■Bertemu

30 5 3
                                    

.

.

.

"Gilaa! Kalo muka dasarnya emang goodlooking mau di gimain juga tetep cakep." Ujar Bidadari meng-iri melihat Poppy yang sedang di hijabin oleh Syafa.

"Nah tingkah lu mau kaya dajjal pun tetep ga ngaruh selagi lu goodlooking yak. Di mata cowok tapi." Timpal Maryam.

"Ga semua. Ada juga yang cowok ilfeel liat sifat cewek yang ga secantik rupanya." Sanggah Jesi.

Poppy melihat dirinya di cermin. Memijat pelipisnya sebentar. Dia semakin mempesona dengan hijab. Astaga, Poppy tidak sanggup memperhatikan dirinya di cermin.

"Elok sangat lah Pop. Maasyaa allah sangat." Puji Syafa terkagum setelah selesai dengan hijab Poppy.

"Dahlah makin ga sanggup Arif ntar lirik lo disana Pop, takut Zina mata." Cibir Fara, si Bucin dan Fuckgirl.

Poppy tersenyum sombong.
"Abis pulang dari sana, kita buat Reels yak Gled? Harus diabadikan tampilanku ini." Ujar Poppy ke Geldisya yang di angguki cepat.

"Iyak!! Tapi Gled juga mau pake hijab. Biar sama-sama lah style kita."

"Hijab bukan style Gled. Tapi kewajiban." Ujar Syafa mengkoreksi. Sebagai penasihat di Kosan.

Gledisya mengacungkan jempolnya.
"Iyak kak. Belum dapet hidayah buat hijaban."

Syafa tersenyum. Dia tidak bisa memaksa teman-teman satu kosannya kalo bukan hati mereka sendiri yang tergerak. Tapi walaupun seperti itu, dia juga pelan-pelan memberi masukan tanpa menyinggung. Itulah gunanya pertemanan kan?

Poppy berjalan keluar. Mencari kuda untuk membawa mereka ke tempat tujuan. Alias kendaraan.
Di depan Kosan mereka adalah Rumah megah 'Nenek Sultan' yang sangat luas.

Nenek itu suka memelihara cucu-cucu nya yang dominan laki-laki dan membiayai mereka kuliah dengan kemewahan yang dia miliki. Kebetulan, Lima cucu si Nenek sultan berkuliah di kampus terkenal yang sama dengan Poppy dan teman satu kosannya.

Poppy melihat banyak cowok-cowok yang sedang nongkrong di teras mewah Nenek Sultan. Cewek itu berjalan menyebrangi jalan kecil sambil melihat motor-motor yang terparkir di depan garasi besar. Seakan mempunyai sasaran yang harus Poppy bidik.

"Wee!" Tegur Poppy begitu sampai di halaman.

"Masya Allah cantik banget Pop!" Puji Gilang, si cowok yang mengenakan kaus putih dan memiliki senyuman mematikan incaran Maryam dalam doa.

"Gilaaa! Ini Lo Pop?! Subhanallah ukhty..." Daren memuji sambil memegang dadanya. Tak menyangka Cewek Bar-bar yang mereka kenal bisa seanggun itu mengenakan hijab dan Rok.

"Dapet hidayah lo Pop?" Bukannya memuji Bayu malah heran. Membuat senyum sombong Poppy luntur.

"Ck! Nenek sultan mana?" Tanya Poppy tak mau membuang waktu.

Ferry yang baru keluar dari dalam memuncratkan minuman yang baru cowok itu minum dari cangkir di tangannya.
"Anjir! Cewek siapa ini?!"

"Nenek didalam. Lagi perawatan." Ujar Gilang.

"Perawatan kaki maksudnya." Lanjut Gilang dengan kekehan.

"Terapi nyet!" Koreksi Bayu.

"Aku mau minjam Motor." Ujar Poppy menyodorkan telapak tangannya yang kosong. Menunggu ke lima cowok itu yang berbaik hati menyuguhkannya duluan.

Gilang meletakkan kunci motornya di atas meja.
"Nih, lo pake Pop. Lo jual juga gak masalah gue kalo untuk lo mah ikhlas." Ujar Gilang dengan gombalannya.

STAY HALALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang