Senja Bersama Riyan

13.1K 728 0
                                    

Kamu yang selalu ada tanpa aku sadari, kamu yang selalu saja bersikap aneh. Tapi bisakah kamu menjadi seseorang yang berarti dihidupku?

Kurasa tidak, karena kamu tidak pernah menyadari kalau aku mencintaimu.

===
RENA meninggalkan UKS dengan perasaan kesal. Ia sangat tidak suka jika ada orang yang bilang kalau dirinya selalu saja menyusahkan orang lain. Kini Rena kembali ke lapangan. Ia berbaris paling depan dan sudah siap untuk menjadi pusat perhatian. Riyan yang sedari tadi mengikutinya hanya menatapnya tajam.

Tidak mungkin gadis itu dapat menyelesaikan upacara dengan baik.
"Dibilangin susah banget sih! Palingan juga pingsan lagi" gumam Riyan yang diam-diam memperhatikan Rena dari jauh.

Tak lama kemudian, fisiknya kembali lemah. Rena sudah tidak kuat lagi untuk berdiri. Ia pun tidak putus asa untuk tetap berdiri menjalani hukumannya. Ia melihat wajah Riyan yang menatapnya tajam seakan ada sesuatu yang ingin di buktikan. Rena kembali menatap tajam Riyan meskipun dari jauh. Ia yakin kepada dirinya sendiri kalau ia bisa menjalani upacara dengan baik.
Sedikit demi sedikit keringat dingin pun kembali mengucur deras. Ia membasuh keringatnya dengan tissue yang sengaja ia ambil sebelum berangkat kesekolah. Ia memandangi sekelilingnya memperhatikan dirinya dengan cemas.

"Ayo, Rena. Lo pasti bisa. Lo harus yakin kalo lo pasti bisa. Masa upacara aja gak kuat sih? Mau jadi apa nanti bangsa ini. Lo kuat lo kuat" Sahut Rena di dalam hatinya.

"Ayo Ren , sbentar lagi upacaranya akan selesai. Jangan pingsan lagi. Lo harus kuat. Lo gak mau kan diketawain sama semua orang lagi ? Selalu di permalukan? Sudah cukup itu, Ren "

Ia berusaha untuk meyakinkan dirinya kalau ia bisa. Ia juga mulai merasakan kunang-kunang dikepalanya. Rena menarik napas seraya menghilangkan pusing nya itu. Tak lama kemudian, tenaga nya sudah tidak bisa tertahankan lagi. Pertahanannya lumpuh. Ia kembali tidak sadarkan diri.

****

Rena kembali terbangun dari pingsannya. Ia melihat lelaki itu sedang di dekat jendela. Lelaki itu memandang handphone nya seraya tertawa. Ia menertawakan sesuatu yang akan membuat Rena menjadi penasaran. Rena bangun dari kasur UKS dan berniat untuk kembali ke kelas namun ia ditahan oleh seseorang.

"Mau kemana lo? Lo jangan kemana-mana dulu."Singkat Riyan yang baru aja ingin memberikannya teh manis.

"Gue mau ke kelas. lagian gue gak minta lo untuk nanya-nanya gue"ketus Rena.

"Duduk lo!" sahutnya dengan nada tinggi.

"Apa lagi sih? Gue mau ke kelas"bantah Rena dengan malas.
"Nih lihat. Kayaknya lo cocok jadi model. "kata Riyan yang kemudian menyerahkan handphonenya.

Rena mengambil handphone milik Riyan dengan penasaran.
"Apa nih? Gue jadi trending topic di sekolah? Gara-gara gue pingsan lagi?"Jerit Rena yang mendapati foto ia pingsan tersebar di twitter.

"Lo itu aneh. Aneh banget, sumpah. Kenapa sih setiap hari Senin lo selalu pingsan. Dan apes nya lagi gue selalu gotong lo. Badan lo tuh berat. Jadi nyadar dong"Sindir Riyan tanpa basa-basi.

Rena menghela nafas. "Sorry ya. Lagian gue juga gamau pingsan terus"

"Maaf maaf. Percuma lo itu selalu aja pingsan. Kalo gitu mending lo gak usah ikut upacara"

Rena membelalakan mata nya. "Kok gitu? Gue kan mau menghormati bendera"

"Percuma, Rena Zakilah . Lo itu lemah!"bentak Riyan kembali.

Rena terdiam sesaat. Dia mengenaliku, pikir Rena.
Tak terasa Rena menjatuhkan airmatanya. Ia menangis karena Riyan sudah keterlaluan menghinanya. Riyan tidak tahu kalau dirinya yang sudah lama dikagumi oleh Rena . Dan Riyan juga yang selalu ia repotkan ketika setiap hari senin. Rena menganggap kalau dirinya tidak berguna untuk orang lain. Melainkan hanya menyusahkan saja.

"Gue tau gue cuman bikin lo repot. Tapi pernah gak sih lo pikir sekali aja. Gue juga capek. Capek diketawain, capek dihukum, apalagi setiap pagi gue selalu baris berbeda kayak orang-orang. Gue selalu baris di depan. Karena gue selalu aja telat" Kata Rena dengan begitu melemah.

Bisakah satu orang saja menghargai dirinya di sekolah ini?

***

Riyan menghela napas sejenak. Perasaannya menjadi tidak karuan seperti ini. Ada sedikit rasa yang menggangal ketika ia bersama gadis berkacamata itu. Entah mengapa Riyan seperti merasa bersalah karena sudah berlebihan dalam berbicara.

Mata tajamnya kesana kemari mencari dimana keberadaan gadis yang setiap hari Senin selalu merepotkan dirinya. Dan Riyan menemukannya. Gadis itu tengah berada di kelasnya.

"Ren, Gue minta maaf atas kejadian di UKS tadi pagi."Singkat Riyan dengan datar tanpa ekspresi apapun.
Rena yang sedang membuka kotak bekal nya merasa kaget dengan kehadiran Riyan. Jujur, ada perasaan senang melihat Riyan ingin meminta maaf kepadanya.

"Kalo menurut lo gue selalu nyusahin lo. Kenapa gak lo biarin aja di lapangan. Kan pasti nanti gue juga sadar sendiri dan satu lagi. Lo jadi gak repot kan? Gampang kan, yan?" Kata Rena masih dengan sinis.

Oh Tuhan, benarkah ini Riyan si balok es itu?

Sebenarnya Rena hanya berpura-pura marah. Biar begitu, sikap Riyan yang kadang dingin memang menjengkelkan.

"Bukan gitu maksud gue. Gue cuman heran aja sama lo"Kata Riyan dengan tertawa.

Rena melirik Riyan yang masih berdiri di depannya. "Gak usah heran. Dari SD gue juga setiap upacara pingsan. Gue juga gatau kenapa. Gue capek jadi bahan ledekan orang terus"

"Gue minta maaf sama lo, Ren ."

"Lupain aja. Udah biasa bahkan di SMP gue di julukin Ratu Pingsan. Gue juga udah capek sama semua orang yang selalu aja nilai gue dari luarnya"

Terdengar helaan napas singkat dari Riyan. "Sekali lagi gue bener-bener minta maaf."

"Iya.. Udah biasa gue. Lagian gue udah kebal sama tertawaan mereka"kata Rena dengan tersenyum. Seluruh denyut jantungnya tidak bisa berhenti ketika harus bertatapan dengan Riyan seperti ini.

Bisakah ia menghentikan waktu sejenak. Bagaimana bisa seorang kapten Futsal sekaligus ketua PMR ada di depannya dengan tiba-tiba meminta maaf? Ini layaknya mimpi.

Siapapun tolong sadarkan Rena dari mimpinya.

Ini tidak mimpi. Ini nyata.

Tanpa Rena sadari, Riyan pergi berlalu begitu saja. Lelaki dingin seperti Riyan memang tidak akan pernah bisa diajak berbicara. Dia sedingin Batu es. Tunggu, barusan Riyan berbicara kepada Rena cukup lama.

"Peningkatan yang bagus, Riyan " gumam Rena dengan tersenyum.

***
Senja menemani Rena yang kesepian. Rooftop sekolahnya menjadi tempat yang favorite disaat seperti ini. Rena suka membuat sebuah permintaan yang konyol dikala senja dan berharap Tuhan mengabulkannya.

Jika tidak dikabulkan, setidaknya Rena pernah memohon. Aneh memang tapi ini hanya mitos yang pernah ia dengar sewaktu kecil dari temannya.

Angin berhembus dengan kencang. Menerbangkan segala yang bersifat ringan. Jika dipikirkan menjadi daun dalam suatu tumbuhan memiliki manfaat yang bisa menghasilkan bibit baru. Disisi lain, daun juga bisa menjadi benda yang lemah apabila terkena angin.

Langkah kaki seseorang menyadarkan Rena dari lamunannya. Lelaki itu masih menggunakan pakaian futsal yang biasa ia pakai ketika akan bertanding. Namun yang dilakukannya di atas gedung sekolah nya berbanding terbalik.
Riyan tidak bermain futsal. Tetapi memotret langit senja.

"Gausah ngeliatin kayak gitu juga. Lo heran kenapa gue ada disini?"kata Riyan yang datar ketika melihat Rena memperhatikannya tanpa berkedip.
Rena terlihat terkejut. Pikirannya mencari alasan untuk mematahkan pertanyaan Riyan tadi. "Siapa yang heran, kayaknya gue udah biasa setiap hari kesini deh."

Riyan tidak memperdulikan perkataan orang yang mengajaknya berbicara itu. Ia masih melanjutkan hobi lain dari dirinya.


"Jadi cowok dingin banget sih!"teriak Rena tanpa sadar.

ANGLOCITA  [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang