Sepertinya makan bersama akan menjadi rutinitas baru untuk mereka berdua. Rakai selalu mengeluh kesepian dan tidak tau harus membuat apa dengan bahan makanan yang rutin di kirim keluarganya.
Laki-laki itu akan membawanya ke rumah Thalita dan gadis itu dengan senang hati memasaknya.
Rakai suka memperhatikan gadis itu memasak di dapur berjam-jam, bahkan Thalita sering mengusirnya. Namun cowok itu selalu menolak, membuat Thalita akhirnya membiarkan Rakai melakukan apa yang dia suka.
Mereka banyak menghabiskan waktu bersama akhir-akhir ini. Dari mulai pergi sekolah bersama, hingga pulang sekolah lanjut berkeliling dengan motor Rakai. Hanya sekedar untuk membeli cemilan atau menikmati langit sore. Lalu malam kadang mereka bermain game, menonton film atau kembali keluar untuk mencari angin.
Teman-teman Thalita bahkan hampir mengira bahwa Rakai pacar gadis itu, namun Thalita selalu menolak opini itu. Rakai dia anggap adik dan akan selalu begitu.
Pagi ini Thalita terbangun ketika sebuah tangan bergerak mengusap wajahnya. Gadis itu membuka mata perlahan, menemukan Rakai yang jongkok di depan kasurnya, dengan tangan bertumpu menatap wajah gadis itu.
"Selamat pagi," ucap Rakai tersenyum manis. Mereka ada janji berolahraga pagi hari minggu ini.
Thalita memberikan kunci cadangan untuk cowok itu karena kedekatan mereka belakangan.
Gadis itu merenggangkan badanya, mencoba untuk bangun dari kantuknya lalu perlahan duduk.
Rakai memperhatikannya dalam diam.
Gadis itu tampak cantik dengan piyama yang dia kenakkan, rambutnya berantakan dan matanya sembab. Namun Rakai selalu suka melihatnya.
"Tunggu sebentar, kakak mau siap-siap dulu." ucap gadis itu bangkit untuk mencuci wajah dan mengganti pakaian olahraga.
Rakai mengangguk patuh, keluar dari kamar gadis itu dan menunggunya di ruang tamu sambil mendengarkan musik.
"Nggak ada celana lain?" Rakai menghentikan kegiatannya begitu melihat Thalita turun. Gadis itu mengenakan hoodie oversize dengan celana olahraga super pendek yang cukup mengusik Rakai.
Thalita menggeleng. "Celana lain lagi di cuci. Ini nyaman kok." ucap gadis itu santai.
Rakai masih diam, cowok itu memasukkan kedua tangganya ke dalam saku celana. "Oke." jawabnya.
Mereka pergi menuju GOR terdekat. Mereka berlari mengelilingi GOR. Hari minggu, orang-orang cukup ramai di sana.
Thalita masih asik berlari kecil sampai tiba-tiba Rakai menariknya. Gadis itu membeku saat cowok itu memeluknya begitu kuat.
Orang-orang melihat mereka.
Nafas dan jantung mereka sama-sama memburu.
"Kak," suara Rakai begitu pelan dan mengiba. "Boleh pulang nggak?" ucapnya.
Thalita menjauhkan diri, menatap wajah cowok itu. Wajah Rakai merungut. "Kenapa? Kamu sakit?" tanya Thalita khawatir.
Rakai mengangguk. "Agak mual." ucapnya. Thalita melihat ponsel, mereka baru beberapa setengah jam yang lalu disini, namun dia juga tak tega membiarkan cowok itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rakai (END)
RomanceRakai, jika mengingat nama itu, Thalita membayangkan sosok adik laki-laki yang manja dan cengeng. Rakai saat kecil suka sekali melakukan dua hal itu dan Thalita yang pemikirannya terlalu dewasa di umurnya yang masih kecil menganggap tingkah laki-lak...