Jena menggoyangkan lengan Jisoo dengan wajah penuh mohon. "Ayolah Ji, masa kita jadi misah gini?"
Jisoo menatapnya jengah.
"Tau ah Jen. Lo kalau mau main bareng dia mah main aja, gue ga ngelarang"Decakan kecil keluar dari mulut Jena.
"Masa cuma berdua? Trus lo sendirian gitu?""Ya iya, mau gimana lagi emangnya?"
Perempuan itu bernafas kasar. Dari tadi dia udah coba ngebujuk kedua sahabatnya nya ini untuk baikkan, tapi ga ada satu pun yang mau ngalah. Susah, mereka berdya sama-sama kepala batu.
"Sampai kapan mau gini terus?"
Jisoo menaik-turunkan bahunya.
"Ya gatau. Dianya aja bilang cape temenan sama gue, jadi buat apa ditemenin lagi?""Kita udah kenal lama loh Jis, masa berantem cuma gara-gara cowo?"
"Cuma lo bilang?" Jisoo terkekeh sinis. "Coba deh lo bayangin, lo udah percaya banget sama orang, taunya dia lebih ga bisa dipercaya daripada orang asing Jen. Sama aja namanya pengkhianat"
Jena menghela nafas. "Ga tau deh, gue ga mihak siapa-siapa disini. Lo sama Joyara sama-sama salah sebenarnya."
Ia menepuk pelan pundak Jisoo sebelum melanjutkan ucapannya. "Kita bertiga tuh temenan ga cuma setahun dua tahun. Kita udah tau satu sama lain dari 4 tahun yang lalu. Gue harap kalian bisa nyelesain masalah ini pakai kepala dingin." kemudian ia beranjak dari sana.
➖➖
Taehyung bergerak gelisah. Dia sekarang udah di depan pintu rumah Jisoo. Banyak kesalahpahaman yang harus segera mereka luruskan.
Pintu perlahan terbuka menampilkan sosok Jisoo yang tampak manis yang dilapisi oleh baju tidur pororo. Seketika bibirnya melengkung keatas.
"Ngapain kesini?" tanya Jisoo.
Taehyung berdehem,
"Itu— anu, boleh nanya?"Jisoo mengangguk ragu.
"Lo sama Joyara berantem?"
Perempuan itu hanya menatapnya acuh. "Ga penting amat pertanyaan lo. Udah malam, mending pulang deh."
Bukannya jawaban, tapi malah kalimat pengusiran yang ia dapatkan.
"Penting. Lo berdua berantem gara-gara gue kan?""Seneng lo jadi sumber masalah?"
Taehyung segera menggeleng. "Maaf—"
"Basi"
"Apanya?"
"Maaf mulu, basi."
Taehyung mengangguk mengerti. Ah, ternyata Jisoo udah cape dengar permintaan maafnya. Agak sakit ya.
"Lo marah sama gue gapapa Ji, gue akuin gue emang salah. Tapi jangan marah sama Joyara, lo berdua udah temenan lama, gue yakin lo tau maksud dia bantuin gue karen—"
"Bacot." Potongnya. "Bisa pergi gak?"
Pria itu menggeleng.
"Gue belum selesai. Dia ga salah Ji, gue yang maksa dia buat cerita. Dia juga sebenarnya—""Ga peduli gue. Pulang deh."
Taehyung menghela nafas. "Lo bisa ga dengerin penjelasannya sampai habis dulu?"
"Ngapain? Udah gue bilang ga penting dan ga peduli."
"Jisoo" Taehyung menahan ucapannya ketika mendengar suara tak asing tersebut. Mereka kompak menoleh kearah sumber suara.
"Lagi ngobrolin sesuatu ya? Maaf ganggu."
"Tirta? Engga kok, ayo masuk" Jisoo segera menarik tangan Tirta untuk masuk kedalam. Ia mengabaikan total Taehyung yang sudah siap memberi segala penjelasan kepadanya.
Taehyung mendengus kasar dan bergerak pergi dari sana.
➖➖
"Gue nyerah aja kali ya?"
Sean menepuk-nepuk pundak Taehyung. "Ya mau gimana lagi? Udah kacau kayak gini, ga mungkin kita terusin."
Taehyung mengangguk. "Gue jadi ga enak sama Joyara."
Sean tersenyum tipis.
"Cewe emang ribet sih"Taehyung setuju dengan ucapan Sean.
"Berarti gue harus move on?""Pelan-pelan aja dulu, jangan langsung macarin anak orang biar bisa move on"
"Tapi mantan gue gitu tuh"
"Pelan-pelan aja. Siapa tau ntar pas lo ngejauh, jadi dia yang ngejar buat balikan."
Taehyung tertawa.
"Sialan lo, jadi berharap kan gue"
➖➖
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja vu [Taehyung-Jisoo-Taeyong]
FanfictionHe thinks it's special But it's all reused. inspired by: [Deja vu- Olivia Rodrigo [end] © linbeeee