"kak, gue bukan Athalla"
Galen membeku setelah mendengar apa yang dikatakan Atha. Dia bingung, sedang memproses informasi yang baru dia terima.
"Hah? Maksud kamu apa?" Galen bertanya sambil mencoba tersenyum.
Atha menatap lurus ke arah mata Galen, dan dengan tenang berkata.
"Badan ini, emang Athalla. Tapi jiwa di dalamnya, udah beda. Gue Athaya, bukan Athalla. Gue orang lain, bukan orang yang lo suka. Sori, udah bohong padahal lo tulus"
Atha menunduk, takut dengan reaksi Galen selanjutnya. Bisa saja pemuda itu menganggap dirinya gila. Jika begitu, Atha pun tidak masalah. Yang penting dia sudah memberitahu yang sebenarnya. Dia sudah jujur.
Tapi, apa yang Atha tidak pernah sangka adalah reaksi Galen yang tidak menganggap dirinya gila. Melainkan, pemuda itu justru mencengkram rambutnya dan memberikan tatapan tajam nan dingin yang sangat berbeda dengan biasanya.
Atha terkejut, 'sikapnya langsung berubah'
Galen menatap Atha tajam. Lalu dengan dingin dia bertanya. "Kalo gitu dimana Atha gue?"
Atha meringis kala merasakan cengkraman pada rambutnya semakin erat. Rasanya sakit, rambutnya ditarik dengan kasar oleh Galen.
"Kak, sakit. Lepas dulu"
"Diem, jawab gue. Kalo ko bukan Atha, terus dimana Atha yang gue kenal?"
"Gue nggak tau" ucap Atha masih menahan sakit.
Cafe itu sebenarnya sepi, dan tempat yang mereka pilih berada di pojok ruangan dimana tidak banyak orang di sekeliling mereka. Jadi segala pembicaraan dan apapun yang mereka lakukan, orang lain tidak mengetahuinya kecuali jika dilihat dari luar dengan jendela. Itupun, jika orang itu cukup teliti sehingga matanya bisa melihat melewati tanaman yang ada di luar.
Galen melepaskan Atha, membuatnya menghela nafas lega. Galen yang sedang emosi itu agak menyeramkan.
"Gue nggak tau dimana Athalla, gue juga nggak tau gimana gue bisa ada disini. Gue nggak tau apa apa" ucap Atha dengan tenang.
Galen diam, tidak menanggapi.
Diamnya Galen membuat Atha merasa waspada. Tadi, saat Galen menatapnya tajam, Atha langsung tau bahwa laki laki itu terobsesi dengan sosok Athalla. Dan Atha yakin, dia akan melakukan apa saja untuk mengembalikan Athalla. Bahkan, jika dia harus membuat kontrak dengan iblis pun, Galen pasti akan melakukannya jika dia bisa kembali bertemu dengan Athalla.
Galen masih diam, tapi tidak dengan tangannya. Tangannya tiba tiba mencengkram leher Atha, membuatnya tercekik. Dan tangan yang satunya, dia gunakan untuk mengambil garpu yang tadi digunakan untuk memakan cake.
"Lo, bukan Athalla kan?"
"...." Atha tidak bisa bicara karena dia merasa tercekik. Tangan Galen sangat kuat mencengkram lehernya, dia yakin itu akan meninggalkan bekas.
'gila' batin Atha.
"Kalo gitu, mendingan lo mati disini karena udah berani coba coba niru cewek yang gue cinta. Atha itu cantik, dan dia nggak akan bohong sama gue. Tapi Lo beda, lo bohong sama gue. Coba nipu gue dengan wajah Atha. Bilang ke gue, dimana lo ngumpetin Atha" ucap Galen dingin.
"...." Atha masih belum menjawab.
Galen kesal karena gadis berwajah mirip kekasihnya itu tidak menjawab. Dia sudah muak, jika gadis itu tidak ingin menjawabnya, maka biarkan dia mencari tahu sendiri. Berarti gadis ini sudah tidak berguna.
'bunuh aja disini, nggak akan ada yang protes. Lagian, gue bisa buat semua orang disini tutup mulut'
Galen mengarahkan garpu tersebut ke leher Atha, agak jauh sebelum dia dengan cepat akan menusukkan benda tajam itu pada leher Atha yang sebagai masih ditutupi oleh tangannya.
Tapi, hal yang tidak terduga telah terjadi. Tiba tiba, sebuah pukulan mendarat di wajahnya, membuatnya kepalanya membentur tembok di sampingnya.
Galen menatap tajam orang yang mengganggunya, dan ternyata orang itu adalah Nathan. Kenapa tiba tiba? Galen yakin dia tidak pernah punya urusan dengan Nathan. Dia bahkan hanya sekedar tau nama dan wajahnya, tapi tidak mengenalnya.
"Maksud lo apaan, tiba tiba mukul orang?" Tanya Galen menatap sengit.
Nathan balas menatapnya dingin dan tajam, suara serak itu terdengar di telinga Atha yang masih belum memproses apa yang sedang terjadi.
"Sialan, lo mau ngapain Atha tadi?"
****
"Shit, mana sih tuh orang? Katanya bentaran aja, kok lama banget" gumam Nathan kesal sambil menoleh ke kanan kiri dengan tangan yang berisi sekantong makanan yang dibeli oleh kakak sepupunya.
Saat sedang melihat sekelilingnya, Nathan tidak sengaja melihat bayangan Atha dan seseorang yang beberapa waktu lalu dia tau adalah Galen, pacar Atha. Seketika, mood Nathan yang sudah buruk berubah menjadi lebih buruk.
"Ck, apaan sih? Kenapa harus lihat doi sama pacarnya" Nathan tanpa sengaja menggumamkan apa yang ada di pikirannya.
Nathan mengalihkan pandangannya dari dalam cafe itu. Dia memilih melihat jam di tangannya agar hatinya tidak semakin sakit jika melihat Atha bersama dengan Galen. Yah, memang benar Nathan sadar bahwa dia menyukai Atha. Dari kapan? Sudah lama, mungkin disebut cinta pada pandangan pertama pun bisa.
"Than!! Lo kenapa?" Nathan langsung menoleh saat mendengar suara itu.
"Ck, dari mana aja sih lu?" Tanya Nathan kesal saat menghadap Naila, sepupunya yang sepertinya baru keluar dari dalam cafe itu. Dan hal itu membuat Nathan harus melihat lagi Atha dan Galen.
Tapi, kali ini pemandangan yang Nathan lihat berbeda dengan sebelumnya. Galen terlihat marah dan akan melakukan sesuatu yang berbahaya pada Atha. Dan melihat itu, Nathan dengan panik segera menyerahkan plastik kresek yang ada di tangannya pada Naila. Dia segera masuk ke dalam cafe itu, dia ingin tau apa yang akan dilakukan Galen pada Atha. Jika berbahaya dan menyebabkan Atha terluka, maka percayalah Nathan bersumpah akan membunuh Galen dengan tangannya sendiri.
Nathan masuk ke dalam cafe dan langsung memukul Galen. Dia benar benar marah sekarang.
"Sialan, lo mau ngapain Atha tadi?"
.
.
.
.
.
.
.Maaf ya lama banget. Saya lagi kehabisan ide. Bentar lagi juga mau ujian, jadi saya sibuk.
Terima kasih untuk yang mungkin menunggu cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN:)
Teen FictionAthaya Azalea, cewek cantik yang katanya nyaris sempurna, walau sebenarnya nggak juga. Setelah membaca web novel yang tamat beberapa hari yang lalu, Atha tiba tiba bertransmigrasi menjadi seorang pemeran figuran yang akan mati di tangan antagonis. A...