Revan memarkirkan motornya ketika sudah sampai di depan rumahnya. Seperti biasanya, keadaan rumah selalu terdengar perdebatan antara Riyan dengan Ibunya. Ingin sekali Revan mencampuri urusan keduanya jika itu bisa membuat masalah menjadi selesai.
Namun setiap kali ia ingin bertindak, ayahnya selalu melarangnya.
Alasannya yang selalu ia dengar dari ayahnya adalah 'kita tidak memiliki hak untuk mencampurinya. Biarkanlah Riyan bersikap dingin seperti itu.'
Jika mendengar kisah dari sang ibu tirinya, dulu Riyan adalah anak yang penurut. Riyan yang dulu bersikap ramah dan mudah bergaul dengan siapapun. Tidak seperti saat ini.
Teman, hanya bisa dihitung dengan jari. Pacar, jelas tidak punya karena tidak ada yang bisa menaklukan hatinya yang keras itu.
Perdebatan itu diakhiri dengan tangisan ibunya. Revan ingin sekali berdamai dengan Riyan. Berdamai dengan keadaan yang memaksa kedua anak lelaki itu agar bisa saling menyayangi sebagai kakak dan adik yang akur.
Revan ingin berdamai dengan itu semua. Ia lelah hidup satu rumah dengan orang yang membenci kehadiran nya serta ayahnya.
"Setiap kali Riyan pulang selalu buat mama nangis. Apa karena kehadiran Revan dan Ayah jadi membuat hati Riyan menjadi berubah?"Revan kini menatap sendu ibu tirinya itu.
Tagisan itu masih terdengar. "Mama hanya mengatakan kalau jangan pulang terlalu malam. Mama hanya khawatir kepadanya."
"Udah, Ma. Riyan kan memang bersikap seperti itu. Lagipula kan watak dia memang keras kepala. Jadi mama gausah sedih lagi. Kan ada Revan"Kini Revan mulai memeluk wanita paruh baya itu.
Setidaknya ia pernah merasakan kehilangan ibunya sejak kecil. Lalu, Riyan malah menyiakan itu semua hanya karena mengetahui ibunya selingkuh dengan ayah dari Revan.
Berdamai dengan masa lalu terkadang membuat kita berpikir.Luka yang terlalu dalam tidak akan mudah untuk mengobatinya. Luka yang terlalu menggores relung hati tidak akan bisa menjadi utuh kembali. Seperti saat kita terjatuh dan menyentuh jalan hingga mengakibatkan goresan. Rasa sakit pasti ada. Lalu disaat kita merasakan sakit apa kita akan menangis? Tentu.
Setiap orang memiliki takdirnya sendiri. Jika luka itu karena diri kita sendiri mungkin akan cepat sembuh.Jika luka itu disebabkan oleh orang lain, bisa saja akan menjadi berkepanjangan.
Bermasalah dengan takdir dan waktu. Manusia tidak bisa menentukan dengan siapa ia akan bahagia dan terluka.
Airmata mulai menetes dari wajah Revan. "Jika masalah ini karena Revan. Revan siap meninggalkan rumah ini."katanya dengan tiba-tiba.
"Tidak. Kamu tidak salah apa-apa, Revan. Semua ini adalah kesalahan masa lalu yang membuatnya luka."***
Riyan memantulkan bola futsalnya itu di dalam kamar. Jika dulu ibunya tidak mengenal lelaki yang menjadi ayahnya ini mungkin kehidupannya masih sama seperti dulu. Bolehkah ia mengatakan kalau hidupnya sudah hancur?
Dulu ia pernah bermimpi agar bisa menjadi seorang dokter seperti Papanya. Ia belum terlambat untuk mewujudkan mimpinya. Namun Papanya sudah terlebih dulu pergi. Papanya kecelakaan mobil karena mengetahui ibunya berselingkuh dengan teman lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGLOCITA [selesai]
Teen FictionCan you love me ganti judul menjadi Anglocita. Diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti mengeluarkan isi hati. *** Bagi Rena menjadi kekasih sang ketua PMR sekaligus kapten futsal disekolahnya itu adalah hal yang terindah. Namun hal itu berbandi...