#11 Sick

676 112 1
                                    

Run Away
By : Yoora Kin


Matahari yang bersinar terang dan udara panas. Sungguh Karina merasa seperti langit sedang mengejeknya. Dia harus berlari mengelilingi lapangan karena dihukum.

Flashback 1 jam yang lalu

Karina berjalan beriringan dengan Jeno keluar dari kolam renang indoor. Di tengah jalan mereka bertemu Pak Xiumin. Saat sedang menyapa, Jaemin datang dan merangkul Karina. Sialnya rokok jatuh dari saku rok Karina.

"Ini punya siapa?", tanya Pak Xiumin marah.

"Eh... itu pulpen saya", bohong Jeno.

"Kalian pikir saya bodoh? saya tahu ini rokok"

"Punya saya Pak!", kali ini giliran Jaemin yang mengaku.

"Nggak... punya saya Pak!", Jeno tidak mau kalah.

"Kalian berdua ikut saya. Karina kembali ke kelas!", titah Pak Xiumin.

Pasrah mengikuti gurunya membiarkan Jeno-Jaemin yang menatapnya kesal. Oh ayolah dia tahu mereka menyukainya. Sangat jelas dapat dilihat semua orang. Tapi tidak sekejam itu memanfaatkan perasaan mereka.

"Maaf Pak! wali saya tinggal di New York jadi nggak bisa datang", kata Karina setelah melihat surat panggilan orangtua yang diberikan padanya. "Bagaimana kalo saya telepon wali saya dan Bapak bicara langsung? atau videocall juga boleh Pak", tawar Karina memberi solusi.

"Ya sudah. Telepon eh videocall saja!"

Karina akhirnya melakukan videocall dengan Aunty-nya. Pak Xiumin berbincang dengan Aunty-nya. Dan berakhir Karina diberi hukuman dan rokoknya disita.

Flashback end

Padahal Karina jelas mendengar Aunty-nya meminta agar hukumannya jangan terlalu berat. Tapi lihatlah! dia harus berlari di bawah terik matahari.

Keringat sudah membuat seragamnya basah. Wajahnya memerah dan kakinya terasa kebas. Kepalanya pening dan pandangannya mulai kabur.

Brak...

Jaemin yang dari tadi mengawasi Karina dari kelasnya yang memang di dekat lapangan, langsung berlari mengabaikan guru yang sedang mengajar. Tak jauh beda dengan Jeno yang berlari dari lantai 2.

"Kar... Karina?", Jaemin menepuk pipinya tapi tak ada respon.

"UKS Jaem!"

Jaemin langsung mengangkat Karina dan membawanya ke UKS. Untungnya kali ini ada dokter sekolah di dalam.

......

Jaemin menggendong Karina sampai ke kamarnya diikuti Jeno yang menenteng tas Karina. Sangat jelas kekhawatiran di wajah mereka berdua.

"Jen, Jaem... kalian pulang aja! I'm okay"

"Nggak apa-apa gimana? lo sakit gini", tolak Jeno.

"Nggak usah sok kuat!", omel Jaemin.

"Please! gue cuma pengen sendiri"

"Oke, kita pergi", Jeno melempar tatapan tak setuju ke arah sahabatnya itu. "but, if you need anything. call me !"

"You can call me anytim !", Jeno mengusap kening Karina lembut.

Mereka akhirnya pergi. Dia sendirian. Karina bangun mengambil vape baru tidak lupa mengisinya. Perlahan berjalan menuju dapur dan mengambil air minum. Kepalanya terasa sangat sakit hingga air mata yang ditahannya sejak tadi akhirnya keluar.

"I just need sleep", gumamnya.

Dia menuju kulkas melihat-lihat isinya. Matanya tertuju pada botol wiski dan langsung mengambinya.

Dia berjalan susah payah ke sofa ruang tamu. Pandangannya mulai tidak jelas. Sakit di kepalanya membuatnya mulai mengerang.

Dia menegak wiski langsung dari botolnya. Tidak lupa menghisap vape-nya. Tiba-tiba dia teringat Jaemin. Pria itu pasti akan mengomelinya jika dia tahu apa yang dilakukannya sekarang. Tapi, memang hanya alkohol yang bisa membantunya sekarang. Karina jatuh tertidur setelah menegak habis satu botol wiski. Entahlah dia tidur atau pingsan dengan wajah basah oleh air mata.

Ceklek...

Jeno kembali karena tidak bisa berhenti memikirkan Karina. Dia tidak bisa tenang menunggu telepon dari Karina seperti orang bodoh.

"Astaga Karina!", matanya terbuka lebar dan rahangnya mengeras melihat kondisi Karina. "Shit!"

Jeno mengumpat melihat botol wiski kosong di tangan Karina. Bisa-bisanya dia menghabiskannya sendirian. Jeno dan Jaemin saja kewalahan menghabiskan satu botol bersama.

Jeno mengangkat Karina memindahkan gadis itu ke kamarnya. Dia mengambil air hangat dan handuk membersihkan wajah Karina.

"Kar, lo kenapa hmm? kasi tahu gue, biar gue bisa bantu!", lirihnya mengusap kening Karina lembut.

.....

Karina membuka matanya perlahan. Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah tampan Jeno yang terlelap. Wajahnya tampak polos saat sedang tidur.

Tangannya terulur menyentuh wajah sempurna pria di depannya. Alis, mata, hidung, dan bibirnya. Karina menyukai semuanya. Tak sadar dia tersenyum.

"Sampe kapan dipegangi mulu? cium dong !", Karina tersentak kaget saat Jeno tiba-tiba bicara masih dengan mata tertutup.

Seulas senyum muncul di wajah cantik Karina. Dia mendekatkan wajahnya dan...

cup...
cup...

Berawal dari kecupan kecil dan berujung ciuman panas. Awal yang terlalu panas di pagi hari.

Tangan Karina mengelus tubuh bagian atas Jeno yang memang tak tertutup apapun. Entah dia sengaja membuka atasannya.
"Sengaja mau godain gue hmm?", tanya Karina di sela-sela ciuman mereka.

"Hehehe... gue tahu lo suka", jawab Jeno tertawa pelan.

Tangan Jeno pun mulai nakal menyentuh tubuh Karina. Merasa sudah terlalu jauh. Karina menahan tangan Jeno dan menghentikan ciuman mereka.

"Enough for a morning kiss. Kita harus ke sekolah bukan?", Karina menghentikan aktivitas panas mereka sebelum semakin jauh.

"Sekolah? you're sick!", protes Jeno.

Ting... tong....

Karina mengabaikan Jeno dan menuju pintu melihat siapa yang datang pagi-pagi.

"Morning! udah baikan?", tanya Jaemin menempelkan tangannya di dahi Karina. Padahal dia tidak demam.

Jaemin menggandeng Karina menuju dapur. Mendudukan gadis itu lalu membongkar bungkusan yang dia bawah.

"Gue minta Mami buat masak. Makan yah!"

Karina mengangguk patuh dan mulai mencicipi makanan di depannya.

"Siapa sih Kar?", Jeno keluar dari kamar Karina sambil memakai kaos-nya.

Jaemin menatap heran Jeno yang tampak berantakan baru bangun tidur. Di apartemen Karina?

"Ah dia? gue bangun tuh anak udah disini", jawab Karina mengerti tatapan Jaemin.

"Kenapa? kesal? kalah start lagi", sindir Jeno tapi diabaikan Jaemin. Menanggapinya hanya akan berujung perdebatan dan membuat Karina kesal karena mereka berdua terlalu berisik.

"Kar, nggak usah ke sekolah dulu! you still look bad!", nasehat Jaemin.

"Udah gue bilangin tadi. Tapi ngeyel, keras kepala", Jeno berdiri di belakang Karina. Mengumpulkan rambut panjang gadis itu dan mengikatnya asal dengan ikat rambut di meja. Memudahkan Karina untuk makan.

"Apaan sih? lu berdua aja yang lebay", protes Karina.

Jeno dan Jaemin memilih diam. Percuma menasehati gadis keras kepala seperti Karina. Hanya membuang-buang tenaga.

.
.
.
.
.
.tbc

Run AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang