BAGIAN 1 - Rasa Peduli Yang Hilang

8.5K 1.6K 1K
                                    


"YOSHI MUKULIN ANAK KELAS SATU!"

Salah satu siswa berlari masuk ke kelas 11 IPA 2, menghampiri Hwall yang tengah duduk sembari memainkan rubik dengan tenang.

Hwall tetap diam seolah tak terinterupsi, bahkan ketika siswa itu berdiri tepat di depan bangkunya dan melontarkan kalimat yang sama.

"Woi, Hwall! Yoshi mukulin orang!"

"Jadi?" Hwall merespons malas tanpa menoleh, menaruh rubiknya di meja.

"Ya, lo samperin lah, pisahin mereka!" Siswa laki-laki itu menjawab sedikit emosi karena reaksi Hwall. "Yoshi bisa celakain anak orang kalo gak dilerai!"

"Gak ada yang misahin emangnya?" tanya Hwall dengan nada dinginnya. "Kenapa harus gue?"

"Lah, pake nanya! Lo 'kan kakaknya, udah pasti dia bakal dengerin perintah lo!"

Hwall mendengus, diraihnya rubik tadi dan memainkannya kembali.

"Itu dulu, sekarang gue udah gak punya tanggung jawab apa pun sama dia."

"Tapi--"

"Yang pasti gue gak peduli." Hwall memotong lugas. "Kalo lo peduli, silakan pisahin."

Siswa tadi mengaga, tak menyangka kalimat itu keluar dari mulut Hwall.

"Kalo lo gak peduli sama Yoshi, seenggaknya pikirin nasib siswa yang dipukulin adek lo." Seseorang menimpali.

Tanpa menoleh, Hwall sudah bisa mengetahui siapa yang berkata barusan dengan nada datar. Namanya Karina, salah satu teman sekelas Hwall yang memiliki sifat yang nyaris serupa dengannya. Apatis, dingin, cerdas. Ciri-ciri murid yang kerap disegani teman sekelas tapi dibangga-banggakan oleh para guru.

Hwall memutar pandangan ke arah Karina. "Kalo lo peduli, silakan lo cegah."

Karina melengos, tidak menanggapi ucapan Hwall.

Pukulan demi pukulan Yoshi layangkan pada siswa laki-laki di bawahnya, keadaan siswa yang dia pukuli saat itu sudah babak belur, lebam di pipi dan dagu, darah pun perlahan mengalir keluar dari hidung siswa tersebut.

Namun, meski keadaan siswa itu telah mengenaskan, meski sudah tak punya daya untuk melawan, Yoshi tak merasa simpati, tetap melancarkan pukulan.

Para siswa berkerumun membentuk lingkaran, beberapa terlihat takut melihat kebrutalan Yoshi yang belum pernah mereka saksikan selama ini, beberapa langsung pergi dari sana untuk melapor ke guru. Dan, ada yang justru mengabadikan moment itu dengan merekamnya. Parahnya lagi, ada yang justru memanas-manasi keadaan, malah menyemangati Yoshi untuk memukul lebih keras.

Nah, tiga anak laki-laki yang menyemangati Yoshi ini adalah teman band-nya; Haechan, Sanha dan Yangyang.

Dulu, tiga orang itu adalah aliansi bar-bar yang sering mem-bully dan mengganggu Yoshi 24/7 saat kelas 1. Namun, sebab suatu hal, ketiga orang itu kini telah menjadi sobat Yoshi.

"Pukul lagi, Yos! Jangan kasih kendor!" Haechan menyemangati sambil mengarahkan tinju ke udara berkali-kali.

"Cemen amat sih, baru dipukulin udah pingsan!" ejek Sanha.

"Hajar! Hajar! Aku suka keributan, hehe...."

Yoshi menarik kasar kerah kemeja siswa itu agar berdiri. Tepat ketika Yoshi akan melayangkan satu tinju lagi, sebuah tangan menahannya dari belakang.

Dengan gerakan refleks Yoshi menangkis tangan itu hingga si pemilik tangan terdorong cukup keras ke belakang.

"Akh!"

A Thousand Star for YoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang