Jam istirahat, seperti biasa, yang dilakukan Thalita menikmati bekal yang dia bawa, makan bersama teman-temannya. Seperti hari-hari biasanya, kehebohan akan terjadi di sana.
Baik Vena yang memulai gosipnya hari itu, ataupun Queen yang menanggapi dengan heboh serta Nurul yang matanya memperhatikan setiap mulut temannya yang bicara dengan tampang polos. Thalita hanya mendengarkan, sesekali tertawa jika ada hal yang lucu dan menengahi jika ada pertengkaran di antara teman-temannya.
Thalita berhenti beberapa saat mengunyah makanannya saat merasakan suasana berubah. Semua terdiam dan tak lupa tatapan terkejut dari teman-temannya.
Thalita mengerutkan kening karena tatapan itu mengarah kepadanya. Atau lebih tepatnya pada sesuatu di balik tubuhnya.
Gadis itu menoleh perlahan, seketika ikut terkejut menemukan sosok laki-laki tinggi dengan tubuh yang cukup kekar untuk menggunakan seragam sekolahnya.
Untuk detik selanjutnya Thalita tak pernah menduga bahwa laki-laki itu langsung menariknya dan memeluknya kuat-kuat hingga Thalita merasa dia tak punya kendali lagi atas dirinya.
Laki-laki itu dengan mudah melakukannya, bahkan menggendong gadis itu sedikit ke atas agar dia dapat mengecup dahi Thalita.
Semua orang yang melihatnya shock. Tak kalah Thalita sendiri yang ketika sudah menemukan kesadarannya segera melawan untuk di lepaskan dan menampar laki-laki itu sekeras yang dia bisa.
Laki-laki itu ikut terkejut, menatap Thalita dengan tatapan mengiba. "Aku Rakai, kakak nggak ingat? Rakai." ucap laki-laki itu dengan mata seperti anak anjing.
Thalita terdiam beberapa saat. "Rakai?" ulangnya.
Laki-laki yang mengaku namanya Rakai itu mengangguk. "Iya, Rakai. Aku Rakai."
Seketika anarah Thalita surut, diikuti bayangan masa lalunya tentang Rakai. Bocah laki-laki yang berusia satu tahun dibawahnya, seumuran dengan adiknya.
Rakai adalah tetangganya sejak kecil, mereka begitu akrab, Rakai sering dijahili anak-anak lain karena Rakai begitu cengeng dan lemah. Thalita sejak dulu sudah begitu dewasa, dia yang akan menegur anak-anak itu dan memerahi mereka. Membuat Rakai bergantung padanya.
Lalu, saat kenaikkan kelas tiga sekolah dasar, Rakai pindah ke kota setelah kakeknya meninggal. Sejak saat itu juga Thalita tak pernah mendengar kabar laki-laki itu lagi.
Menyadari gadis itu mulai mengingatnya, Rakai tersenyum lebar. "Ingat?" tanyanya.
Thalita mengangguk perlahan. "Kamu banyak berubah, ya." ucapnya pelan.
Rakai hanya tersenyum. "Boleh peluk lagi?"
Thalita belum sempat menjawab, namun Rakai sudah melingkarkan lengannya di pinggang gadis itu dan menenggelamkan Thalita ke dalam pelukannya.
Thalita sendiri masih belum mampu mencerna apa yang barusan terjadi. Dia terlihat seperti orang linglung sebelum membalas pelukan Rakai.
Pelukan itu semakin kuat.
"Akhirnya." bisik Rakai yang dapat di dengar Thalita.
***
Note :
Helo, Rakai datang lagi, tapi dengan perombakan besar-besaran.
Hope u like it. Jangan lupa spam next 👉
KAMU SEDANG MEMBACA
Rakai (END)
RomanceRakai, jika mengingat nama itu, Thalita membayangkan sosok adik laki-laki yang manja dan cengeng. Rakai saat kecil suka sekali melakukan dua hal itu dan Thalita yang pemikirannya terlalu dewasa di umurnya yang masih kecil menganggap tingkah laki-lak...