EDITED
Gadis kecil itu bergelantungan di atas batang pohon yang tampak tidak kokoh. Jeong Do memacu kudanya, dan tepat ketika batang pohon tersebut patah. Dia berhasil menangkap tubuh gadis kecil itu, tetapi dia sendiri kehilangan keseimbangan di atas kudanya. Mereka berdua pun jatuh ke atas tanah.
In Hye yang mengira dirinya akan mati setelah jatuh dari pohon, tidak merasakan sakit di sekujur tubuhnya, malah ia merasa sedang berada di atas kasur yang empuk. In Hye mengangkat kepalanya, barulah ia sadar, ia mendarat di atas tubuh seorang lelaki.
"Cepatlah pergi dari atas tubuhku. Meskipun kecil, tubuhmu berat juga," kata Jeong Do.
In Hye segera menyingkir. Susah payah Jeong Do berusaha untuk bangkit sambil memegang pinggangnya.
"Anda baik-baik saja, Doryeong-nim?"
"Pinggangku sakit, tetapi kurasa aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"
"Saya baik-baik saja. Terima kasih, Doryeong-nim. Kalau tidak ada anda, mungkin saya tidak akan baik-baik saja."
Jeong Do memperhatikan wajah In Hye yang tertunduk. Kulitnya putih bersih dan sedikit kemerahan di pipinya, membuat Jeong Do menjadi gemas dan ingin mencubitnya.
Terdengar derap kuda disertai suara pria yang sedang berteriak memanggil-manggil nama In Hye.
"Oh, Dong Gun-ah!" In Hye menjawab panggilan itu.
Segera setelah itu, Dong Gun dan kudanya tiba.
"Hei, Hong In Hye, kau pasti naik kuda lagi, ya! Ah... aku pasti akan dihukum lagi..." omel Dong Gun.
"Iya, iya, lagipula aku sudah kapok naik kuda sendirian."
Dong Gun melirik pria yang berdiri di samping In Hye. In Hye mengikuti arah tatapan Dong Gun, "Ah, dia yang sudah menolongku tadi. Sekali lagi terima kasih, Doryeongnim," kata In Hye sambil menunduk lalu mendorong Dong Gun untuk segera naik ke atas kuda.
Mata Jeong Do tak lepas menatap kepergian gadis bernama In Hye itu sampai hilang dari pandangan. Saat hendak pulang, kakinya tak sengaja menedang sesuatu. Sebuah norigae berbentuk kupu-kupu berwarna biru muda.
"Hong In Hye, akankah kita bertemu lagi?"
***
"Eommamama, hamba ingin menikah," kata Jeong Do kepada Ratu Cheong Hwa, membuat sang ratu tersedak teh yang baru disesapnya.
"A... apa?"
"Hamba ingin menikah."
Ratu meletakkan cangkirnya, lalu menyeka bibirnya, "Baiklah, usiamu juga sudah hampir tujuh belas tahun. Aku akan memilih putri-putri menteri dan bangsawan."
"Hamba sudah mempunyai calonnya."
Ratu terbelalak, "Benarkah? Anak siapa dia?"
"Namanya Hong In Hye. Dia bukan anak menteri, bukan juga anak bangsawan kaya. Keluarganya memang bangsawan, tetapi mereka tinggal di desa."
Ratu menghela napas, "Perlu kau ketahui, wanita yang dinikahi pertama kali oleh putera mahkota akan menjadi putri mahkota, yang artinya akan menjadi ratu permaisuri ketika kau menjadi raja nanti. Seorang ratu harus memiliki latar belakang yang baik dan memiliki keluarga yang bisa mendukung pemerintahan."
"Tapi... tapi aku menyukainya... Hamba tidak ingin menikah dengan wanita yang tidak kucintai. Kumohon, Eommamama, ini terakhir kalinya hamba meminta."
Ratu tersenyum geli, "Kau persis sekali dengan ayahmu. Meski mendapat pertentangan dari mendiang raja terdahulu dan keluarga, ayahmu tetap membawa ibumu masuk ke istana. Baiklah, aku akan mencoba untuk membantumu."
Jeong Do tersenyum lebar, lalu menunduk hormat, "Terima kasih, Eommamama. Anda adalah ibu yang paling baik sedunia!"
***
"Huff..." In Hye menghela napas panjang sambil bertopang dagu, sambil menatap tongkat pancingnya yang sama sekali tidak bergerak sejak satu jam yang lalu.
"Hore... aku dapat lagi!" seru Dong Gun sambil menarik tongkat pancingnya. Seekor ikan yang tersangkut di tali pancingnya meronta-ronta.
In Hye bangkit dan pergi meninggalkan tongkat pancingnya begitu saja sambil berjalan menghentak.
"Hei, mau ke mana?" panggil Dong Gun yang sibuk mengumpulkan peralatan pancingnya, lalu mengejar In Hye.
"Masa tidak bisa dapat ikan saja marah?" tanya Dong Gun setelah berhasil menyusul In Hye.
"Aku memang payah, tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak bisa naik kuda, tidak bisa memancing, tidak bisa..."
Kata-kata In Hye terhenti saat melihat banyak orang berkerumun di depan rumahnya. Ada pula pria-pria berseragam yang tampak berjaga di sana. In Hye langsung berpikir, terjadi hal buruk pada keluarganya. Apakah orangtuanya berbuat salah?
In Hye segera menerobos kerumunan orang. Ia melihat kedua orangtuanya sedang berlutut di hadapan seorang pria berjubah merah, sepertinya pegawai pemerintahan. Sehelai kertas panjang terbentang di kedua tangan pria itu.
"A... Abeoji... Eommeoni, apa... apa yang terjadi?" In Hye ketakutan.
Orangtua In Hye menatap putri semata wayang mereka dengan bersimbah air mata, namun bibir mereka sumringah. Pegawai pemerintahan itu menoleh.
"Anda... Hong In Hye?"
"I... iya?"
"Ehem..." Pria itu berdehem sebelum membacakan ulang isi kertas yang dibentangkannya, "Perintah kerajaan, memilih Hong In Hye, putri dari Hong Dae Pyo, untuk menjadi pendamping hidup bagi Putra Mahkota Raja, dalam segala keadaan, baik sehat maupun sakit, baik suka maupun duka, sampai akhir hayatnya. Mulai sekarang Hong In Hye akan dipanggil dengan sebutan Bin Goong-Mama."
In Hye ternganga. Belum habis kagetnya, ia kembali dikejutkan dengan berlututnya semua orang di hadapannya, sambil berseru, "Bin Goong-Mama..."
In Hye menoleh kepada Dong Gun yang masih berdiri di tengah kerumunan dengan keadaan yang sama terkejutnya dengan dirinya. Ayah Dong Gun yang melihat putranya masih berdiri, segera mendorong punggung Dong Gun untuk ikut berlutut.
Kini hanya In Hye yang berdiri terpaku, tidak tahu harus berbuat dan berkata apa. Dia mulai mencerna apa yang sedang terjadi. Dirinya menjadi putri mahkota? Dirinya akan menikah dengan putra mahkota? Mimpikah ini, ataukah nyata? Jika ini mimpi, In Hye ingin segera terbangun. Tidak seperti gadis lain yang akan melonjak kegirangan bila mendadak menjadi tuan putri yang akan tinggal di istana, In Hye terkejut, sekaligus takut.
.
.
.
TBCMini kamus:
Doryeong-nim = panggilan untuk pria muda / tuan muda
Seja / wang seja = putra mahkota
Jeoha = panggilan untuk putra mahkota
Jeonha = panggilan untuk Raja
Bin Goong = putri mahkota
...-Mama = panggilan untuk anggota keluarga kerajaan, seperti permaisuri, putri raja, putri mahkota, ibu suri. Untuk panggilan para pangeran putra raja yang tidak/belum terpilih sebagai putra mahkota.
Abeoji = ayah
Eommeoni = ibu
Norigae = hiasan baju seperti gantungan kunci
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Princess ✔
Historical FictionTrigger Warning!! Mengandung unsur kekerasan (meskipun aku berusaha membuatnya tidak terlalu eksplisit) . . . Dipilih menjadi Putri Mahkota, pendamping dari Putra Mahkota Raja? Siapa yang tidak mau? Itu adalah impian para gadis! Akan tetapi ketika...