Somi kira semenjak kepergian Yoshi 4 jam lalu, laki-laki itu tidak akan kembali lagi ke rumahnya.
Nyatanya, Yoshi kembali dengan banyak barang bawaan. Mulai dari paperbag, goodie bag, serta kantong besar berisi paket makanan yang dia keluarkan dari bagasi mobil.
"Apaan, nih?" tanya Somi begitu Yoshi kelar membawa semua barang ke dalam rumah dan meletakkannya di ruang tengah.
Yoshi memgembuskan napas keras-keras sembari menepuk-nepuk kedua telapak tangannya.
"Ini semua buat apa, sih?" Somi mengulang pertanyaannya.
"Lo bilang gak mau keluar cari hiburan, jadi gue bawa aja hiburan ini ke rumah lo."
Setelah menjawab, Yoshi mengeluarkan barang dari paperbag, goodie bag dan kantong plastik putih besar.
Somi terperangah saat Yoshi mengeluarkan 2 cheesburger, 2 bucket ayam McD, 1 paket double box reguler pizza, beberapa kaleng sprite dingin, serta bermacam-macam snack yang masing-masing diletakkan di meja bundar sofa.
"Semua ini, buat ngehibur gue?"
Yoshi mengangguk antusias.
"Oh iya," sela Yoshi seraya mengeluarkan box berisi danish pastry dari paperbag. "Yang ini tadi hampir kelupaan."
Alih-alih senang, Somi justru menunjukkan raut murung, menyiratkan rasa haru dan tidak enak, merasa telah merepotkan Yoshi.
Yoshi menaruh box di tangannya ke meja, beralih menatap Somi dengan raut bingung.
"Kenapa? Gak suka, ya?"
Somi menggeleng. "Lo gak perlu segininya, Yos."
"Kalo bukan gue, siapa lagi?" ujar Yoshi.
Somi mendongak, yang segera Yoshi beri senyum hangat.
Sedetail apa pun Somi mengamati senyum dan tatapan laki-laki di depannya, tidak ada kepalsuan atas sikap pedulinya, hanya ketulusan yang dapat Somi lihat.
"Berhenti masang muka gak enakan gitu, dong. Gue udah berusaha buat hibur lo, nih. Seenggaknya lo hargain usaha gue, oke?" pinta Yoshi.
Somi diam sejenak, kemudian tersenyum tipis sembari berkacak pinggang, ganti menatap satu persatu makanan di atas meja.
"Pacar gue aja nanti kayaknya gak bakal repot-repot lakuin apa yang lo lakuin ke gue hari ini."
"Orang beruntung itu bakal perhatian kok, bahkan mungkin akan lebih nunjukin perhatiannya di banding yang gue lakuin sekarang," timpal Yoshi.
Satu pukulan ringan mendarat di bahu Yoshi. "So tau, lo."
"Orang yang gue maksud itu diri gue sendiri, Mi." Kalimat yang hanya dapat Yoshi utarakan dalam batinnya.
Sebelum larut dalam perasaannya lagi, Yoshi segera mengeluarkan es krim cup 3 varian rasa dari goodie bag, membawanya ke kulkas, dan menyimpannya di freez.
Kembali ke ruang tengah, Yoshi mengeluarkan 2 barang lainnya yang membuat netra Somi membulat lebar.
"Kaset DVD sama novel?" tanyanya, melihat takjub kaset DVD film Dilan, A Quiet Place, dan Teman Tapi Menikah, juga satu novel drama keluarga. "Kok bisa kepikiran, sih?"
Yoshi menggigit pipi bagian dalamnya sejenak sebelum menjawab lugu, "Nanya sama Google, hehe...."
Senyum Somi langsung lenyap, digantikan tatapan kecewa pada laki-laki di sampingnya.
"Kenapa liat gue kayak gitu?"
"Lain kali jangan nanya Google lagi, oke?"
Yoshi mengernyit. "Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Star for Yoshi
Fanfiction"Maaf kalau kehadiran saya di kehidupan Ayah jadi benalu, setelah ini saya janji, saya bakal pergi jauh dari Ayah." Dean tidak menyangka, bila setelah percakapan suram itu sungguh menjadi pertemuan yang terakhir kalinya dengan Yoshi. Sebab, Yoshi b...