w

35.9K 3.7K 8
                                    

Chris's Note:
Thank you guys buat 1,16k kali Hey, Mama dibaca. Wah, perasaan baru kemarin cerita ini dibaca masih 100 kali, dan sekarang udah 1,16k kali.

Makasih buat yang udah vote, yang udah ninggalin komentar, udah nambahin cerita Hey, Mama ke reading list kalian juga, dan semua yang udah baca juga. Pokoknya makasih.

Enjoy the story guys...

○○○

Mamaku dan mama Clara akhirnya pulang juga setelah aku meyakinkan mereka berdua akan segera menyelesaikan masalah terkait Hendrick dan Karina. Dengan langkah gontai aku kembali memasuki rumah kami setelah mengantar kedua wanita paruh baya itu ke mobil mereka masing-masing

"Ah, memikirkan semua masalah ini membuatku lelah."

Kuhempaskan tubuhku yang terasa penat di sofa ruang tamu yang tadi kedua mamaku duduki. Namun belum lagi aku menarik nafas, aku merasa ada sesuatu yang terlupa olehku.

"Astaga, Baby Al sendirian di kamar!"

Entah bagaimana kini caraku berjalan, karena fokusku adalah agar sesegera mungkin bisa sampai ke kamar dan melihat keadaan Baby Al yang mungkin saja‐ "Baby, apa yang kamu lakukan di sana sayang?" Aku segera menghampiri Baby Al yang sudah tergeletak di lantai sambil memainkan kaus kakinya.

Dengan panik kuperiksa seluruh tubuh anak itu, takut ada luka atau benjolan akibat aksi heroiknya yang membuatnya jatuh dari baby box-nya.

"Baby Al kenapa tidak nurut kata mama, hm? Kalau kamu terluka bagaimana sayang?"

Aku tahu Baby Al tidak akan mengerti apa yang aku katakan, namun aku tetap mengajaknya berbicara sambil menunjukkan kepanikanku. Aku pernah membaca beberapa artikel yang mengatakan bahwa bayi sangat sensitif, mereka bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang disekitarnya. Kurasa itu benar, karena kini bayi tampan itu sudah menggapai - gapaikan tangan mungilnya ke arahku dengan senyuman manis di wajahnya.

"Kamu mau hibur mama biar tidak panik ya?"

"Mmamammaa mamammaa."

"Maafin mama ya sayang, udah ninggalin kamu sendirian di kamar. Kamu mau susul mama ya makanya sampai jatuh?"

Kukecupi seluruh wajah anak itu. Aku bersyukur karena dia tidak terluka. Tapi untuk berjaga-jaga aku harus memeriksakannya ke dokter.

"Sayang, kita ketemu aunty dokter yuk." Baby Al hanya membalasku dengan gumaman khas bayi miliknya. Segera kuhubungi Anita, salah satu dokter anak kenalanku agar datang memeriksa Baby Al. Aku juga menghubungi mama dan memintanya mengirimkan seorang ahli pijat bayi ke rumah.

"Apa yang terjadi, dek? Kenapa kamu memerlukan ahli pijat bayi?"

"Baby Al terjatuh dari baby box-nya saat mama datang ke rumah tadi. Tidak ada luka luar, namun Yasmine takut ada luka dalam."

"Kamu kenapa ceroboh sekali meninggalkan anakmu sendirian di kamar? Mama pikir Al sedang tidur makanya kamu tinggal. Ya sudah, tunggulah beberapa saat, mama akan segera memintanya datang ke rumahmu."

***

"Dia baik-baik saja."

Itulah yang Anita katakan tadi setelah memeriksa Baby Al. Setelah memberikan resep vitamin untuk Baby Al, Anita akhirnya pulang.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Anita akhirnya aku bisa bernafas lega. Apalagi setelah Baby Al selesai dipijat dan menurut ahli pijat tidak ada yang salah dengan Baby Al.

Setelah ahli pijat itu pergi diantar oleh supir yang mama kirim, kini hanya tersisa aku dan Baby Al. Sepi kembali terasa karena kini hanya ada kami berdua, sementara Hendrick belum pulang dari kantornya. Aku segera memandikan Baby Al kemudian menidurkannya di kasur lantai karena tidak ingin kejadian serupa terulang lagi. Setelah yakin bahwa Baby Al sudah benar-benar terlelap, aku pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

***

"Bisa kita bicara?"

Malam ini aku sengaja menunggu Hendrick pulang. Tepat pada pukul 23.00 pria itu datang dengan wajah lelahnya dan penampilannya yang terlihat berantakan. Tanpa salam atau sambutan layaknya seorang istri yang menunggui suaminya, aku tanpa basa basi langsung mengajaknya bicara setelah pria itu memasuki rumah.

"Astaga!"

Sepertinya Hendrick terkejut mendengar suaraku. Tentu saja, kalian pun pasti akan terkejut mendapati suasana rumah yang dalam keadaan gelap gulita, dan tiba-tiba ada suara yang begiti dekat dengan kalian.

"Sedang apa kamu di sini?"

Menghiraukan pertanyaannya, aku justru mengajaknya kembali untuk berbicara.

"Besok saja. Aku sangat lelah hari ini."

Hendrick berlalu menuju tangga yang mengarah ke lantai dua dimana kamar kami berada.

"Apa sungguh sangat lelah?" Bisikku pelan, yang aku yakin tidak akan terdengar oleh Hendrick yang berjarak cukup jauh dari posisiku kini.

Hendrick terus melangkah. Belum lagi kakinya memijak anak tangga pertama, kulihat pria itu berubah tegang saat mendengar kalimat yang kukatakan selanjutnya.

"Apa melelahkan?..."

"Bersenang-senang dan menghabiskan setiap malam dengan wanitamu, apa sangat melelahkan?"

***

Maaf semuanya, sudah 2 kali aku ngaret dari jadwal update, hehehe 😅

Semoga kalian nggak bosan ya nunggu kelanjutan cerita ini, karena sepertinya ceritanya masih panjang.


See you guys in the next part
Bye 👋👋

Hey, MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang