★Human★

127 17 3
                                    

Lengan dan kaki New diikat dengan tali rafia berwarna hitam, tubuhnya di dudukkan diatas kursi kayu tua yang sudah sangat rapuh termakan umur, baju yang tadi ia kenakan sudah terlempar ntah kemana, kondisinya sudah benar benar mengenaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lengan dan kaki New diikat dengan tali rafia berwarna hitam, tubuhnya di dudukkan diatas kursi kayu tua yang sudah sangat rapuh termakan umur, baju yang tadi ia kenakan sudah terlempar ntah kemana, kondisinya sudah benar benar mengenaskan.

Tubuh putih polosnya beberapakali disiram air ber-temperatur rendah, membuat tubuh New menggigil kedinginan. Sedangkan sang ibu terkunci di luar rumah, beberapa kali berteriak agar diberikan kesempatan untuk melihat putranya kembali, namun usaha itu sia sia.

Kini hanya ada dua orang di dalam ruangan, New dan sang ayah. Sang ayah menyiramkan tubuh polos New untuk ketiga kalinya dengan air dingin yang dibacakan kata kata tak jelas dan tak masuk akal. Ritual pengusiran kutukan.

Tak berhenti sampai situ, sang ayah mengambil semangkuk beras merah basah lalu ia bacakan kalimat kalimat tak jelas kepada benda itu.

"Kau adalah manusia biasa yang hidup normal, kau hanya mendapat kutukan oleh seseorang. Kutukan dan penyakitmu akan hilang setelah ini", New tak bisa menjawab apapun, tubuhnya sudah sangat lemas dengan apa yang terjadi pada dirinya hari ini.

Sang ayah mencengkram tengkuk New, menyuruhnya untuk menelan beras merah yang berada di dalam mangkuk hitam. Mau tak mau New harus menelan beras merah tersebut dengan paksa. Kerongkongannya terasa seperti di tusuk tusuk oleh beras merah yang berselancar melewati kerongkongannya.

"Untung saja Earth memberi tahu bahwa kau adalah sesuatu yang seharusnya tak pantas berada disini, jika tidak akan banyak mara bahaya yang datang ke tempat ini hanya karena mu", Air mata New sudah habis, tak bisa menangis lagi. Sudah mati rasa dengan segala sesuatu yang menimpanya.

*FLASHBACK ON

Jam menunjukkan pukul tiga dini hari, seorang pria paruh baya sedang menikmati secangkir kopi hitam buatan sang istri. Ia sedang bersantai di atas kursi plastik di depan rumahnya yang tak begitu luas sambil membaca koran terkini dari kota.

"Selamat sore tuan", seorang pemuda berkulit sawo matang lengkap dengan seragam sekolah yang khas datang menghampiri pria tersebut.

"Perkenalkan nama saya Earth, saya hanya ingin berbincang sebentar dengan anda", sang pria kemudian mempersilahkan Earth untuk duduk di atas kursi plastik berwarna hitam di seberang tempat duduknya.

Tanpa basa basi, Earth mengeluarkan secarik kertas dan sebuah foto di balik saku celananya sambil tersenyum.

"Anakmu hanyalah sebuah bencana di tempat ini, temanku menjadi korban kutukannya. Ia menyakiti dirinya sendiri sampai tak ingin menemui siapapun kecuali keluarganya. Anakmu hanyalah bencana yang membuat kami menerima sebuah hukuman sebab akibat. Anakmu hanyalah bencana, urus ia atau kita yang akan mengurusnya", Earth beranjak dari tempat duduknya lalu pamit begitu saja.

Hanya kata kata sederhana yang berdampak luar biasa pada pemikiran sang pria paruh baya tersebut.

*FLASHBACK OFF

Little BallerinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang