★Two of us★

126 22 2
                                    

"Tay, kita mau kemana?", Matahari sudah menunjukkan keberadaannya diantara awan awan putih bersih selembut kapas itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tay, kita mau kemana?", Matahari sudah menunjukkan keberadaannya diantara awan awan putih bersih selembut kapas itu.

"Ga tau New, yang penting kita ga tinggal di desa itu lagi", New memejamkan matanya kuat kuat, ia tak tega meninggalkan ibu sendirian di rumah.

"Aku salah ya Tay?", suara kecil dengan nada yang gemetar dari bibir mungil itu masih memikirkan kejadian mengerikan yang dialaminya semalam.

Kedua remaja yang mencari kebenaran untuk hidup, kini mempertaruhkan segalanya untuk bebas. Mereka terus berjalan ntah kemana tanpa arah yang jelas, ia sangat rindu kehidupan lamanya.

"Aku bodoh"

"Aku tidak tahu diri"

"Aku tidak pantas lahir"

"Aku--", dekapan hangat itu berhasil menghentikannya untuk mengeluarkan kalimat kalimat kebencian dari pikirannya.

"Ssshhh... Tidak, kau tidak salah sama sekali New", tak ada air mata yang mengalir di pipi halusnya, sudah terlalu banyak air mata yang ia keluarkan untuk peristiwa semalam.

Mereka meneruskan perjalanan mereka sampai menemukan kehidupan di luar sana.

"Tay! Tay! Lihat ada telepon umum!", Suasana hatinya berubah drastis ketika melihat kubus kecil tembus pandang berisi telepon umum didalamnya.

"Boleh aku meminjam uangmu? nanti akan aku ganti suatu hari", Tay tersenyum kecil kemudian mengambil beberapa koin dari saku celananya untuk menyambungkan panggilan telepon tersebut.

"Ada sepuluh baht, masing masing lima untuk ibu dan kak Kao", New melihat telepon umum itu dengan mata yang berbinar-binar, baru pertama kali ia menemukan alat ini selain di buku cerita sekolah.

"Kau tidak mau menghubungi keluargamu Tay?", tangan kanan New menggenggam gagang telepon yang ia dekatkan ke lubang telinganya.

"Tidak pelu, aku akan mengabari mereka nanti", New menganggukan kepalanya sebagai respon singkat, jarinya menari diatas tombol bernomor yang sudah usang.

Nada sambung pun mulai terdengar jelas, membuat hati New berbunga bunga.

"Halo?"

Nada indah khas wanita paruh baya yang selalu menjaganya sedari di dalam kandungan itu membuat New tersenyum manis.

"Halo bu, ini New"

Isakan tangis yang kian menyaring dari seberang sana membuat hati New tersayat.

"N-ne-new bagaimana kabarmu nak?"

Suaranya memelan, seakan mencoba menyembunyikan percakapan ibu dan anak tersebut.

"Baik bu, New baik baik saja"

"Ah syukurlah"

Terdapat jeda waktu beberapa detik, sebelum New melanjutkan kalimat yang akan ia ucapkan sebagai kalimat terakhir sebelum panggilan singkat mereka terputus oleh telepon umum.

"Ibu, maafkan New ya kalo New punya salah. New akan pulang nanti ya bu, kalau semuanya sudah kembali semula. New cinta ibu"

Panggilan anda terputus, masukkan beberapa koin untuk melanjutkan panggilan ini.

Keningnya ia sandarkan pada permukaan telepon umum tersebut, apakah tindakan nya salah?

New menarik napasnya dalam dalam, berusaha untuk menghubungi sang kakak satu satunya, Kao.

Kak Kao pasti akan marah dengaku

Jari mungilnya bergetar diatas tombol bernomor itu.

"Halo, selamat pagi dengan Kao disini"

Suara khas pria kesayangannya terdengar jelas dari seberang sana membuat New merasa rindu yang amat sangat.

"Halo kak Kao, ini aku New"

New mengambil napasnya dalam dalam, mencoba melanjutkan kata berikutnya.

"Kak Kao, maafkan New ya kalo New punya salah. New ga pantes hidup disana kak. New sekarang ga ada di rumah, tapi kak Kao gaperlu cariin New ya"

Panggilan anda terputus, masukkan beberapa koin untuk melanjutkan panggilan ini.

Lagi lagi, kalimat terakhir sebelum alat komunikasi ini menghentikan percakapan mereka secara sepihak.

Terdapat bulir bulir bening di kedua pipinya, rasa bersalah menyelimuti keadaan hatinya.

"Ta-tay", dekapan hangat itu terjadi lagi, setidaknya New memiliki pundak untuk bersandar saat ini.

"Sshh... tidak apa apa, kita akan melewati ini semua", walaupun Tay tak pernah mengerti apa arti keluarga, namun Tay bisa merasakan apa arti sebuah keluarga dari seseorang yang bukan sama sekali salah satu dari keluarganya.

"Berjanjilah kau tak akan meninggalkan ku"

Tay tersenyum manis mendengar kalimat yang dilontarkannya.

"Percayalah, tidak ada kata 'meninggalkan mu' dalam kamusku"

Senyum tulus terlukis indah di wajah polos pemuda berkulit putih susu tersebut.

"Mungkin aku adalah makhluk sial, namun nyatanya aku beruntung memilikimu"

Langit menjadi saksi penyatuan jemari manis kedua manusia dari atas sana,

Melihat perjuangan kedua pemuda hanya untuk hidup layaknya seorang manusia,

Saat mereka berhadapan dengan para manusia yang bahkan lupa bagaimana caranya menjadi manusia.

"Mari kita mulai perjalanan yang cukup panjang ini", lengkungan di bibir, tawa manis yang mengelilingi mereka, bahkan langkah kecil yang saling menyalip menjadi tanda suatu momentum yang berarti bagi kehidupan kedua insan tersebut.

So I will keep you, day and night

Here until the day I die

I'll be living one life for the two of us

I will be the best of me

Always keep you next to me

I'll be living one life for the two of us

•∆•

Hey readers!
Jangan lupa vote dan comment ya! Agar author jadi semangat nih buat nulisnya

Love ya...

Little BallerinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang