Sedingin kabut

9.5K 597 32
                                    

Senyum sumringah diperlihatkankan jelas oleh Rena. Ia mendapatkan nilai yang cukup baik. Matematika nya tidak remed lagi seperti minggu kemarin. Dan artinya ia bersama Deas akan makan gratis di kantin sekolah karena Pak Revan akan membayarnya.

Tidak sia-sia ia mengikuti les matematika bersama dengan murid yang juga diajari oleh Revan. Tidak sia-sia pula waktu tidur siangnya tersita demi mengejar nilai nya yang kurang di dalam matematika itu.
Jam istirahat memang jam yang paling dinantikan oleh seluruh siswa. Sebelum Rena janjian dengan Deas serta Pak Revan untuk makan bersama di Kantin sekolah. Rena berniat mengantarkan bekalnya itu untuk Riyan.

Ruang kelas Riyan terlihat ramai dengan teman-teman sekelasnya. Sejujurnya Rena tidak pernah menginjakan kaki ke kelas lain jika itu bukanlah hal yang penting. Rena juga tidak suka berada di luar kelas seperti murid lainnya.

Pernah sesekali Rena melihat gerombolan siswi yang mengantri bertemu dengan Riyan. Hanya mendapatkan salaman saja wanita itu sudah menjerit dengan keras. Ia tidak habis pikir kalau hubungan antara dia dan Riyan diketahui oleh khalayak ramai.

Apakah penggemar Riyan dapat menerima nya?

Rena tidak ingin terlalu mengambil resiko akan hal itu. Baginya, menjadi kekasih Riyan adalah sesuatu hal yang masih tidak bisa ia percaya.
Rena melihat Riyan tengah memantulkan bola futsal berwarna kuning itu. Rena segera menghampiri meja Riyan yang terletak di pojok depan dari pintu itu.

"Hai."Sapa Rena dengan senang.

"Hmm. Ada apa lagi?"

Rena menghela napasnya singkat. Berusaha tidak terlihat gugup di hadapan lelaki yang ia cintai itu. "Aku ada nasi goreng buat kamu! Ta-Da!"

Riyan melirik sekilas. "Gue udah makan"

"Masa iya? Makan apa emang tadi?"Tanya Rena dengan sekaligus tanpa memberikan waktu Riyan untuk berbicara.

"Pokoknya tadi gue udah makan. Lagian gue alergi sama yang namanya nasi goreng. Apalagi itu ada udang. "

Rena memikirkan sesuatu. "Alergi nasi goreng? Bukannya dulu kamu itu..... "

"Makanya gue Kasih lo nasi goreng ya karena gue alergi."Potong Riyan dengan datar.

"Terus bekel ini gimana? Aku kan udah masak buat kamu, pagi-pagi juga."Rena kini tidak tau harus bagaimana lagi.

"Buang aja. Lagian gue yakin lo baru pertama kali masak. Dan biasanya kalo orang yang baru pertama kali masak itu rasanya gak enak."Ujar Riyan dengan jujur.

Rena mendengus kesal. Tidakkah ia memikirkan bagaimana perasaan Rena barusan?

"Yaudah kalo kamu gak mau."Rena kini mengalah. Ucapan Riyan lagian ada benarnya juga.

Sementara Riyan masih terdiam tidak banyak bicara, Deas datang dengan berlarian untuk menyusul Rena yang diketahui sedang berada di kelas sebelah itu.

"Rena, buruan kan kita mau ditraktir makan gratis sama Pak Revan. Kok lo masih disini aja sih?"Kata Deas dengan bersemangat.

Deas merupakan tipe cewek yang sangat senang jika mendengar gratisan atau diskon.

"Iya Deas, gue pamitan sama Riyan dulu."kata Rena kepada Deas dengan pelan.

Rena masih melihat wajah kekasih nya itu. Sibuk sendiri dengan bola futsalnya itu.

ANGLOCITA  [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang