Rakai akhirnya kembali ke rumahnya setelah kondisinya membaik, sebenarnya cowok itu tampak enggan pergi, namun jika tidak segera pindah pasti akan ada perang antara dirinya dan Daffa.
Thalita jarang sekali ke rumah Rakai karena memang laki-laki itu yang selalu ke rumahnya dan ini baru kedua kalinya Thalita kembali menginjakkan kakinya ke sana.
Rumah itu besar, rapi dan memiliki segala yang di butuhkan, bahkan ada ruangan bermain game. "Kenapa kamu betah di rumah kakak? Padahal rumah kamu bagus dengan fasilitas lengkap." ucap Thalita menyentuh PS5 cowok itu.
"Buat apa kalau nggak ada kakak di rumah ini?" Rakai tersenyum miring.
Thalita berdeham, matanya mengelilingi rumah itu. Karena suasana yang sedikit canggung, Thalita hendak menghidupkan televisi namun di tahan Rakai.
Mata mereka bertemu. "Kenapa?" tanya Thalita.
Rakai tersenyum sambil berbisik. "Aku habis nonton 'itu' semalam. Takut kebuka yang 'itu' jangan di hidupin, ya." ucapnya.
Suasana malah jadi semakin canggung, akhirnya Thalita duduk di sofa, menunggu Rakai berganti baju. Mereka akan makan di luar hari ini karena Thalita tidak memasak apapun.
Namun, baru beberapa menit, Rakai keluar dari kamar tanpa memakai atasan. "Kak... Nggak bisa masuk, sakit. Bisa tolongin aku?" tanyanya cenberut.
Thalita meremas tangannya sendiri tanpa sadar. Dia sering melihat Daffa bertelanjang dada, namun sensasi yang di rasakan jantungnya tidak seperti saat dia melihat Rakai. Thalita tau tubuh Rakai memang berotot jika hanya dilihat sekilas, namun tidak menyangka ini lebih dari pada yang dia tau.
Thalita mencoba tenang memasangkan pakaian untuk Rakai, sedangkan Rakai menatap gadis itu sambil menggulum senyum. Thalita tampak gugup. Tanpa sadar Rakai mencubit pipinya membuat Thalita mendongak bingung.
"Bagusan badan aku atau Daffa?" tanyanya.
Thalita dengan cepat memakaikan pakaian cowok itu, membuat Rakai meringis pelan.
Wajah Thalita memerah. "D-Dohwan, kerenan dia!" ucapnya menjauh.
Rakai memicingkan matanya. Menarik gadis itu dengan keras dengan tangannya yang lain. Membuat Thalita cukup terkejut, apalagi ketika Rakai mendorongnya hingga punggungnya menyentuh tembok.
Wajah Rakai tampak kesal. "Siapa lagi itu Dohwan? Cowok yang deketin kakak? Kakak lupa janji kakak? Siapa dia?" ucapnya dingin.
Thalita tidak menyangka respon Rakai akan seperti ini. Mata Rakai benar-benar serius, dia tampak marah. Ekspresi yang begitu cepat berubah. "Dohwan itu aktor korea, Rakai." ucapnya melepaskan cengkraman tangan Rakai di pinggangnya. "Bukan siapa-siapa kakak." mendadak Thalita merasa terintimidasi dengan tatapan Rakai.
Rakai perlahan melepaskan gadis itu. Ada keheningan antara mereka beberapa saat. Thalita yang sedikit tidak menyangka reaksi Rakai akan seperti itu dan Rakai yang merasa kesal pada dirinya sendiri karena tidak bisa mengontrol kecemburuannya.
"Maafin aku, ya, kak." Rakai memasang wajah bersalahnya. "Aku cemburu bayangin kakak sama cowok lain." Rakai mengambil tangan gadis itu dan mengecupnya beberapa kali.
Thalita tidak tega, langsung mengusap rambut Rakai. "Iya, sekarang ayo keluar. Kamu pasti laper 'kan? Jadinya emosian." ucapnya.
Rakai tersenyum dan mengangguk. Mereka akhirnya pergi untuk membeli makanan.
"Aku malu!" ucap Rakai ketika Thalita yang tubuhnya jauh lebih kecil darinya membawa motor dan Rakai di belakang, memeluknya sambil menyembunyikan wajahnya.
Thalita hanya terkekeh. Dalam hati mencoba menenangkan dirinya sendiri yang cukup terkejut dengan sikap emosional Rakai beberapa menit yang lalu. Rakai mungkin hanya sedang dalam kondisi hati yang buruk.
***
Thalita tidak bisa tidur malam itu. Gadis itu merasa tidak nyaman dan gelisah. Thalita akhirnya bangkit tidurnya dan bersandar.
Teleponnya berdering membuat Thalita mengangkatnya.
"Halo, Rakai?" ucapnya.
"Mau nonton nggak? Aku nggak bisa tidur, kebetulan ada film baru." ucapnya.
Thalita tanpa pikir panjang menyetujuinya. Dia segera turun dan ternyata Rakai sudah membuka pintu rumahnya untuk masuk. "Aku bawa popcorn dari kulkas." Rakai melambaikan makanannya.
"Aku nggak ganggu kakak 'kan? Aku nggak bisa tidur soalnya." ucap Rakai duduk di sofa, memperhatikan Thalita yang mulai menghidupkan lampu di ruangan itu.
"Nggak, kamu nggak ganggu kok. Kakak juga nggak bisa tidur. Bingung juga harus ngapain." ucapnya tersenyum. "Mau minum apa? Kakak buatin dulu." tanyanya menuju dapur.
Rakai mengekor gadis itu. "Mau miloo!" ucapnya.
Thalita mengangguk membuatkan dua gelas susu coklat itu untuk mereka dan Rakai membantu membawanya ke ruang tengah.
Rakai mulai menghidupkan televisi. "Film genre apa?" tanya Thalita menyelimuti dirinya di sofa.
Rakai menoleh. "Horor dong!" ucapnya tersenyum miring.
Thalita langsung tak enak. "Serem nggak sih?" ucapnya. Thalita bukannya takut saat film itu di tonton, lebih pada dirinya yang akan parno untuk beberapa hari.
"Ada aku kok, kak tenang aja." ucap Rakai bergabung dengan Thalita di sofa.
Sepanjang film berlangsung, Thalita banyak bersembunyi di bawah selimut, sedangkan Rakai tampak biasa saja, dia bahkan lebih sering melihat gadis di sampingnya itu.
Hingga, saat film hampir selesai, Thalita tumbang. Gadis itu tau-tau sudah tertidur dengan posisi duduk tegak. Rakai yang melihatnya terkekeh.
Cowok itu tersenyum, memperhatikan wajah Thalita. Rakai akan merekamnya baik-baik. "Bodoh, bisa-bisanya tidur di samping aku." ucapnya menyentuh pipi gadis itu dengan jarinya. "Besok-besok jangan pernah tidur sembarangan, ya." bisik Rakai.
Rakai terdiam cukup lama, bermain di pipi gadis itu. "Andai aku bisa culik kakak, biar kakak nggak bisa kemana-mana. Aku bakal ikat kakak dan nggak biarin kakak kemanapun." Rakai tersenyum. "Tapi aku tau itu pilihan buruk, bisa-bisa aku malah gagal dapetin hati kakak."
Rakai kini menyentuh bibir gadis itu. "Salah siapa tidur di depan aku." Rakai menciumnya.
Cowok itu menyeringai melihat wajah Thalita yang mengernyit. "Lucu banget, sih. Jadi pengen ditelan hidup-hidup."
***
Note :
Gue merinding kalau ada cowok yang giniian gue. Rakai gila.
200 komentarnya untuk next chapter 👉
Jangan lupa untuk ke karyakarsa dan beli cerita paketan karena ada diskon 30.000!
1. Arka
2. Bad Heaven
3. Cute, but Psycho
4. The Monster Wants MePakai kode voucher : ramadan1
KAMU SEDANG MEMBACA
Rakai (END)
RomansaRakai, jika mengingat nama itu, Thalita membayangkan sosok adik laki-laki yang manja dan cengeng. Rakai saat kecil suka sekali melakukan dua hal itu dan Thalita yang pemikirannya terlalu dewasa di umurnya yang masih kecil menganggap tingkah laki-lak...