ke perumahan peri kecil jadi lebih lama hanya karena serigala itu memutuskan untuk berhenti berlari dan mengimbangi jalan mereka. Lagipula bukannya peri bisa terbang? Mengapa ketiga peri itu tidak menggunakan sayapnya saja dan langsung melesat menuju lokasi?

Lilac yang berada di atas punggung serigala yang telah dia beri nama, Gala pun menjatuhkan dagunya di atas kepala serigala tersebut. Pasalnya dia merasa bosan karena masih belum sampai ke tempat tujuan. Sedangkan Cleve dan Thunder masih bisa terlihat senang, dan Exe sama sekali tidak memperhatikan keadaannya.

Lilac mengembuskan napasnya pelan. "Kapan kita akan sampai?" tanyanya.

Thunder yang berjalan di depan pun menoleh. "Aku rasa tidak lama lagi," katanya.

"Kenapa jauh sekali? Apa kita tidak bisa memakai sihir? Atau, terbang. Kalian bisa terbang 'kan? Peri punya sayap 'kan?" tanya Lilac beruntun.

Tiba-tiba Cleve berbalik, memilih untuk berjalan mundur sembari menatap Lilac.

"Kau tau? Sebenarnya, kami harusnya bisa. Hanya saja...." Cleve menjeda ucapannya lalu membuang pandangan ke samping. Tetiba, Exe pun berhenti. Membuat yang lain pun ikut berhenti berjalan, termasuk Gala.

Lilac yang bingung pun bergantian menatap Thunder, Cleve dan Exe. "Hanya saja apa?" tanya Lilac penasaran.

Exe menghela napas kasar. Diapun berbalik, lalu menaruh kedua tangan di samping pinggangnya sambil membusungkan dada. Seketika sepasang sayap muncul dari punggung sang peri penjaga. Namun, sayap miliknya tampak rusak, sobek dan patah. Membuat Lilac sontak terkejut.

"Ha! Apa yang terjadi dengan sayapmu?!" kaget Lilac.

Exe terkekeh hambar. "Itu lah yang terjadi pada kami semua. Dulu memang tidak seperti ini, tapi sekarang berbeda. Tidak ada satu pun peri yang bisa terbang. Kecuali ada kesatria pemberani yang dapat menyelamatkan kita," jelas Exe. Cleve terkekeh garing menanggapi.

"Tapi, kenapa?" tanya Lilac penasaran.

"Entahlah. Suatu hari kami berbahagia, tapi tiba-tiba, terjadi ledakan sihir besar yang berpusat di istana dan BOOM!!" Cleve menjeda kalimatnya. Melihat ekspresi kaget dari teman-temannya yang terkejut oleh teriakannya. "Semua penghuni Alesthia tiba-tiba tidak bisa terbang."

Exe mengangguk setuju. Dia kembali menguncupkan sayapnya.

"Ada yang bilang, semua ini terjadi karena pangeran kerajaan kami telah-"

"Hey, jangan bicarakan soal dia!" sela Thunder setengah berteriak. Membuat yang lain merasa terkejut sekaligus bingung.

Exe menaikkan satu alisnya. "Apa masalahmu? Aku hanya menyatakan pendapat beberapa orang saja. Lagi pula, sebagian besar penduduk Alesthia beranggapan seperti itu," ucap Exe.

Thunder menggeleng pelan. "Tidak, aku tidak berpikir seperti itu. Itu tidak masuk akal. Hanya karena pangeran tertidur, dia tidak mungkin membuat seluruh penduduk Alesthia tidak bisa terbang," bantah Thunder.

Exe menghela napas lalu merotasikan bola mata malas. "Aku tau. Tapi tidak ada bukti yang lebih masuk akal dari hal ini. Coba kau pikir, ledakan sihir terjadi pada saat perayaan musim panas tahunan dan di hari itu juga, pangeran tertidur. Apa itu tidak mencurigakan?"

Thunder merotasikan mata jenuh. Sedangkan Lilac mencoba memahami.

"Tunggu, jika dia tertidur, bagaimana bisa kalian kehilangan kemampuan terbang kalian? Bukannya itu sedikit aneh?" sela Lilac. Ia merasa penasaran.

Grandpa's Key [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang