■Terkaget, Terpaksa, Terjebak.

35 6 0
                                    

.

.

.

Sedotan es beradu dengan Cup minuman dengan kuat. Seperti kurang kerjaan, Cewek berbandana kuning itu terus melakukan itu hingga membuat orang-orang yang berlalu lalang risih dengan bunyinya.

'Slurp!! Slurpp!! Slurpp!!'

Cewek dengan hoodie pink itu menipiskan bibirnya geram.
"Buang ngapa Pop! Kaya orang susah tau gak?!" Ketus Gledisya yang tangannya sibuk mengobati lebam di lutut Poppy dengan es batu.

"Emang aku lagi susah! Beban idup aku banyak! Gak ngotak!" Ketus Poppy akhirnya membuang Cup itu tapi tidak dengan sedotannya yang masih di mulut.

"Ya jangan nularin ke orang juga Pop. Cukup lo aja yang nanggung. Lagian beban lo apa sih? Kuliah? Perasaan lo bukan kaya anak kuliahan kalo diliat kerjaan lo yang gak pernah nugas." Cibir Gledisya.

Poppy menatap sengit Gledisya yang sepertinya banyak bergaul dengan Jesi. Mulut cewek itu semakin jadi saja.

"Makanya kau punya kawan itu cari yang rela berkorban! Punya rasa Empati yang tinggi. Jadi setiap kau minta bantuan dia bersedia dengan senyuman." Ujar Poppy mengingat teman sekelas mata kuliahnya yang baik-baik. Rata-rata mahasiswi 'sunda' yang tidak bisa marah dan menolak.

"Ya kalo setiap hari ngelunjak namanya Pop." Ujar Gledisya mengingatkan.

"Kalo dia keberatan baru beda cerita!" Sanggah Poppy.

"Terserah lo dah." Nyerah Gledisya selesai dengan kegiatannya yang mengobati Poppy.

Poppy bangkit dari duduknya. Berjalan terseok-seok ke arah target matanya. Bukan Poppy namanya kalau tidak bisa diam walaupun sudah babak belur.

Cewek itu mendekati cowok yang katanya cuek diangkatan mereka. Cowok itu sangat Berdamage dengan bola basket di tangannya.
Lapangan kampus memang sedang dipenuhi mahasiswa jurusan Olahraga.

"Bima kan nama kau?" Tanya Poppy sok akrab ke cowok yang sibuk merogoh tasnya di tempat duduk bawah pohon. Cowok yang terkenal cuek tersebut.

Bima mengangguk.

"Mana cewek kau yang bilang aku Buaya betina??"

"Bukan cewe gue."

"Gak penting dia cewek kau apa bukan?! Pokoknya yang sering nempel sama kau itu siapa namanya?? Mana dia?!" Tanya Poppy menuntut dengan songongnya.

Bima memandang Poppy malas.
"Ga tau gue."

"Siapa namanya? Jurusan apa? Semester berapa?" Tanya Poppy mendata. Siap melabrak.

"Zara, Fisika, semester 4." Jawab Bima enggan.

"Oke sip. Kalo dia nempel sama kau, Bilangin, Poppy Adelina kirim salam." Ujar Poppy menepuk bahu Bima pelan. Pelan menurut Poppy.

Saat membalikkan tubuhnya, Poppy langsung terlonjak dengan kehadiran yang membuatnya babak belur hari ini. Seseorang yang Poppy hindari untuk waktu yang mungkin panjang.

"Tadi jatuh?" Suara menenangkan itu seketika mengalihkan Poppy. Cowok bernama Arifin Fikran itu bertanya dengan raut sedikit khawatir.

Poppy mengumpat jantungnya yang berdebar-debar. Tak menyangka ditemui langsung oleh cowok religius ini.

Bima yang masih disana memandang heran. Setaunya Poppy itu tak pernah semati kutu ini.

Poppy yang masih dalam keterkejutannya tersadar. Cewek itu menggeleng tanpa memandang Arif.

"Jatuhkan?" Tanya Arif yang melihat celana bagian lutut Poppy yang berdebu. Artinya baru saja menyentuh tanah dengan keras.

Poppy menoleh ke Bima. Tak mampu mengontrol geroginya.
"Eh? Ee...iya tapi udah di obati sama Cowokku kok." Ujar Poppy dengan gugup sambil melirik Bima.

STAY HALALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang