★Sweet creature★

142 18 1
                                    

Arm menggulung tangannya dengan perban putih dengan obat merah pada luka yang membuka lebar di punggung tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arm menggulung tangannya dengan perban putih dengan obat merah pada luka yang membuka lebar di punggung tangannya.

"Arm, makan nak!", terdengar ketukan dari arah pintu kamarnya di susul dengan suara seorang wanita paruh baya yang menjaganya sedari kecil.

"Iya nanti bu, Arm masih belajar", ucapnya bohong, ia tak ingin ibunya mengkhawatirkan kondisinya saat ini juga.

"Kalau sudah selesai makan ya nak, ibu tunggu", sejujurnya ia tak tega dengan sang ibu yang selalu sabar menunggunya hanya untuk makan bersamanya. Arm menghembuskan napasnya berat lalu mengambil jaket berwarna abu abu untuk menutupi perban yang menyelimuti lukanya.

Arm membuka pintu kamarnya yang berwarna coklat tua itu dan langsung disambut oleh sang ibu yang tersenyum manis melihat anak semata wayangnya sudah tumbuh menjadi remaja yang bertanggung jawab.

"Arm, kenapa pakai jaket nak?", Arm melihat lengannya yang tertutupi oleh jaket sambil tersenyum pahit.

"Gapapa bu Arm ngerasa kedinginan aja, ayo makan bu nanti keburu dingin", sang ibu mengangguk pelan lalu Arm mulai mengaitkan lengannya dengan lengan sang ibu, menuntun sang ibu berjalan menuju meja makan kecil berbentuk bundar itu.

Nasi dan telur, hidangan sederhana yang terasa luar biasa. Kedua insan tersebut menikmati hidangan tanpa adanya kata di antara sendokkan nasi yang terus menerus mengisi perut kosong mereka.

"Arm, kapan kamu bawa New kesini? ibu kangen ngeliat dia", Arm yang mendengar ucapan sang ibu seketika tersedak dengan nasi dan telur yang ia telan beberapa detik yang lalu.

"Emm... kapan kapan ya bu, New juga lagi sibuk belajar"

"Kenapa ga belajar bareng aja disini?"

"Ga bisa bu, kita beda kelas. Tugas dia sama tugas Arm beda", sang ibu mengangguk pelan mendengar ucapan anaknya.

"Tapi kamu ga musuhan kan sama dia?", Arm seketika terdiam membeku tak bisa berkata apapun, lidahnya seketika kelu menahan pahit yang terasa di ujung lidah. Sang ibu yang melihat anaknya hanya terdiam seakan waktu seketika berhenti di sekitar mereka hanya mengembuskan napas nya berat.

"Kalau ada sesuatu yang bikin kamu kepikiran, bicarakan secara langsung dari kedua belah pihak. Kita sebagai manusia bukan hanya menyalurkan pendapat tapi kita juga harus mendengarkan, kalau kamu mau didengarkan kamu juga harus mendengarkan", sang ibu mengambil piring kosong dipenuhi dengan noda lalu membawanya menuju wastafel dapur.

di sisi lain...

"Ayah, di tempat kita sekarang sudah tidak aman", ucapnya sambil menyeruput kopi hangat di dalam cangkir hitam.

"Kenapa nak?", tanya sang pria dewasa yang menaruh perhatian kepada pemuda berkulit sawo matang itu.

"Ada seorang pemuda yang menyimpang disini", sang ayah membulatkan kedua matanya, tak percaya dengan kalimat yang keluar begitu saja dari mulut anaknya.

Little BallerinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang