Part 19 - New Life Galendra

9.3K 512 8
                                    

Happy Reading.









1 Bulan Kemudian.

Hidup Gale tanpa Sky nyatanya lebih terasa kosong dibanding saat kehilangan Sea. Sky benar-benar sudah menguasai hidupnya, Gale merasa Sky membawa seluruh dalam jiwa pergi bersama perempuan itu.

Hari-hari Gale dijalankan dengan perasaan tidak karuan. Gale merasa hidupnya semakin tidak terarah. Ingin sekali rasanya menghubungi Sky, tapi dirinya sudah berjanji tidak akan mengganggu Sky lagi.

Gale benar-benar membuktikan ucapannya, dirinya tidak lagi mencari tahu tentang Sky, terakhir yang dirinya tahu, Sky sudah meninggalkan Berlin. Itu pun dirinya tahu dari Rafael, saat 1 minggu lalu bertemu Rafael diacara persemian salah satu hotel.

Tok... Tok... Tok.

Suara ketukan pintu membuat Gale tersadar dari lamunannya. Mengizinkan yang mengetuk pintu untuk masuk, Gale bangun dari duduknya saat Mia masuk bersama partner bisnisnya.

Berusaha tetap profesional, Gale tetap bekerja dengan baik, meski hati dan pikirannya tidak karuan. Gale berpikir dirinya tidak boleh menyerah, karena yakin suatu saat nanti akan bertemu kembali dengan Sky.

***

Pembicaraan pekerjaan selesai. Setelah partner bisnisnya meninggalkan ruangannya, Gale kembali duduk di kursi kerjanya. Memejamkan mata, Gale sungguh pusing bekerja dalam kondisi seperti ini.

Suara ponsel membuat Gale kembali membuka mata. Mengambil ponselnya di meja, melihat Daddy-nya yang menghubungi, Gale mengangkat panggilan itu.

"Ya Dad," ucap Gale.

"Son, apa Sabtu ini kau sibuk?" tanya Damian.

"Tidak Dad, ada apa?" tanya Gale.

"Dad ingin kau datang ke acara peresmian perusahaan milik Uncle Pedro di Berlin," jawab Damian.

"Kenapa aku yang harus datang?" tanya Gale.

"Dad dan Mom harus ke London hari Kamis, jadi tidak bisa datang ke Berlin," jawab Damian.

Gale menghela napas pelan, Daddy-nya selalu seenaknya seperti ini.

"Baiklah aku akan datang," ucap Gale.

"Ok, thanks Son," balas Damian.

Gale hanya berdeham. Panggilan berakhir, Gale kembali menghela napas, lalu bangun dari duduknya. Melangkah keluar ruangan, Gale berhenti di meja secretary-nya.

"Saya tidak akan kembali ke kantor, kau boleh pulang," ucap Gale.

"Baik Sir," balas Mia.

Kembali melanjutkan langkahnya, Gale memilih pulang karena kepalanya semakin terasa pusing. Gale sudah sering sekali pulang cepat, dirinya sudah tidak pernah lembur karena sangat sulit berkonsentrasi saat bekerja.

Jika biasanya semua pekerjaan selesai sebelum waktunya, kini semua pekerjaan Gale selesai tepat waktu, bahkan ada beberapa yang melewati batas waktu yang ditentukan.

Gale sudah sering diingatkan oleh keluarganya, bahwa hidup harus terus berjalan, tapi Gale belum mampu melanjutkan hidupnya dengan benar.

***

Menghentikan mobilnya di parkiran apartemen, Gale memutuskan mampir ke apartemen, karena hatinya berkata ingin sekali ke apartemen. Keluar dari mobil, Gale melangkah memasuki apartemen.

Saat sudah sampai di unit apartemennya, Gale menatap sekeliling, lalu melangkah menuju foto berukuran besar yang menempel di dinding. Menatap foto pernikahannya dengan Sky, tatapan Gale sangat sendu.

"Kasih tahu aku gimana caranya agar aku bisa menjalani hidupku tanpamu Sky," ucap Gale.

Pandangan Gale beralih ke bingkai berukuran sedang di samping foto pernikahan. Itu adalah hasil USG yang Gale bingkai, dan dipajang di samping foto pernikahannya dan Sky.

Setiap melihat hasil USG itu, Gale selalu merasa bersalah, kenapa semua terasa begitu menyakitkan. Gale selalu bertanya-tanya, apa memang hidupnya tidak ditakdirkan bahagia.

Memulai kehidupan baru setelah mengalami kehilangan yang bertubi-tubi tidaklah mudah. Melepaskan apa yang baru saja dimulai sangatlah berat. Itulah yang Gale rasakan.

***

Setelah dari apartemen, Gale pulang ke mansion, dirinya tidak sanggup berada di apartemen terlalu lama, karena tidak hanya kenangan Sky yang berada di sana tapi juga kenangan Sea.

Sampai di mansion, Gale langsung menuju kamarnya, setelah menyapa Oma dan Opa-nya. Melihat Gale sudah menjauh, Tania menghela napas cucunya sudah pulang jam 4 sore. Dulu Gale selalu pulang telat karena bagi Gale pekerjaan harus segera selesaikan.

Tapi kini semenjak berpisah dengan Sky, Gale selalu pulang cepat. Tania tidak tega melihat cucunya terpuruk seperti itu, tapi dirinya juga tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ini semua pilihannya Honey," ucap James mengelus punggung Tania.

"Tapi sampai kapan dia terlihat menyedihkan seperti itu," balas Tania.

"Gale sudah dewasa, semua yang terjadi akan menjadi pelajaran berharga untuknya," ucap James.

Tania kembali menghela napas, dirinya berharap Gale bisa bangkit, agar bisa kembali melanjutkan hidup dengan benar.

Bagi Tania lebih baik melihat Gale bersikap dingin dibanding seperti saat ini seperti tidak ada keinginan hidup.

***

Di dalam kamar, Gale langsung menuju kamar mandi. Setelah melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya, Gale menuju shower.

Menyalakan shower, Gale memejamkan mata, membiarkan air dingin membasahi seluruh tubuhnya. Berharap setelah mandi air dingin dirinya bisa lebih baik.

15 menit berlalu, Gale keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk melilit pinggangnya. Gale menuju nakas mendengar ponselnya berbunyi.

Melihat Mommy-nya yang menghubungi, Gale langsung mengangkatnya, sudah menjadi kebiasaan Mommy-nya akan menelepon 1 kali dalam sehari hanya untuk menanyakan kabar.

Gale tahu Mommy-nya bisa merasakan apa yang dirinya rasakan, tapi Mommy-nya tidak pernah bertanya macam-macam, Mommy-nya hanya selalu berkata bahwa akan selalu ada untuknya.

***

Hari sabtu, Gale memilih diantar sopir ke hotel tempat acara peresmian perusahaan milik sahabat Daddy-nya. Saat sudah sampai di hotel, semua media yang ada langsung menyorotkan camera-nya ke arah Gale.

Sudah 1 bulan Gale seolah menghilang, berita perceraian memang tidak ada, tapi berita kecelakaan Sky sempat ada. Gale menghapus semua berita yang ada, dan menutup diri.

***

Selesai acara, Gale memilih menginap di hotel itu, karena ingin menenangkan diri. Sebenarnya di mansion pun tidak ada yang mengganggunya, tapi Gale tahu kalau Oma-nya sangat sedih melihatnya terpuruk.

Bukan hanya Oma-nya saja, tapi semua keluarganya. Sebenarnya Gale tidak ingin membuat mereka khawatir, tapi dirinya juga tidak bisa menutupi apa yang dirasakan.

Di balkon kamar hotel, Gale menatap langit malam, berbeda saat bersama Sky, saat itu banyak sekali bintang. Kali ini tidak ada satu pun bintang terlihat.

Bagi Gale langit gelap itu sama seperti hidupnya saat ini. Jika diminta menyebutkan satu kata yang menggambarkan New Life Galendra. Maka Gale akan menjawab. Menyedihkan.









See you next part. 👋

Galendra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang