Atha ada di kelasnya seorang diri, dia sedang malas pergi ke kantin. Karena kejadian ia bertemu dengan Nathan 2 hari yang lalu itu, Atha masih merasa tertekan. Jujur saja, sejak itu Atha merasakan firasat buruk. Dia yakin, ada sesuatu yang akan terjadi padanya, dan itu pasti berhubungan dengan Nathan. Karena itulah, selama 2 hari terakhir ini mood Atha memburuk dan dia menghindari tempat tempat dimana dia bisa bertemu dengan cowok itu.
Dan hari ini, karena terlalu memikirkan tentang firasat buruk itu, Atha kurang tidur. Sekarang kepalanya rasanya sangat pusing, dia merasa bisa pingsan kapan saja.
"Ke UKS aja kali ya? Minta obat sakit kepala" gumam Atha.
Setelah berpikir sebentar, Atha memutuskan untuk pergi ke UKS.
Atha keluar kelas, dan pergi ke UKS. Tapi, di tengah jalan Atha melihat kerumunan di depan kelas 10-7. Karena penasaran, Atha menghampiri kerumunan itu dan bertanya pada salah satu siswa.
"Ini kenapa?" Tanya Atha pada Noval, temannya yang kebetulan ada di sana.
Noval menoleh, lalu menjelaskan apa yang terjadi di sana.
Atha terkejut mendengar penjelasan Noval, lalu bertanya untuk memastikan. "Lo yakin itu Gibran sama Nathan?"
Noval mengangguk, "iya"
Wajah Atha makin memucat, lalu segera ia menerobos kerumunan. Di depan, Atha bisa melihat dengan jelas bagaimana Gibran mencoba melindungi dirinya dari pukulan Nathan.
Geram, dan tak terima Gibran di pukuli oleh Nathan, Atha mengambil langkah besar mendekati kedua cowok itu. Lalu tanpa basa basi, Atha memisahkan keduanya.
Karena dorongan dari Atha, Nathan mundur agak menjauh dari Gibran yang sekarang terengah-engah.
Melihat kondisi temannya yang tidak baik itu, Atha memberikan lirikan tajam pada Nathan. Sekarang sudah tidak peduli mau dia terkena sial karena berurusan dengan Nathan atau apa, Atha tidak terima bagaimana cowok itu memperlakukan temannya.
"Bangsat, lo apain temen gue?" Tanya Atha penuh penekanan. Sangat terlihat bahwa Atha marah sekarang.
Semua orang yang melihat tatapan tajam dan dingin Atha untuk pertama kalinya itu tertegun. Mereka semua takut, dan dalam hati memberikan peringatan pada diri sendiri untuk tidak membuat Atha marah. Mereka semua yakin, jika sampai Atha menjadikan mereka target kemarahannya, maka bisa dipastikan hidup mereka tidak akan bisa tenang.
"...." Nathan diam, hanya memberikan tatapan datar seperti biasa. Dia melihat Gibran yang babak belur penuh darah itu seperti dia adalah sebuah benda mati yang tidak penting. Pria berhati dingin.
Atha masih menatap tajam Nathan, tapi karena kondisi Gibran yang sudah memprihatinkan, Atha memilih untuk menunda masalah ini. Yang terpenting sekarang adalah mengobati luka Gibran.
"Bran, ayo ke UKS. Gue bantu" ucap Atha sambil membantu Gibran untuk bangkit dan berjalan.
••••
Atha, Gibran, Nathan dan beberapa anak lainnya saat ini ada di ruang BK. Setelah mengobati luka Gibran, Atha menemani cowok itu ke kantor BK. Guru ingin meminta penjelasan tentang kejadian yang terjadi hari ini. Alasan kenapa Gibran dan Nathan bisa berkelahi.
".. jadi kenapa kalian bisa berkelahi? Apa masalahnya? Apa tidak bisa diselesaikan dengan baik baik? Kenapa harus berkelahi?" Bu Fanny, guru BK cantik tapi galak itu bertanya sambil menatap tajam dua cowok yang saat ini duduk berdampingan itu.
"....." (2)
Gibran dan Nathan sama sama diam, tidak berniat untuk bicara. Menyadari hal itu, Bu Fanny menghela nafas dan beralih ke yang lainnya. Pertama, pada Atha.
"Atha, bilang ke ibu kenapa Gibran dan Nathan bisa berkelahi" ucap Bu Fanny menuntut.
"Maaf Bu, tapi saya nggak tau. Tadi saya baru dari kelas, saat lewat ada kerumunan di sana. Jadi, saya lihat. Dan karena Gibran itu teman sekelas saya, juga keadaannya yang sudah agak parah. Saya memisahkan mereka. Saya tidak tau alasannya Bu. Coba tanyakan kepada teman orang yang bersangkutan" jawab Atha terlihat tegas.
Bu Fanny menoleh, melihat teman teman Nathan yang terlihat santai. Mereka adalah Juna, Teo, dan Leo. Yudha saat ini sedang tidak masuk sekolah karena beberapa demam.
"Kalian, bilang ke ibu kenapa mereka berkelahi" ucap Bu Fanny memberi perintah dengan tegas.
"...." Juna, Teo dan Leo diam. Jika melihat mereka yang masih diam walau sudah berhadapan dengan Bu Fanny ini, berarti mereka memang tidak akan buka mulut.
Atha mulai khawatir kalau masalah ini tidak akan menemukan penyelesaian. Dan setelah berpikir, akhirnya dia memutuskan untuk membujuk Gibran agar cowok itu mau bercerita."Bran, bilang ke gue kenapa lo bisa berantem sama Nathan" ucap Atha lembut dengan senyuman manis di wajahnya.
Gibran melihat itu tertegun, lalu mulai ragu ragu. Memang, Gibran tidak bisa menolak permintaan Atha. Tapi kali ini dia akan berusaha untuk tidak mengatakan alasannya, walau pada akhirnya percuma karena dia di paksa, ah dibujuk maksudnya oleh Atha.
Atha mengancam akan memukul Gibran sampai babak belur, lalu tidak akan bicara lagi padanya jika Gibran tidak menceritakan yang sesungguhnya padanya. Karena takut Atha menjauhinya, Gibran akhirnya membuka mulutnya.
"Sebenarnya, saya nggak sengaja nabrak Nathan yang bikin hp nya jatuh. Saya minta maaf, dan berniat membawa hpnya ke tukang servis, atau jika tidak bisa saya akan menggantinya. Tapi Nathan tidak mau, dia marah pada saya dan langsung memukul saya. Jadi, ini sebenarnya salah saya. Saya minta maaf Bu, sudah menyebabkan masalah" jelas Gibran lalu menunduk meminta maaf.
Atha diam, melirik ke arah Nathan yang masih memasang wajah datar. Atha berpikir, apa alasan Nathan begitu marah karena hpnya rusak. Apa ada sesuatu di hp tersebut yang sangat penting untuk Nathan? Atha pikir dia bukan orang yang bertindak tanpa alasan.
Tapi, apa peduli Atha? Karena sekarang masalahnya sudah jelas, dan Nathan tidak mengatakan apapun sampai akhir diskusi masalah ini, masalah ini dilewatkan begitu saja. Tapi Atha berpikir bahwa dia harus meminta maaf karena sudah memaki cowok itu. Atha bukan orang yang akan mengabaikan kesalahannya sendiri dan menganggapnya salah paham.
"Mengaku dan minta maaf jika salah, membela diri jika benar, dan berterima kasih jika mendapatkan bantuan" itu ada prinsip yang sudah dipegang teguh oleh Athaya Azalea sejak kecil, dan saat ini walau sudah menjadi Athalla Winston, dia tetap mematuhi prinsip tersebut.
Setelah keluar dari kantor BK, Atha menghentikan langkah Nathan yang hendak pergi dari sana. Lalu dia menunduk 90° serta mengucapkan maaf.
"Maaf, gue udah maki lo padahal lo nggak salah. Maaf, juga ambil kesimpulan tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi. Gue minta maaf" ucap Atha serius.
Atha berpikir untuk minta maaf, dan jika tidak dimaafkan maka apa boleh buat? Orang orang punya hak untuk memaafkan atau tidak. Dan dia juga punya hak untuk meminta maaf. Jadi, memaafkan atau tidak itu tidak penting untuk Atha, dia menggunakan hak nya, dan Nathan juga bisa menggunakan hak nya. Jadi sama saja.
Nathan hanya menatap datar Atha yang masih menunduk. Entah kenapa, tangannya bergerak dan mengusap kepala cewek itu, membuat Atha langsung terkejut dan menegakkan tubuhnya. Wajah terkejut sangat terlihat. Tapi bagi Nathan, ada satu kata yang cocok untuk ekspresi tersebut.
'lucu' batin Nathan tanpa sadar tersenyum tipis.
Atha semakin kaget, begitupun dengan Gibran dan teman teman Nathan. Siapa yang tidak kaget jika melihat pangeran es itu tersenyum? Rasanya seperti es tersebut mencair.
Sadar dengan apa yang dilakukannya, Nathan memasang kembali wajah datarnya. Lalu tanpa basa basi, dia pergi dari sana diikuti Leo, Teo, dan Juna.
Bersamaan dengan itu, Atha dan Gibran pun kembali ke kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN:)
Teen FictionAthaya Azalea, cewek cantik yang katanya nyaris sempurna, walau sebenarnya nggak juga. Setelah membaca web novel yang tamat beberapa hari yang lalu, Atha tiba tiba bertransmigrasi menjadi seorang pemeran figuran yang akan mati di tangan antagonis. A...