EDITED
Sepasang kaki berjalan mengendap-endap menuju kepada seorang remaja lelaki yang sedang menyisir surai kuda.
"Baek Dong Gun," bisik gadis pemilik sepasang kaki tadi.
"Tidak boleh," kata Dong Gun tanpa menoleh.
"Eh, apanya yang tidak boleh? Aku bahkan belum bicara apapun."
"Kau ingin naik kuda lagi, kan?"
Gadis itu menggosok-gosokkan kedua tangannya, "Sekali ini saja... Aku mohon..."
Dong Gun menghela napas panjang sembari menyudahi menyisir rambut kudanya. Ia menaikkan celana panjangnya, memperlihatkan gurat-guratan bekas luka yang masih tampak memerah di betisnya, "Kau ingin membuat kakiku putus karena dipukuli ibumu, ya?"
Gadis itu meringis sambil menggaruk-garuk kepalanya. Dua hari yang lalu Dong Gun terpaksa mengizinkannya untuk belajar naik kuda. Sialnya, mereka ketahuan oleh ibu In Hye. Dong Gun yang kena getahnya. Betis Dong Gun dipukul dengan rotan.
Keluarga In Hye memiliki peternakan kuda. Peternakan ini cukup terkenal karena kuda-kuda gagah yang sering dibeli untuk keperluan militer. Terkadang kuda mereka dibeli oleh orang dari kerajaan untuk Raja dan para Pangeran. Ayah Dong Gun bekerja di peternakan itu sudah puluhan tahun, bahkan sejak ayah In Hye masih bujangan. Dong Gun pun turut membantu ayahnya. Karena In Hye sering bermain di peternakan, ia dan Dong Gun akhirnya bersahabat baik.
"In Hye, taatilah kata-kata ibumu, menjadi anak gadis yang manis, belajar merajut, memasak, melukis. Kalau kau membandel terus, yang kena getahnya adalah aku. Kau tidak kasihan padaku?"
In Hye tidak menjawab. Ia hanya menunduk sambil memajukan bibirnya.
Dong Gun menggetok kening In Hye dengan buku jarinya, "Hei, jangan begitu."
Sambil menuntun kudanya, Dong Gun berjalan menyusuri padang ilalang, diikuti oleh In Hye di sebelahnya.
"Kenapa kau begitu ingin naik kuda?"
"Karena setiap kali aku melihatmu berada di atas punggung kuda, kau begitu mengagumkan, Dong Gun. Aku juga ingin terlihat seperti itu."
Dong Gun tersenyum malu-malu, "Benarkah? Aku... mengagumkan?"
In Hye mengangguk cepat.
"Baiklah, kalau kau sudah besar, ketika kakimu sudah cukup panjang, aku janji akan mengajarimu menaikinya."
Mata In Hye berbinar, "Benarkah?"
Dong Gun mengangguk.
"Janji?"
"Janji."
"Uwa.... Terima kasih, Dong Gun... Kau memang temanku yang paling baik. Aku sayang padamu...," seru In Hye sambil memeluk Dong Gun.
Dong Gun sedikit terkejut dengan perlakuan In Hye, namun kemudian dia melingkarkan lengannya ke punggung In Hye. Mereka berjalan melewati padang ilalang sambil berangkulan.
***
"Yang Mulia Raja tiba!!!" lapor Kasim Heo dengan suara nyaring.
Putera Mahkota Jeong Do yang sedang tertidur di atas buku yang sedang terbuka di atas meja, terperanjat karena mendengar suara kasim pribadinya. Sambil menggosok mata dan menghapus liur yang mengalir di bibirnya, Jeong Do bangkit menyongsong kedatangan ayahandanya.
"Selamat datang, Abbamama," sapa Jeong Do sambil menunduk hormat.
"Bagaimana pelajaranmu hari ini?" tanya Raja sambil berjalan menuju ruang duduk, disusul oleh Jeong Do di sampingnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/31201157-288-k254815.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Princess ✔
Ficción históricaTrigger Warning!! Mengandung unsur kekerasan (meskipun aku berusaha membuatnya tidak terlalu eksplisit) . . . Dipilih menjadi Putri Mahkota, pendamping dari Putra Mahkota Raja? Siapa yang tidak mau? Itu adalah impian para gadis! Akan tetapi ketika...