1

1.7K 194 20
                                    

"Nathan!!"

Lisa dengan langkah cepat menghampiri temannya sedari SMA itu, Nathanael Dirgantara. Raut wajah gadis itu terlihat tidak begitu baik, terlihat marah dan frustrasi.

Nathan yang sedang bersama dengan Nadia, gadis yang berstatus sebagai kekasihnya itu berhenti. Ia berbalik untuk melihat Lisa.

"Apa?" Dengan acuh tak acuh Nathan bertanya. Raut wajahnya yang terlihat sudah jengah itu seakan mengatakan pada Lisa untuk segera memberitahukan tujuannya menghampiri dirinya saat ini.

Lisa melirik Nadia sinis, tapi gadis itu bertindak acuh tak acuh seolah lirikan Lisa tidak mempengaruhinya. Lagi pula, apa yang perlu ditakutkan? Nadia saat ini berstatus sebagai kekasih Nathan. Jelas Nathan akan membela dirinya, itulah yang dipikirkan gadis itu.

"Besok lo ikut kan? Gue sama anak anak mau ke sana besok"

"... Ng-"

"Kalo lo ikut kita ketemu di parkiran utara jam 1. Jangan telat kalo lo ikut, kalo nggak ya udah" tanpa menunggu jawaban dari Nathan, Lisa langsung memotongnya.

Setelah selesai dengan urusannya, Lisa segera meninggalkan Nathan dengan Nadia. Jujur saja, sebenarnya Lisa membenci Nadia dan tidak mau berlama lama berada di dekat gadis -yang Lisa anggap damn bitch- itu.

'pengganti yang nggak ada mirip miripnya sama Atha. Nathan pasti buta bitch kayak gitu disamain sama Atha' batin Lisa merasa bahwa Nadia tidak layak untuk menjadi pengganti Atha.

Di sisi lain, Nathan masih tetap berwajah data seperti biasa. 'besok, tepat 3 tahun sejak Atha meninggal'

****

Parkiran utara universitas Edison
13.20

Lisa, Risa, Farah, Gibran, Rahmat, dan teman teman se-geng Nathan sudah berkumpul. Hampir lengkap, tinggal satu orang lagi dan mereka akan berangkat. Tapi sudah menunggu selama 20 menit, si orang terakhir tidak juga terlihat batang hidungnya.

"Kayaknya bakalan kek tahun sebelumnya, Nathan nggak akan dateng. Ayo berangkat aja" Gibran mengajak teman temannya untuk segera pergi ke makam tempat Athalla dikuburkan.

Langit mendung, hampir hujan. Mereka pikir sepertinya memang lebih baik secepatnya mereka pergi ke makam. Jika hujan, itu akan menyebalkan.

"Iya gitu aja deh, ayok!"

Mereka semua 10 orang sepakat untuk segera pergi ke tempat pemakaman. Setiap tanggal ini, 21 April, suasana suram selalu melingkupi mereka semua. Hari kematian seseorang yang merupakan orang berharga untuk mereka, mengingat hari seperti itu selalu datang setiap tahunnya, rasanya benar benar menyakitkan.

***

13.30 - cafe e'

Nathan duduk di cafe yang sama, tempat dimana ia menyelamatkan Atha dari Galen sehari sebelum keberangkatan gadis itu pergi ke luar negeri dan tidak pernah kembali.

Tha, gimana kabar kamu? Aku kangen. Nathan berucap dalam pikirannya seraya melihat foto di ponselnya. Disana ada foto Atha yang dia ambil secara diam diam.

Foto Atha yang sedang tersenyum lebar sambil bermain air saat hari bersih bersih sekolah. Terlihat cantik dan manis.

Nathan terus menatap foto di ponselnya, dia bahkan tidak menyadari kehadiran orang lain di sana.

"Athalla?" Saat nama itu disebutkan dengan nada ragu oleh seseorang, Nathan langsung menoleh kaget dan bertemu mata dengan pemuda yang terlihat seumuran dengannya. Pemuda itu berdiri di sampingnya. Seorang pemuda tidak dikenal yang nampaknya mengenal pujaan hatinya.

"Lo siapa?" Nathan dengan menatap pemuda itu sengit.

Pemuda di sampingnya mengangkat sebelah alisnya. Dia tidak menjawab, melihat sekelilingnya dan justru duduk di seberang Nathan.

"Altair. And, just someone who knows a little about her" pemuda di seberang sana menjawab secara tidak pasti.

Nathan tidak puas dengan jawaban orang di seberangnya yang terlihat hanya asal menjawab. Ia akan bertanya lagi saat pemuda yang memperkenalkan dirinya sebagai Altair itu mendahului dirinya.

"Lo sendiri siapa? Temennya? Pacarnya? Atau lo orang yang digantung sama dia?"

Nathan semakin menatap Altair sengit. "bukan urusan lo"

Altair mengedikkan bahunya, acuh tak acuh. "Well, kalo gitu gue bakalan tanya ini. Lo tau siapa yang namanya Nathanael Dirgantara? Kalo lo tau Atha, mungkin lo juga tau soal dia"

Nathan terkejut. Untuk apa pemuda Altair ini mencarinya? Siapa dia sebenarnya?

"... Gue tau, dia pacarnya Atha" akhirnya Nathan memilih untuk mengorek informasi dari Altair.

Altair mengangguk angguk seolah mengerti. "oh, jadi dia pacarnya ya? Gue nggak nyangka, Atha udah berani pacaran"

"Sebelumnya sama Nathan, Atha udah pernah sama cowok namanya Galen" ucap Nathan.

Altair terlihat agak terkejut, tapi ia segera kembali normal. "Hm, cowok yang pernah hampir bunuh Atha kan? Gue denger dia mati bunuh diri setelah denger kabar Atha meninggal"

"...." Nathan diam, ia semakin waspada karena orang di depannya ini tahu tentang insiden itu. Dia tau darimana?

"Atha bilang ke gue", seolah bisa membaca pikiran Nathan yang tidak menunjukkan ekspresi apapun itu, Altair menjawab.

"... Lo sebenarnya siapa? Atha bukan tipe orang yang akan cerita ke orang yang 'cuma tau sedikit' tentang dia"

Altair hanya tersenyum, sepertinya ia berniat untuk menjadi orang yang misterius. "Like i said, i'm just someone who know a little bit about her"

"... I won't believe you"

"?!" Altair menampilkan ekspresi terkejut. Tapi ia berpikir ini akan cukup menyenangkan untuk bermain dalam game 'menentukan akhir dunia ini'.

"Well, kalo lo nggak mau percaya itu urusan lo. But, remember this, lebih baik lo berhenti main main dan mulai serius soal hidup lo. Atha nggak akan suka sama orang yang suka main main. She likes someone who can be serious. Not only know how to play"

".. gue nggak pernah main main. Gue cuma-"

Suara Nathan terpotong oleh suara seorang gadis yang memanggil nama Altair.

"Al!" Gadis cantik itu hendak menghampiri Altair yang sedang duduk bersama Nathan.

Altair yang melihat gadis itu langsung berdiri. Ia berpamitan dan berkata bahwa ia harus pergi karena seseorang menunggunya.

"Gue harus pergi bro, ada yang nungguin gue. See ya"

Mata tajam mengikuti kemana Altair pergi. Mata pemuda itu melebar karena terkejut dengan apa yang dia lihat. Rasanya ia seperti melihat sesuatu yang familiar, sesuatu yang sudah lama dia tunggu dan rindukan.

Apa? Apaan barusan? Deja' vu?

Nathan tanpa sadar terus menatap gadis yang digandeng oleh Altair. Menatap lama gadis itu, lalu berkedip.

Saat Nathan membuka matanya lagi, ia melihat wajah yang lain di diri gadis itu. Namun tetap terasa familiar. Dan ada beberapa bagian di wajah itu yang mirip dengan seseorang.

"Mirip Atha" gumam Nathan yang matanya masih terus mengikuti kedua orang asing itu sampai mereka keluar dari cafe tempatnya berada.

***
**
*
*
*
*
*

Hola~ ini chapter pertama di season 2.

Enjoy, and kalo bisa tolong kasih tau saya kesan kalian tentang chapter ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FIGURAN:)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang