p

41.1K 3.7K 4
                                    

Saat menginjakkan kaki di halaman rumah mama, objek pertama yang aku lihat adalah Baby Al yang sedang menggapai-gapai ke arahku. Ah, anak manisku itu, aku sudah sangat merindukannya. Rasanya kami sudah berpisah puluhan hari.

Tidak tahan melihat kelucuannya yang sedang menggapai-gapai sambil menatap ke arahku, akhirnya aku bergegas menghampiri mama dan Baby Al. Setelah menyapa mama, aku segera membawa Baby Al ke pelukanku. Kudekap dan kukecup wajahnya dengan gemas.

"Ciumnya jangan gitu, dek. Nanti anakmu nggak bisa nafas" tegur mama padaku.

"Kangen mam."

"Bagaimana pestanya?"

Ah, pesta. Papa dan mama memang tidak ikut menghadiri pesta itu, karena sebagian dari tamu yang datang kenal dengan papa dan mama, dan juga mengetahui tentang kegagalan pernikahanku dulu. Jadi, kata papa dia tidak mau datang dan mempermalukan diri di hadapan para kolega bisnisnya, juga dihadapan pria brengsek yang menghancurkan hidup putrinya.

"Seperti pesta pada umumnya, mam. Ada kumpulan tamu undangan, makanan, musik, dan tarian. Tidak ada yang spesial." Kuharap Mrs. Carringhton ini percaya dengan ucapanku.

"Yakin tidak ada yang spesial, sweety?"

"Emhm."

Aku mengecupi pipi gembil Baby Al yang sedang sibuk meminum susunya. Ah, kenapa dia menggemaskan sekali sih?

"Bagaimana dengan tari salsa dalam acara dansa?"

Rasanya aku ingin menggigit pipi chubby- what? "Mama tahu?" Sungguh, aku terkejut mendengar ucapan mama barusan. Oh astaga, sekarang aku malu sekali.

"Tahu apa dek? Tahu tentang tarian salsa di tengah pesta dansa?" Mama memasang ekspresi jahil. Aduh mam, jangan goda aku.

Memang sih karena menari salsa di lantai dansa aku jadi pusat perhatian semua orang sepanjang sisa acara. Namun mengingat aksi tidak masuk akalku itu berhasil membuatku malu. Ingin rasanya aku menenggelamkan diri ke dasar Samudera Atlantik, siapa tahu aku bisa masuk ke segitiga bermuda dan menemukan kapal-kapal yang pernah dikabarkan hilang saat melintas di atasnya. Eh?

"Ah, mama. Yasmine malu."

"Kok malu, sweety?"

Kenapa malu? Aku sendiri tidak tahu kenapa aku malu. Aku hanya menari salsa dengan gaun indah karya perancang busana terkenal, bukan menari striptis dengan pakaian kekurangan bahan. Tapi, tetap saja aku malu!

"I don't know, mam. Tapi gara-gara itu Yasmine jadi pusat perhatian, melebihi yang punya acara."

"Putri mama memang selalu jadi pusat perhatian. Di manapun itu."

"Mama tahu dari mana kalau Yasmine membuat kekacauan di pesta Alice?"

"Dari papa kamu."

Oh, untunglah mama tahunya dari pap- "Apa? Papa tahu?" God, pasti pria tua itu merasa khawatir sekarang.

"Sudah. Sekarang kamu temui dulu papa kamu di ruang kerjanya. Sejak kemarin dia tidak bisa berhenti khawatir memikirkan putri kesayangannya ini."

Aku mengangguk menuruti perintah mama. Kuserahkan Baby Al yang ada dalam dekapanku ke mama. Baru setelahnya aku menemui papa. Semoga saja pria kesayanganku itu tidak terlalu khawatir memikirkanku, juga ulahku di pesta semalam.

***

"Papa, your little girl is here."

Aku langsung mendekapnya begitu tiba di hadapannya.

Papa balas mendekapku. Dekapan ternyaman kedua yang aku rasakan, setelah dekapan mama.

"Kamu membuat papa khawatir, sweetheart."

"Karena Alice dan Andrean?"

Aku mendongak dan menatap wajah papa. Kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya.

"Juga karena salsa." Aku terkekeh pelan dalam dekapan papa. Kemudian mengurai dekapan itu karena tidak ingin membuatnya terlalu lelah berdiri.

"Papa tenang saja. Putri kecilmu ini tampil memukau dengan tariannya. Semua orang terpesona, papa tahu?"

"Termasuk mempelainya?"

"Tidak, paps."

"Kenapa?"

Kenapa? Tentu saja karena aku mengambil atensi semua orang.

"Karena mereka kesal, mungkin?"

"Kesal?"

"Ya. Mereka sepertinya kesal, terutama Alice. Mungkin karena dia merasa dinomorduakan di acara pernikahannya sendiri."

Papa terkekeh mendengarnya. Melihatnya terkekeh, aku juga ikut tersenyum. Begitulah aku dan papa menghadapi masalah. Cukup dengan pembicaraan ringan, maka semuanya selesai.

***

Hey, MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang