2

8K 835 18
                                    

"ATHALLA!! CEPETAN!! HARI INI KAMU MULAI MASUK SEKOLAH!! ABANG ADA KELAS PAGI!! JADI CEPETAN!!" Alan meneriaki Atha yang sedang bersiap di kamarnya. Ini hampir jam 7, tapi Atha belum juga selesai bersiap siap.

Setelah berteriak cukup kencang dari ruang tamu, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang. Atha turun dengan tergesa gesa, pagi ini dia olahraga sampai lupa waktu. Jadi dia agak telat bersiap siap. Dan jadilah penampilannya yang sekarang, rambutnya digerai, seragam yang tidak terlalu rapi, dan make up seadanya saja. Meski begitu, Atha tetap terlihat cantik.

"Bang, ayo" ucap Atha pada Alen yang sudah menunggunya sedari tadi.

Alan berdecak sebal, lalu mereka segera ke halaman. Mobil sudah siap di sana, tinggal berangkat. Memang, karena ini hari pertama, Alan akan mengantar Atha lalu baru lanjut kuliah. Cowok tampan 20 tahun itu sekarang terlihat tergesa gesa

Berangkat dari rumah, Alan melajukan mobilnya cepat tapi masih di batas wajar. Untunglah hari ini tidak ada macet, jadi perjalanan bisa lebih singkat. Kalau ada macet, dipastikan Atha akan terlambat di hari pertama, dan Alan tidak akan diizinkan masuk ke kelas. Syukurlah hal itu tidak terjadi.

Mobil hitam itu berhenti di depan gerbang SMA Dirgantara yang saat ini sudah ramai dengan siswa siswi yang juga berdatangan. Atha segera turun, dan Alan pun segera menuju universitasnya. Dia tidak mau terlambat karena kelas pagi ini adalah kuis. Sial memang.

Sementara Alan pergi, Atha pun masuk ke dalam sekolahnya. Dia langsung menuju kelasnya yang ia tau ada di kelas 10 - 1.

••••

"Huft.." Atha menghela nafas lega karena dia masih mendapatkan tempat duduk yang cocok untuknya. Rupanya temannya sudah menyiapkan.

"Lo kenapa bisa hampir telat Tha?" Tanya Gibran menoleh ke arah Atha yang duduk di belakangnya.

Atha dan Gibran saling kenal saat MOS beberapa waktu lalu. Lalu mereka mulai akrab dan ternyata mereka ada di kelas yang sama, Atha bersyukur karena hal itu.

Atha nyengir lebar, "gue tadi lari sampe lupa waktu, jadi telat" jawabnya.

Gibran hanya mengangguk, mengerti.

"Hari ini kita jamkos kan? Pasti cuma buat perkenalan aja" Atha membetulkan rambutnya yang agak berantakan.

"Iya, btw wali kelas kita siapa ya?" Gibran mencoba mengingat siapa nama wali kelasnya.

"Pak Toji, kayaknya? Nggak yakin gue"

Gibran mengangguk angguk. "Hooh, namanya pak Toji bapaknya Rahmat"

Atha terkekeh mendengar ucapan Gibran. Memang, guru tersebut adalah ayah dari salah satu siswa di sekolah ini. Kebetulan, anaknya tersebut satu kelas dengan Atha dan Gibran. Mereka juga akrab, namanya Rahmat. Tapi sepertinya sekarang anak itu belum datang, entah kemana dia.

Saat sedang bercanda ria dengan Gibran, tiba tiba ada yang menggebrak meja Atha. Seorang cewek cantik yang punya wajah galak, dia Farah, teman dekat Atha yang juga dia dapat sewaktu MOS.

Saling tatap, Farah menatap Atha dengan tajam. Tapi, segera setelah itu, Farah memeluk Atha erat.

"Atha!! Gue seneng banget kita bisa sekelas!!" Ucapnya heboh. Farah itu tidak seperti wajahnya yang galak, dia itu termasuk dalam golongan cewek soft. Tapi, kalo ada yang mengganggunya ataupun temannya, dia bisa menjadi seperti wajahnya. Benar benar galak.

Gibran melihat Farah yang memeluk Atha dengan wajah datar, kehadirannya seperti tidak dianggap membuat cowok itu membuka mulutnya.

"Apaan nih? Gue nggak terlihat gitu? Jangan peluk peluk ah" ucap Gibran menatap Farah.

Farah yang mendengar keluhan Gibran menjulurkan lidahnya tanda mengejek. "Huh, emang lo nggak kelihatan. Sana, cari Rahmat aja. Biar gue bisa berduaan sama Atha" ketus Farah.

Gibran merengut, "apaan sih lo? Jadi cewek kok nggak ada manis manisnya" ucap Gibran kesal.

Farah menatap Gibran tajam. Seketika itu juga Gibran sadar akan kesalahannya dalam berucap. Mengatakan pada Farah bahwa dia tidak manis, adalah salah satu kata kata pembawa kematian.

Sadar kalau akan terjadi hal buruk, Gibran segera keluar kelas dan menarik Rahmat yang baru saja mendekati mereka.

"Loh, wei! Mau kemana?!" Tanya Rahmat setengah teriak.

"Udah ikut aja, gue ogah mati!" Jawab Gibran ketus.

Setelah Gibran dan Rahmat pergi, Farah langsung mengambil bangku paling dekat dengan Atha. Cewek yang satu ini memang kurang bisa akrab dengan orang lain kalau tidak se frekuensi. Ya, alasan lainnya sih Farah itu mulutnya agak tajem. Dan banyak yang takut sama dia karena wajahnya itu. Jadi, nggak banyak orang yang mau deket sama Farah.

"Tha, tau nggak kemarin tuh gue-- f*ck!" Tiba tiba Farah mengumpat karena merasa ada yang menghantam kepalanya. Sontak, dia menoleh ke belakang, dan di sana ada seorang cowok yang nyengir tanpa rasa bersalah.

Atha juga ikut menoleh, dia memberikan lirikan dingin pada cowok itu. "Maksud lo apa barusan?" Tanya Atha dingin.

Atha kesal saat ini, dia paling tidak bisa terima jika temannya mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan seperti barusan. Padahal baru beberapa menit yang lalu cewek itu masih tersenyum manis, tapi sekarang wajahnya benar benar datar tanpa ekspresi seolah sebelumnya senyuman manis yang hangat itu tidak pernah ada.

Cowok yang mempunyai tag name Kyle itu membeku saat mendengar suara Atha yang benar benar bisa membuat merinding orang yang mendengarnya. Kesan pertama Kyle tentang Atha benar benar langsung berubah. Dari cewek yang manis, jadi cewek dingin.

Tidak mendapat jawaban dari Kyle, Atha beranjak, menghampiri cowok itu. Dan tanpa basa basi, Atha menarik kerah Kyle, dia memang emosian, hari ini dia sedang datang bulan. Mungkin memang benar kalau cewek saat datang bulan itu sering bad mood dan cepat marah.

"Gue tanya maksud lo apaan? Denger nggak sih? Kuping lo budek apa gimana? Nggak fungsi gara gara lo tindik?" Atha memberikan pertanyaan beruntun. Dia benar benar terlihat kesal sekarang.

Sementara Atha seperti orang yang mengajak berkelahi Kyle, Farah hanya diam. Gibran dan Rahmat sudah berkeringat dingin melihat tingkah Atha hari ini. Mereka tau betul bagaimana Atha kalau di sudah marah. Mereka pernah melihatnya, tidak, lebih tepatnya mereka sudah merasakannya secara langsung. Atha itu, mengerikan.

Kyle masih diam, dia bingung harus menjawab apa.

Melihat Kyle yang tidak bereaksi, Atha melepaskan kerah Kyle. Lalu dia memberinya senyum miring yang terkesan merendahkan.

"Ternyata juga lo bisu ya. Haha, shit. Banci lo" ucap Atha penuh hinaan lalu kembali ke tempat duduknya. Dalam hati ia bersyukur karena tidak lepas kendali.

Sementara itu, Kyle yang mendapat hinaan dari Atha, hanya bisa diam. Entahlah, dia sangat bingung harus bereaksi seperti apa. Perubahan tiba tiba Atha membuatnya bungkam seketika.

Disisi lain, Gibran dan Rahmat menghela nafas lega. Mereka tentu tidak ingin Atha terkena masalah di hari pertamanya.

Dan Farah, cewek itu tersenyum. Diam diam bersyukur karena intuisinya benar. Dia tau Atha pasti bisa mengatur dirinya sendiri.

'syukur deh' batinnya.

FIGURAN:)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang