Part 3 - I Love You Galendra

14.8K 774 9
                                    

Happy Reading.









Semua terasa begitu mudah. Itu yang Gale tidak sangka, dirinya dan Sea bisa semakin dekat. Waktu seolah berjalan cepat, sampai tidak terasa sudah 3 bulan berlalu.

Keduanya semakin sering bertemu, berkomunikasi tidak pernah putus, meski sama-sama sibuk. Bagi Gale, Sea adalah penyemangatnya, mood-nya selalu baik setiap harinya berkat Sea.

Malam ini Gale akan mengajak ke suatu tempat yang sudah dirinya persiapkan sangat matang selama 1 minggu. Berharap Sea akan senang dengan apa yang akan dirinya berikan.

***

Gale memarkirkan mobilnya saat sudah sampai di N hotel.

"Gale sebenarnya kau mau mengajakku ke mana? Kenapa mataku harus ditutup?" tanya Sea.

Mendengar pertanyaan Sea, Gale tersenyum sambil melepas seatbelt.

"Kau akan tahu nanti," jawab Gale sambil melepas seatbelt Sea.

Setelah itu Gale keluar mobil, membuka pintu untuk Sea. Gale membantu Sea keluar dari mobil, lalu membantu Sea berjalan.

"Gale aku takut jatuh," ucap Sea cemas.

"Tidak akan, aku tidak akan membiarkanmu jatuh Sea," balas Gale.

***

Sampai di dalam ballroom N hotel. Ballroom itu sudah didekor sangat romantis, di sana sudah ada kedua orang tua Gale, kedua orang tua Sea, serta keluarga yang lain.

Gale terus membantu Sea sampai naik ke atas panggung. Sea yang sangat gugup, mendadak merasa cemas karena mendengar bisik-bisik suara beberapa orang.

Tepat di tengah panggung, Gale membuka penutup mata Sea. Perlahan Sea membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya.

Sea menutup mulut dengan kedua tangannya melihat suasana ballroom, lalu menoleh ke samping untuk menatap Gale yang ternyata sudah berlutut memegang cincin.

"Sea, aku bukan tipe pria romantis, hanya ini yang bisa aku berikan padamu. Di depan keluarga kita, aku ingin menyatakan apa yang aku rasakan, aku mencintaimu, sangat-sangat mencintaimu. Maukah kau menjadi istriku, ibu dari anak-anakku? Will you marry me, Sea Lewis?"

Air mata Sea mengalir begitu saja, tidak menyangka Gale akan melamarnya secepat ini, merasa bahagianya ternyata Gale mencintainya, karena dirinya juga sudah mencintai Gale.

Sea hanya mengangguk, karena tidak mampu mengeluarkan suaranya. Gale tersenyum senang, meraih tangan Sea, memakaikan cincin di jari manis Sea.

Suara tepuk tangan terdengar, Gale bangun dari posisinya, memeluk Sea erat. Keduanya merasa sangat bahagia. Malam itu menjadi saksi kedua orang yang saling mencintai menyatakan perasaan masing-masing.

***

Acara pernikahan sepakat diadakan 1 bulan lagi. Sebenarnya Gale ingin dipercepat, tapi karena Sea ingin Sky hadir di pernikahan mereka, jadi harus menunggu Sky bisa datang ke Berlin, dan Sky baru bisa datang bulan depan.

Gale hanya bisa pasrah mengikuti keinginan Sea, karena Gale tahu Sea sangat menyayangi Sky, Sea tidak pernah berhenti membahas Sky jika sedang bersamanya.

Gale tersenyum menatap fotonya dan Sea saat melamar Sea minggu lalu, rasanya sangat tidak sabar melihat Sea saat bangun tidur dan sebelum tidur.

Panggilan masuk membuat Gale berdecak, tapi saat melihat Sea yang menghubunginya, Gale langsung tersenyum, mengangkat panggilan itu.

"...."

Ponsel di tangan Gale terjatuh ke lantai, beberapa detik Gale tidak tahu harus apa. Sampai akhirnya mengambil kembali ponselnya.

Gale mengambil kunci mobilnya di meja, melangkah dengan cepat keluar dari ruangannya. Gale sudah tidak peduli apa pun, mengabaikan secretary dan para karyawan melihatnya sangat bingung.

Saat sudah di parkiran, Gale masuk ke dalam mobil. Gale mengemudikan mobilnya dengan cepat keluar area kantor.

Kecepatan mobil Gale sudah di atas rata-rata, tapi Gale tidak peduli, yang ada dalam pikirannya hanya bisa sampai secepatnya.

***

Memarkirkan mobilnya secara asal di parkiran rumah sakit, Gale keluar mobil, melangkah cepat masuk ke dalam rumah sakit.

Gale menuju IGD, ternyata sudah ada kedua orang tua Sea di sana. Ghea-Mommy-nya Sea langsung menghampiri Gale, memeluk Gale erat.

"Apa yang terjadi Mom?" tanya Gale.

Sejak acara lamaran, kedua orang tua mereka ingin Gale dan Sea memanggil dengan Daddy dan Mommy, agar terbiasa.

Ghea hanya menangis membuat Gale semakin mengeratkan pelukannya, mengelus punggung Ghea dengan lembut. Gale menatap Mark yang duduk di kursi sambil menutup wajahnya.

Pintu ruangan IGD terbuka, dokter keluar dari sana. Mark langsung bangun dari duduknya, begitu pun Gale membimbing Ghea untuk menghampiri dokter.

"Keadaan pasien sangat kritis. Pasien harus segera dioperasi untuk menghentikan pendarahan di organ dalam, tapi sebelum itu pasien ingin berbicara dengan tunangannya. Saya kasih waktu lima menit, apa Anda tunangannya?" tanya dokter menatap Gale.

Gale mengangguk, dokter mempersilahkan Gale masuk ke dalam ruangan. Saat Gale memasuki ruangan, jantung Gale berdegup dengan cepat melihat keadaan Sea.

Sea tersenyum tipis melihat Gale sambil berusaha mengangkat tangannya. Gale semakin mendekat, menggenggam tangan Sea erat. Keduanya bertatapan dengan sorot mata sendu.

"Gale... jika aku tidak kembali, maukah kau mengabulkan permintaanku?" tanya Sea dengan suara pelan menahan sakit.

"Kau harus kembali, jangan bicara aneh-aneh Sea," jawab Gale.

"Menikahlah dengan Sky. Aku percayakan Sky bersamamu, bawa Sky kembali tinggal di Berlin," ucap Sea mengabaikan penolakan Gale.

"Aku tidak mendengar ucapanmu. Sekarang kau harus dioperasi, aku akan panggil dokter," tegas Gale.

"Aku mohon... aku anggap kau setuju. Gale, aku mencintaimu sebesar aku mencintai diriku sendiri. Jangan bersedih jika aku sudah tidak ada, karena Sky jauh lebih baik dariku, dia pasti bisa menjadi istri yang baik untukmu. I love you Galendra," ucap Sea dengan suara sangat lirih.

Setelah itu Sea tidak sadarkan diri, Gale langsung memanggil dokter. Gale diminta keluar dari ruangan, saat Sea menjalani pemeriksaan.

Tidak lama dokter keluar membawa berita duka. Tuhan lebih menyayangi Sea, dokter menyatakan Sea sudah tiada.

Kesedihan tidak hanya dirasakan kedua orang tua Sea, Gale juga merasa sangat bersedih harus kehilangan secepat ini, saat semuanya baru saja dimulai.

***

Sea akan dimakamkan besok pagi. Gale seperti raga tanpa nyawa terus berada di samping Sea, memandang wajah Sea dengan air mata Gale terus mengalir.

Bernapas pun rasanya sangat susah untuk Gale, kenapa semua terjadi begitu cepat. Gale tidak pernah menyangka akan kehilangan Sea dengan cara seperti ini. Kecelakaan beruntun yang dialami Sea, membuat Sea pergi selama-lamanya.

Kedua orang tua Sea atau pun Gale selalu melarang Sea menyetir sendiri. Tapi ternyata tadi Sea ingin memberikan Gale kejutan dengan datang ke kantor membawakan makan siang. Fakta itu membuat Gale semakin merasa bersalah.









RIP Sea. 🥺

See you next part. 👋

Galendra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang