4. Rakai

27.3K 1.9K 106
                                    

"Kalian pacaran berapa lama?"

Thalita untuk beberapa detik menghentikan gerakan tangannya yang sedang memakan pizza. Dia menatap Rakai yang duduk di karpet.

"Setahun kayaknya." ucap Thalita santai, kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Kakak suka?"

Thalita mengangguk tanpa pikir panjang. "Dulu, iya." ujarnya.

Rakai diam beberapa detik, menatap gadis itu yang tak terlalu peduli dengan apa yang mereka bicarakan.

"Putusnya karena apa?"

Thalita kini berhenti menatap televisi, matanya menatap Rakai, sepertinya cowok itu menaruh minat lebih pada kisah percintaannya.

"Hmm... karena apa, ya?" jawaban gadis itu membuat kening Rakai berkerut. "Sebenarnya nggak ada kata putus dari Akbar ataupun kakak, tapi kita lost contact semenjak lulus. Benar-benar lost contact." Thalita ikut terdiam.

Rakai bangkit, duduk di atas sofa, mendekati gadis itu. "Kakak nggak berniat buat ketemu dia lagi 'kan?"

"Nggak. Semua udah terlanjur asing. Dan menurut kakak, kami udah nggak ada hubungan apapun lagi. Tapi... disisi lain, kakak cuma pengen tau alasan Akbar menghilang gitu aja. Bukan karena ada alasan spesial, hanya pertanyaan yang mengganjal bikin kakak terus bertanya-tanya."

Rakai menatap gadis itu, melihat seluruh ekspresinya. "Kalau aku ngelarang kakak untuk nggak ketemu dia lagi, gimana?"

Mata Rakai menatap dengan tajam.

"Kamu khawatir, ya?" Thalita mengusap rambut cowok itu. "Akbar baik kok, dia nggak pernah melakukan sesuatu yang aneh sama kakak. Jadi, kamu nggak usah khawatir." seperti gadis itu salah paham dengan maksud Rakai.

Rakai diam-diam mendengus. Dia menarik tangan Thalita yang berada di rambutnya, menatap gadis itu dengan jarak begitu dekat. "Aku nggak suka. Aku nggak suka kakak ketemu dia lagi." matanya menatap tanpa ekspresi.

Thalita terdiam. Untuk beberapa detik dia tak bisa mengucapkan apapun. "I-iya, kakak nggak bakal ketemu dia kok." jawab Thalita akhirnya, tersenyum tipis.

Rakai melepaskan tangan gadis itu, lalu menarik gadis itu untuk dia peluk. Thalita hanya dapat membeku, perubahan ekspresi laki-laki itu begitu cepat. Rakai tersenyum manis.

***

"Akbar nanyain lo sama gue kemarin." ujar Vena.

Mereka berada di kantin, menikmati jam istirahat dengan mengisi perut.

"Akbar? Pacar pertama lo itu, ya?!" Queen tampak heboh. "Bau-baunya bakal CLBK, nih! Hihihi!" cewek itu cekikikan.

"Yang mana sih orangnya? Aku nggak pernah liat!" Nurul ikut heboh.

Vena sudah kenal dengan Thalita sejak SMP, mereka satu sekolah dan melalui cewek itu juga dulunya Akbar mendekati Thalita.

"Gila! Vibes-nya kek orang kaya yang punya aura bersahaja gitu." Nurul sudah mencari instagram Akbar Wijaya dan melihat satu-persatu foto di akun cowok itu. "Dia tipikal cowok yang nggak pernah ngehapus postingannya. Banyak banget fotonya. " ujar Nurul terus asik menggulir ponselnya.

Vena mengabaikan Queen dah Nurul yang heboh, kembali menatap Thalita. "Dia katanya mau ketemu, dia udah berusaha ngehubungin lo tapi katanya lo ngeblokir seluruh akun sosmed sama nomor telepon dia."

Thalita tak ingat pernah melakukan itu, tapi toh mereka sudah tidak berkomunikasi bertahun-tahun, bisa saja hal itu dia lakukan dulu. "Aku nggak mau ketemu dia lagi." ucap Thalita.

"Kenapa? Gue nggak maksud ikut campur, tapi dari cerita lo dan Akbar yang gue denger, ada kesalahpahaman yang harusnya kalian selesain." Vena sejujurnya tak ingin ikut campur terlalu dalam, hanya saja dia greget sendiri melihat dua orang itu.

"Ntalah, aku udah anggap hubungan kami udah berakhir, rasanya canggung banget kalau ketemu lagi." jawab Thalita. Sepintas, ucapan Rakai padanya tempo hari berputar dikepalanya. Rakai pasti ngambek kalau dia tidak menuruti mau cowok itu.

Bersama Rakai, membuatnya makin menyayangi cowok itu. Sebagaimana dia memiliki seorang adik.

"Eh! Ini foto kamu, ya?! Astaga lucuu!" Nurul memperlihatkan ponselnya, menampilkan dirinya yang di gendong Akbar di punggung dengan piala di tangannya, mereka sama-sama menampilkan gigir mereka. Itu foto terakhirnya bersama Akbar sebelum hilang komunikasi. Foto yang dia ambil saat pengumuman kelulusan.

"Walaupun hubungan kalian nggak akan kembali seperti semula, seengaknya semua hal yang mengganjal dan pertanyaan kalian sama-sama terjawab." nasehat Vena.

Thalita hanya diam.

"Dia nggak mau, kenapa di paksa?"

Empat gadis di meja itu berhenti bicara saat sosok Rakai bersama teman-temannya mendekati meja mereka.

Rakai langsung duduk di samping Thalita dan menarik gadis itu kr dalam dadanya, seolah melindungi Thalita dari serangan. "Kak Thalita nggak mau ketemu Akbar. Kenapa lo maksa terus?" tanya Rakai menatap Vena.

"Gue temennya, lo siapa sih ikut campur." ujat Vena kesal.

Melihat sesuatu yang tak baik akan terjadi jika mereka bertengkar, Thalita menghentikannya. "Udah Vena, Rakai. Rakai, kamu nggak sopan, ya, Vena lebih tua dari kamu." tegurnya.

Vena dan Rakai saling menatap penuh permusuhan.

"Iya, aku minta maaf." ujarnya tak mau memperpanjang masalah dengan Thalita. "Kak, tadi aku dapet nilai sempurna lho, di ulangan." Rakai mengubah topik pembicaraannya.

Thalita teralihkan. "Wah, pintar." gadis itu tersenyum, mengusap rambut Rakai.

Cowok itu tersenyum. Vena memperhatikan di tempatnya dengan kening berkerut.

"Kamu udah makan siang?" tanya Thalita.

"Belum nih, ini mau makan dulu sama yang lain, yaudah, aku makan duluan ya, kak, nggak enak sama yang lain." ucap cowok itu melepaskan pelukkannya.

Thalita mengangguk. Rakai memberikan senyuman manis, sembari melambai, lalu diam-diam saat dia menjauh, dia memberikan tatapan tajam untuk Vena.

Rakai bergabung dengan teman-temannya di meja lain.

Begitu Rakai menjauh, Vena berujar. "Lo serius Rakai anggap lo kakak? Yang gue lihat nggak begitu, Thal." ucap cewek itu. "Dia lebih mirip cowok yang cemburuan sama cewek yang dia taksir." dengus Vena.

Thalita tak nyaman jika ada pembicaraan seperti ini. "Nggak, Ven, Rakai itu adikku. Nggak ada perasaan lebih di antara kami." ujarnya.

"Tapi Rakai ganteng, sih, dia juga lucu. Banyak senior atau cewek seangkatan yang ngincer dia. Lo yakin nggak suka?" Queen menatap Rakai yang berada di meja ujung kantin.

Thalita menggeleng pasti. "Nggak. Dia itu cuma adik. Sama kayak Dava."

***

Note :

Holaa sebenarnya udah lupa sama plot cerita ini, gue nggak nyatet soalnya :') but semoga cerita ini bisa selesai deh.

Oh ya, buat yang mau baca Cute But Psycho dan Arka, kalian bisa baca lengkap di Karyakarsa. Di akun monggosee.

Komen yang banyak dong biar semangat. ♥

Rakai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang