"Apa ini?" Kening Yoshi mengerut dalam saat didapatinya sebuah kotak kayu di depan pintu.Yoshi meraih kotak misterius tersebut. Begitu lebih diteliti, terselip sebuah kertas dengan sebaris tulisan.
"Untuk sahabat kami," gumamnya, melafaskan sebaris kalimat yang ada di sana.
"Mungkin paket buat bang Yuta," imbuhnya seraya membawa barang belanjaan dan kotak misterius itu ke dalam rumah.
Keadaan rumah yang berantakan layaknya bekas pemberontakan adalah pemandangan pertama yang dilihat Yoshi ketika membuka pintu rumah. Sofa butut bergeser dari posisi semula, botol-botol alkohol serta beberapa gelas tergolek begitu saja di meja kopi. Di bawah karpet, terlihat beberapa bungkus mi instan dan kulit kacang berserakan.
Helaan dan embusan napas Yoshi terdengar seiring kakinya beranjak masuk ke dapur, membawa belanjaanya setelah menaruh kotak misterius tadi ke lemari arsip.
Dapur dan ruang tamu hanya disekat lemari arsip yang justru dialih fungsikan untuk menyimpan perabot seperti piring, gelas minum, pakaian di bagian laci, dokumen penting, kaset dvd bajakan, serta botol minum alkohol yang sudah kosong. Hanya dua kamar dengan satu kamar mandi berukuran 2×2 meter, sekaligus sudah ada bak dan klosetnya.
Seolah keadaan ruang tamu masih belum cukup bikin sakit kepala hanya dengan melihatnya, Yoshi kembali disuguhkan keadaan dapur yang tak kalah kacau dari ruang tamu.
Bila keadaan ruang tamu selayaknya bekas pemberontakan, maka kondisi dapur seperti bekas eksperimen yang gagal. Piring serta gelas kotor menumpuk di wastafel, kitchen bar terdistorsi oleh bercak-bercak bekas memasak, panci masih tergeletak di dekat kompor. Begitu Yoshi mendekat, pemuda itu jadi tahu apa yang dimasak Yuta bersama teman-temannya semalam hingga keadaan dapur seberantakan ini.
"Ini rumah apa lokasi perbatasan perang, dah?" tanyanya tak habis pikir.
Tahu bila mengeluh tidak akan membantunya merapikan rumah, Yoshi mulai beranjak dari ketersimaannya akan kondisi rumah. Setelah menaruh barang belanjaan di meja makan, dia lalu kembali ke ruang tamu untuk membersihkan ruangan itu terlebih dahulu.
Wajar bila keadaan rumah seberantakan ini, sejak berangkat ke sekolah kemarin, Yoshi tidak langsung pulang ke rumah karena menemani Bu Dara membawa Sam ke rumah sakit, dan ketika pulang dari rumah sakit, Yoshi langsung menetap di Hopeless Club.
Untuk menambah semangat berbenah rumah, Yoshi mengaktifkan BT Speaker yang sudah dia setting playlist-nya. Rata-rata lagu dari playlist itu berasal dari Linkin Park, Nirvana, Oasis, dan The Chainsmokers.
From The Inside berkumandang di sepenjuru rumah perumahan sederhana itu ketika Yoshi memulai aksi beres-beresnya.
Pertama-tama dia memindahkan gelas-gelas kotor ke wastafel, menumpuknya di antara piring kotor. Setelah itu menyapu ruang tamu, mensterilkan kitchen bar, menyapu dapur, lalu terakhir cuci piring. Aksi beres-beresnya itu memakan waktu hampir dua jam.
Kelar dengan beres-beres rumah, Yoshi beralih ke barang belanjaannya. Dia menaruh telur-telur ke tatakan telur sebelum memindahkannya ke bufet, menyimpannya di tempat yang sejuk ketimbang menaruhnya di kulkas.
Saat masih tinggal di rumahnya, asisten rumah tangga yang bekerja di sana selalu seperti itu, tidak menyimpan telur di kulkas karena kemungkinan besar bisa membahayakan kesehatan, sebab telur yang disimpan di kulkas bisa jadi sudah terkontaminasi bakteri.
Mie instannya ditaruh di tempat yang sama, minyak di pindahkan ke botol minum bekas ukuran satu liter, sementara gula dipindahkan ke toples plastik, tersisa daging.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Star for Yoshi
Fanfiction"Maaf kalau kehadiran saya di kehidupan Ayah jadi benalu, setelah ini saya janji, saya bakal pergi jauh dari Ayah." Dean tidak menyangka, bila setelah percakapan suram itu sungguh menjadi pertemuan yang terakhir kalinya dengan Yoshi. Sebab, Yoshi b...