Pagi hari matahari sudah menampakkan sinarnya dengan terang. Sekolah juga sudah ramai oleh siswa yang hendak berbaris untuk melakukan upacara bendera. Rena berjalan dengan memainkan handphonenya itu. Mendengarkan alunan musik klasik karya Beethoven. Lagu Fur elise.
Tidak sengaja seseorang menubruk badannya dengan keras yang membuat Rena harus terjatuh ke lantai. Riyan yang menyadarinya hanya diam saja melihat Rena terjatuh. Bahkan tidak ada satu niatan untuk menolongnya.
"Aw!" lirih Rena yang melihat lututnya berdarah karena bergesekan dengan bebatuan lapangan.
"Makanya kalo jalan pake mata. "Singkat Riyan yang langsung meninggalkannya begitu saja tanpa ada permintaan maaf sedikit pun.
Rena masih saja terdiam melihat sikap Riyan barusan. Lelaki itu memang sangat aneh terkadang ia sangat kasar namun ia juga sangat baik terhdapnya. Ia menghela napas nya sejenak, bagaimana ia bisa menyukai seseorang dengan sikap yang berubah seperti itu.
Rena kembali melangkahkan kakinya untuk menuju kelasnya. Hari ini Deas sepertinya tidak masuk karena sakit. Ia juga sudah berusaha untuk menghubungi sahabatnya itu namun sama sekali tidak berhasil, sepertinya handphone Deas sengaja dimatikan.
Rena melangkahkan kakinya menuju UKS sendirian. Pintu ruangan itu tidak terkunci. Dengan melepaskan sepatu sebelumnya, ia memasuki UKS dan hendak mengambil obat merah untuk mengobati lukanya.
"Kaki kamu kenapa?"tanya Revan yang sedari tadi berada di dalam UKS bersama dengan murid lain.
Rena bergumam singkat. "Jatuh, Kak. Tadi gara-gara ceroboh. Kakak disini sedang ngapain?"
"Huga tangannya terkilir jadi saya menemani dia disini. Biasalah anak karate suka terkilir." Kata Revan dengan tertawa.
Rena meninggalkan senyuman nya. "Saya dengar kakak dulu anggota karate ya?"
"Saya tidak ingin mengingat hal itu lagi. Lebih baik kamu kembali ke kelas. Sepertinya hari ini tidak ada upacara."kata Revan yang kemudian diikuti oleh Rena.
Dia dulu pernah mengikuti karate, lalu ia tidak ingin mengingat hal itu. Dia menyimpan luka di dalam sana.
***
Rena mengikuti pelajaran dengan bosan. Biasanya seperti ini ada Deas yang mau mendengarkan segala ocehannya. Ia hanya bisa melamun memikirkan bagaimana nasib sahabatnya itu. Ia sangat merasa kesepian sekali tanpa sahabatnya.
"Pak Revan! Tania tidak sadarkan diri." Teriak salah satu temannya yang mengangetkan lamunannya."Tania pingsan? Cepat Rio dan Adit segera bawa tania ke uks" perintah Revan dengan segera yang terlihat panik melihat Tania pingsan begitu saja.
"Baik, Pak"kata Rio dan Adit yang menggotong tania ke uks.
"Rena. Kamu sebaiknya menemani Tania di UKS. Sekalian kamu kabarkan saya jika ia sudah sadarkan diri" Pak Revan menyuruh
Rena untuk menjaga Tania di UKS."Baik, Pak. Saya akan menjaga Tania di UKS "Jawab Rena yang segera menuju UKS.
Sesampainya disana, ia melihat Tania dari jauh. Biasanya ia adalah gadis yang sangat kuat ketika upacara, bahkan ia bisa berdiri hingga setengah hari tanpa pingsan. Ia sangat kuat jika dibandingkan dengan Rena yang selalu saja pingsan ketika upacara.
Tania dan Rena sebenarnya tidak begitu akur. Tania selalu saja mencari masalah dengan menyebarkan foto pingsan Rena saat upacara bendera.
Rena melihat Riyan yang berusaha untuk menyadarkan Tania. Ia heran jika melihat Riyan bersikap seperti itu, rasanya Rena yang seharusnya berada disana bukan Tania.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGLOCITA [selesai]
Teen FictionCan you love me ganti judul menjadi Anglocita. Diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti mengeluarkan isi hati. *** Bagi Rena menjadi kekasih sang ketua PMR sekaligus kapten futsal disekolahnya itu adalah hal yang terindah. Namun hal itu berbandi...