#6 PMS

779 133 0
                                    

Run Away
By: Yoora Kin



Keringat dingin sudah mengguyur tubuhnya. Karina terus memegangi perutnya yang nyeri bukan main padahal tadi pagi dia masih baik-baik saja. Dia berusaha menahan sakitnya meski sangat menyiksa. Sungguh tak tahan lagi. Dia tahu pasti apa penyebab perutnya sesakit itu.

Karina mengangkat tangannya meminta ijin ke UKS. Guru yang melihat wajahnya yang pucat hingga berkeringat langsung mengijinkannya. Sungchan menawarkan dirinya mengantar hingga UKS tapi Karina menolak.

Gadis itu berjalan pelan di koridor sekolah menuju UKS. Dan sialnya dia bertemu Jaemin yang berdiri menghalangi jalannya. Apa Jaemin tidak pernah masuk kelas? kenapa dia selalu berkeliaran di luar kelas?

"Minggir!"

"Mau kemana? jangan bilang mau bolos lagi?", omel Jaemin membuat Karina kesal. Tidak bisakah Jaemin tidak mengganggunya sehari saja?

"Please!", mohon Karina menatap Jaemin memelas.

Jaemin panik melihat wajah Karina yang sangat pucat. Sedetik kemudian gadis itu ambruk. Untunglah Jaemin sigap menahannya. Karina pasrah saat Jaemin menggendongnya membawanya ke UKS membuatnya berbaring di atas ranjang. Jaemin bingung harus berbuat apa karena petugas UKS tidak tahu pergi kemana. Dia tidak mungkin asal memberi obat.

"Jaem", panggil Karina lemah.

Jaemin yang peka mendekatkan telinganya. Karina berbicara sangat pelan hampir berbisik. Jaemin melotot mendengar permintaan Karina. Dia terlihat ragu.

"Kalo lo nggak mau, mintol bilang ke Jeno aja", kata Karina paham melihat keraguan Jaemin.

Mendengar nama itu membuat Jaemin berdecak pelan. "Nggak... gue aja. Lo istirahat! gue nggak akan lama", katanya menarik tirai menutupi ranjang Karina sebelum pergi.

Jaemin bingung menatap jejeran benda asing di hadapannya. Ada banyak jenis dan ukuran dan Jaemin sungguh tidak mengerti. Dia melirik kasir minimarket dan akhirnya membuang egonya.

"Permisi mbak... itu... saya diminta tolong beliin itu. Tapi saya nggak ngerti", tanya Jaemin malu-malu sambil menunjuk rak berisi aneka jenis pembalut.

Si pegawai kasir tersenyum gemas melihat pemuda tampan yang malu-malu bertanya. Telinga Jaemin sampai memerah menahan malu. "Pasti buat pacarnya yah? perhatian banget sih", goda si pegawai tapi tetap membantunya memilihkan pembalut.

Misi pertamanya selesai walau harus menahan malu. Selanjutnya dia pindah ke apotik. Karina terlihat sangat tersiksa jadi dia pasti butuh obat.

"Ada yang bisa saya bantu?", tanya si apoteker setelah melihat Jaemin yang masuk dengan wajah kebingungan.

"Mbak saya mau cari obat buat ngilangin sakit perut", kata Jaemin polos.

"Temennya maag?"

"Bukan mbak tapi karena ini", jawab Jaemin mengangkat kantong belanjaannya berisi pembalut.

Si apoteker mengangguk mengerti dan mengambilkan obat. "Buat pacarnya yah?",

"Buk... iya mbak buat pacar saya", jawabnya tersenyum kikuk.

"Iyain aja biar cepet", batin Jaemin.

Jaemin bergegas kembali ke sekolah lewat pintu khusus miliknya itu. Akhirnya pintu itu dipakai untuk hal yang berguna. Jaemin langsung menuju UKS. Dia menatap sendu wajah Karina yang tertidur tapi sesekali mengerjit mungkin karena perutnya sakit.

"Kar bangun dulu minum obatnya!", Jaemin mengguncang pelan tubuh Karina membangunkan gadis itu.

Dia langsung membantu Karina meminum obatnya setelah dia bangun. Ternyata pria itu bisa bersikap lembut juga. Bukan hanya mengomel tidak jelas.

"Eh mau kemana?", tanya Jaemin melihat Karina mencoba turun dari ranjang.

"Mau pake itu", Karina menunjuk kantong belanjaan Jaemin. Oh iya. Dia lupa soal itu.

"Oh... di ruangan gue aja! ada toilet di dalam terus lebih bersih", tawar Jaemin yang dianggukki Karina. Ini bukan saatnya dia menolak karena ego nya.

"Eh?", Karina terkejut Jaemin tiba-tiba menggendongnya keluar UKS.

"Biar cepat"

Jaemin menurunkan Karina di depan toilet di dalam ruang pribadi Jaemin. Karina masuk tanpa banyak bicara lagi. Tak lama Karina keluar dan Jaemin hendak menggendongnya lagi tapi Karina langsung menggeleng menolak. Jaemin membuang nafasnya agak kesal.

"Nggak usah ke UKS! disini aja!", Jaemin meraih tangan Karina membawanya ke pintu lain di ruangan itu. Ternyata sebuah kamar yang isinya hanya sebuah kasur queen size. Belum sempat protes Jaemin sudah menempatkan tubuh Karina berbaring disana lalu menyelimutinya. Jaemin mengambil remote AC menyesuaikan suhu, tidak terlalu dingin tapi tetap sejuk.

"Selamat istirahat! Jam istirahat gue balik lagi. Jangan coba-coba kabur!", kata Jaemin sebelum pergi.

.....

Di depan pintu ruang pribadi milik Jaemin. Teman-temannya berkumpul. Mereka bingung karena pintunya tak bisa dibuka alias dikunci dari dalam. Bahkan ada tulisan di depan pintu.

'Hari ini tidak ada yang boleh masuk!', begitulah bunyi tulisan di depan pintu.

"Pasti lagi rebahan nggak mau diganggu", tebak Jisung.

"Jangan-jangan dia lagi makan enak di dalam nggak mau bagi-bagi", tebak Haechan.

"Nggak mungkin dia bawa cewek ke dalam kan?", tebak Sungchan memicingkan matanya.

"Bukan lagi nonton bokep kan?", tebak Yangyang.

Mereka terus menebak asal-asalan apa yang sedang dilakukan sahabat mereka sendirian di dalam ruangan itu.

Sementara itu....

Di dalam....
Jaemin sedang menunggu Karina bangun. Dia sudah menyiapkan makanan yang dibawanya. Tapi tidak tega membangun Karina. Dia menatap wajah Karina  yang terlelap. Cantik. Menelan kata-katanya sendiri karena pernah membantah pendapat teman-temannya soal Karina. Tangannya terulur mengusap kening gadis itu.

Hingga suara dering telepon masuk membuatnya terlonjak kaget dan hampir melempar HP nya itu. Dia bahkan sampai mengumpat. Dengat kesal dia mereject panggilan dari Jeno.

"Hgnn..."

Nah bangun kan? Jaemin kesal. Dasar pengganggu. Entah, akhir-akhir ini dia sering kesal sendiri setiap bertemu Jeno.

"Maaf! gue berisik yah?", tanya Jaemin khawatir. Dia baru saja menonaktifkan HP nya.

"Nggak apa-apa kok", jawab Karina yang terlihat lebih segar. Obatnya sudah berhasil meredakan nyeri di perutnya.

"Eh, ini makan dulu! kan waktu itu gue dikasi makan. Sekarang gue yang ngasi. Makan yah!", Jaemin menunjuk meja di samping tempat tidur.

"Lo nyuruh gue makan ini semua?", tanya Karina heran.

"Ah itu... gue nggak tahu lo sukanya apa. Jadi gue beli semuanya hehehehe pilih aja yang lo mau deh! sisanya ntar gue yang makan", jawab Jaemin dan diangguki Karina.

Mereka makan dalam diam. Padahal ini kedua kalinya mereka makan bersama tapi masih terasa canggung.

"Thank's Jaem!", Karina memecah keheningan mereka.

"Sama-sama. Lagian orang lain pasti bakal bantuin lo bukan gue doang", jawab Jaemin tersenyum kikuk.

"Tapi nggak semua orang mau bantu soal itu", kata Karina melirik kantong berisi pembalut. "Pasti lo malu banget yah belinya. Aneh kan?", sambung Karina.

"Hehehe anggap aja pengalaman baru!", jawab Jaemin mengundang kekehan Karina.

"Sekali lagi makasih Jaem!", kata Karina lagi sambil tersenyum membuat Jaemin terdiam sejenak menatap wajah Karina.

"Nggak heran Jeno tertarik. Bukan Jeno doang tapi anak-anak lain! Lo cantiknya kelewat normal", batin Jaemin.

.
.
.
.
.
.tbc

Run AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang