Semangkuk bubur di hadapan In Hye masih penuh dan sudah mulai mendingin. In Hye mengambil sesendok bubur dan mendekatkannya ke mulut, tetapi mencium baunya saja sudah membuatnya mual. Kemudian Selir Choi datang membawa sepiring kue kering.
"Mama, saya dengar anda susah makan karena kehamilan anda. Saya membuatkan kue kering. Ini tidak manis, melainkan agak asin. Mungkin bisa meredakan mual anda," kata Selir Choi.
"Terima kasih, Sohun," kata In Hye sambil mencomot sebuah.
Ketika baru saja menggigitnya, In Hye segera memuntahkannya lagi.
"Maaf, sepertinya aku memang tidak bisa makan apapun," kata In Hye sambil menahan mualnya.
"Tidak apa-apa, saya juga pernah mengalaminya. Semua akan berakhir tiga bulan lagi."
Tak lama kemudian Mi Ran datang bersama putrinya sambil membawakan berbagai hadiah.
"Selamat atas kehamilan anda, Bin-goong-mama. Saya membawakan berbagai perlengkapan bayi," ucap Mi Ran.
"Wah, tidak usah repot-repot, bayinya saja belum lahir."
Mi Ran menyuruh Dayang Han, menyimpankan baju dan perlengkapan bayi ke dalam lemari In Hye.
"Terima kasih, Yangje."
Myung Eun duduk sambil menatap lapar berbagai panganan di atas meja. Melihat hal itu, In Hye mempersilahkan putri kecil itu untuk memakannya.
"Hei, tidak boleh, tidak sopan," tegur Mi Ran ketika Myung Eun hendak mengambil kue kering.
"Tidak apa-apa, lagipula aku tidak bisa memakan semuanya, sayang kalau dibuang," kata In Hye.
Setelah makan beberapa potong kue kering, tiba-tiba Myung Eun mengeluhkan sakit perut dan putri kecil itu mendadak pingsan. Semua orang panik. Tabib pun segera dipanggil untuk memeriksanya. Tabib berkata bahwa Myung Eun keracunan makanan. Selir Choi pun jadi tersangka karena dialah yang membuat kue itu. Pengawal menggeledah kamar Selir Choi, tetapi tidak menemukan apa-apa. Selir Choi mengaku bahwa dia tidak membuatnya sendiri, melainkan bersama Dayang Han. Dengan gemetar dayang itu mengaku bahwa dialah yang sebenarnya membubuhkan racun ke dalam adonan kue. Dan yang menyuruhnya adalah Putri Mahkota In Hye.
"Tidak, aku tidak melakukannya! Bukankah kue itu disuguhkan untukku? Memangnya aku mau bunuh diri?"
"Benar, tidak mungkin Bin-goong-mama pelakunya," Selir Choi membela.
Namun ternyata botol racun ditemukan di dalam lemari pakaian In Hye. Semua orang terkejut dan tak percaya.
"Mengapa... mengapa anda melakukan hal ini, Mama? Sampai seperti itukah kebencian anda kepada selir-selir Putra Mahkota, sehingga anda meracuni anak saya dan menjebak Selir Choi?" kata Mi Rae sambil menangis.
"Tidak... itu bukan punyaku! Aku tidak tahu bagaimana benda itu berada di kamarku. Sungguh!"
In Hye menoleh kepada Jeong Do, berharap pria itu percaya kepadanya, tetapi Jeong Do memalingkan wajahnya.
"Putri Mahkota, dengarkanlah hukumanmu. Kau akan dikurung di dalam kamarmu sambil merenungkan kesalahanmu!"
Ucapan Jeong Do bagai anak panah yang menancap di dada In Hye. Ia kehilangan satu-satunya orang yang ia harapkan untuk percaya kepadanya. Semua orang keluar dari kamar In Hye. In Hye dan Jeong Do masih saling menatap hingga pintu kamar ditutup.
***
Kamar In Hye sepi dan gelap. Dua orang pengawal berjaga di depan pintu. In Hye meringkuk di sudut kamar di tengah kegelapan. Matanya terpejam, namun ia tidak tidur. Ia mengingat-ingat lagi, bagaimana botol racun itu bisa ada di dalam kamarnya. Selama ini yang membereskan kamarnya hanya Kim Sanggung. In Hye memang lebih terbiasa beres-beres sendiri, tidak mudah percaya kepada orang lain untuk masuk ke kamarnya sembarangan. Tiba-tiba matanya terbuka, ia ingat Dayang Han, salah satu dayang junior bawahannya sempat membuka pintu lemari untuk menyimpan hadiah dari Mi Ran. Dan dayangnya tersebut kini sudah ditangkap dan malah menuduh dirinya. Lalu mengapa Dayang Han melakukan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Princess ✔
Historical FictionTrigger Warning!! Mengandung unsur kekerasan (meskipun aku berusaha membuatnya tidak terlalu eksplisit) . . . Dipilih menjadi Putri Mahkota, pendamping dari Putra Mahkota Raja? Siapa yang tidak mau? Itu adalah impian para gadis! Akan tetapi ketika...