Kelar dengan pasar malam, Yoshi mengajak Somi ke bukit, tempat dimana mereka bisa melihat bangunan kota dan hamparan langit malam lebih jelas.
Somi berjalan keluar dari mobil, mulutnya menganga takjub dengan pemandangan yang dilihatnya.
Kerlap-kerlip lampu dari kota terlihat menakjubkan di malam hari, sementara langit malam ini bertabur bintang.
"Indah banget... gue baru tau ada tempat seindah ini," kata Somi masih terkesima.
Yoshi tertawa kecil, dia tahu tempat ini ketika dia pergi dari rumah 9 bulan lalu.
"Duduk sini." Yoshi menepuk kap mobil, menyuruh Somi agar bersandar di sampingnya.
Begitu Somi bersandar di sampingnya, Yoshi menawarkan jagung rebus.
Selama beberapa menit ke depan, keduanya diam, fokus menikmati keindahan alam yang terhampar di depan mata mereka.
Somi terdengar menghela napas. "Adem banget rasanya liat pemandangan indah ini, tapi kalo keingat masalah hidup, pengen pindah planet aja."
"Mau tinggal di planet mana?" tanya Yoshi, meladeni ucapan ngawur Somi.
"Ke mana aja, asal gak ada masalah."
Yoshi terkekeh pelan. "Udah kodratnya manusia hidup dilingkupi masalah, Mi. Karena masalah bisa mendewasakan seseorang."
Somi mengembuskan napas. "Pengen jadi mermaid aja."
Yoshi tertawa geli. "Kalau jadi mermaid, ketemu bajak laut atau pelayan, lo bakal diangkut terus dijadiin pameran."
"Iya, sih." Somi mendengus. "Pengen jadi air aja kalo gitu."
"Kalo jadi air, lo bakal ngasih pertahanan fungsi tubuh, juga ke makhluk hidup lain dan alam," timpal Yoshi.
Somi tergelak pelan. "Berasa bermanfaat aja gue bagi alam."
"Iya."
"Kalo lo?
"Kalo gue... pengen jadi udara."
"Kenapa?"
Yoshi tersenyum tipis sembari menunduk, tidak menjawab pertanyaan Somi, membiarkan kata hatinya yang bersuara.
"Dengan begitu, Papa bisa butuhin keberadaan gue."
Kebungkaman Yoshi bisa dimengerti Somi, jadi perempuan itu tidak meneruskan pertanyaannya.
"Makasih, ya," ujar Somi tiba-tiba.
Yoshi mendongak. "Untuk?"
"Semuanya. Makasih udah perhatian sama gue selama beberapa hari terakhir ini, makasih udah mau kembali lagi jadi sahabat gue, dan makasih karena ada di sisi gue ketika gue lagi gak baik-baik aja."
Senyum hangat tersungging di bibir Yoshi. Bila Sanha yang mendengar kalimat Somi, pasti laki-laki tengil itu akan berkata, "Kayak sama siapa aja lu."
Namun karena yang mendengarnya Yoshi, yang dilakukan laki-laki itu justru memotong jarak dengan Somi, menyisakan jarak satu langkah pendek. Sebelah tangannya terulur mengusap lembut puncak kepala perempuan itu.
"Udah merasa lebih baik?"
Somi tersenyum tipis. "Belum sepenuhnya, tapi udah mendingan dibanding tiga hari lalu."
"Gue senang dengarnya."
Somi tersenyum sembari kembali menggigit jagung rebusnya.
"Eh, ada bintang jatuh!" seru Somi kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Star for Yoshi
Fanfiction"Maaf kalau kehadiran saya di kehidupan Ayah jadi benalu, setelah ini saya janji, saya bakal pergi jauh dari Ayah." Dean tidak menyangka, bila setelah percakapan suram itu sungguh menjadi pertemuan yang terakhir kalinya dengan Yoshi. Sebab, Yoshi b...