"Hwall...."
Yoshi menarik kursi dan duduk di samping ranjang Hwall.
Dia mennggengam hangat tangan Hwall yang tidak terinfus. Hatinya semakin tercabik-cabik begitu dilihatnya Hwall yang tampak pucat seperti mayat.
"Jangan kayak gini, please bangun, All..." lirihnya.
"Gue janji bakal lakuin apa pun yang lo minta, gue gak sanggup liat lo kayak gini, All..." ucapnya. "Lebih baik gue yang terluka, bukan lo."
"Lo tau? Selama pergi dari rumah, gue gak pernah sekali pun lupain lo, Papa, dan Mama. Gue tetap sayang sama kalian dari tempat yang jauh."
"Sekecewa apa pun gue, itu gak mempengaruhi kasih sayang gue ke kalian."
"Gue bersikap dingin karena cuma itu satu-satunya cara gue bisa bertahan dan gak goyah."
"Tolong bangun...."
Menit demi menit berlalu, Yoshi terus-terusan bergumam seperti itu.
Karena sudah cukup lama, Yoshi berinisiatif kembali ke ruangannya.
Begitu pintu terbuka dan menampilkan sosok laki-laki yang familiar, seketika membuat mental Yoshi terguncang untuk sesaat.
Setelah satu tahun tidak bertemu, rasanya seperti ada duri setelah bertemu kembali.
"Berani ya kamu datang ke sini setelah buat Hwall jadi koma begini?" Dean berkata dingin.
Yoshi yang masih terkejut dengan kehadiran Papanya, dibuat bingung dengan ucapan laki-laki paruh baya itu.
"Maksud Papa apa?"
"Malah pura-pura nggak mengerti." Dean berdecak kesal. "Saya sudah tahu semua kronologis Hwall sampai bisa koma begitu!"
"Dan semua itu gara-gara kamu!"
Yoshi tersentak.
Dean tiba-tiba tertawa sarkarme.
"Koreksi, bukan kamu yang salah." Dean menunjuk muka Yoshi dengan wajah marah. "Saya yang bersalah untuk semua masalah yang kamu perbuat!"
"Saya yang salah, karena sudah membiarkan kamu lahir di dunia ini!" teriak Dean sembari mendorong keras dahi Yoshi dengan jari telunjuk, membuat Yoshi hilang keseimbangan untuk sesaat.
"Seharusnya kamu tidak pernah dilahirkan!"
Saat itu juga, sesuatu dalam diri Yoshi remuk.
Ucapan yang telak semakin menjatuhkan Yoshi ke dasar lubang hitam, semakin menghancurkan hatinya tanpa sisa menjadi keping-kepingan yang tak dapat lagi disatukan.
Akhirnya, Yoshi mendengar kalimat kejam itu keluar dari mulut Dean.
Langkah panjang kemudian Dean ambil setelah sempat menghempas Yoshi ke dinding hingga Yoshi tersungkur ke lantai.
Bermaksud meninggalkan Yoshi yang sudah sangat remuk redam oleh kata-kata Papanya sendiri.
Sebelum satu kalimat dari Yoshi menghentikan langkah Dean.
"Saya udah tahu alasan kenapa Papa benci banget sama saya."
Yoshi menatap punggung Papanya dengan mata berkaca-kaca.
Wajah pemuda itu memerah karena menahan marah, kecewa dan kesedihan.
Yoshi merasa inilah saatnya dia membongkar alasan dia pergi dari rumah.
Rumah yang seharunya menjadi surganya tetapi justru menjadi nerakanya.
"Karena...." Napas Yoshi tersendat, rasanya sulit sekali baginya mengungkapkan kebenaran itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Star for Yoshi
Fanfic"Maaf kalau kehadiran saya di kehidupan Ayah jadi benalu, setelah ini saya janji, saya bakal pergi jauh dari Ayah." Dean tidak menyangka, bila setelah percakapan suram itu sungguh menjadi pertemuan yang terakhir kalinya dengan Yoshi. Sebab, Yoshi b...