10

4K 530 34
                                    

Atha dengan linglung menatap keluar jendela kamarnya. Dia sudah pulang ke rumah sejak kemarin, tapi dia masih belum masuk sekolah karena masih masa pemulihan.

"Dek, makan dulu yuk" Alen datang membawa nampan makanan untuk Atha.

Atha menoleh, tersenyum dan mengangguk. Berjalan menghampiri Alen, dan duduk di sofa yang ada di kamarnya.

"Ade gapapa?" Tanya Alen cemas, sejak diketahui bahwa Atha memiliki penyakit di dalam dirinya, Alen menjadi super protektif padanya. Setiap bertemu dengan Atha atau melihat mungkin ada yang tidak beres dengan adiknya, Alen akan bertanya dengan cemas. Dia takut terjadi sesuatu pada adik kesayangannya.

Atha tersenyum, "gapapa bang"

Alen menatap Atha sendu, lalu memeluk gadis itu erat. Atha membalasnya, dan dia bisa merasakan bahunya basah.

"Kenapa harus kamu sih dek? Kenapa nggak ada yang tau? Sejak kapan kamu sakit? Kenapa kamu nggak bilang?" Pertanyaan beruntun diluncurkan Alen dengan suara yang agak teredam.

Atha tersenyum, menepuk punggung kakak laki lakinya itu. "aku aja nggak tau bang, tau tau juga pas kalian tiba tiba bilang soal aku kena leukemia. Dan, mungkin emang udah takdirnya bang" jawab Atha.

Alen semakin mempererat pelukannya. "Tenang aja, pokoknya kamu pasti sembuh. Papa sama Mama pasti usaha yang terbaik demi kamu" ucap Alen.

Atha mengangguk, "iya, pasti"

Setelah acara mengharukan dan menyedihkan itu, Atha lanjut memakan makanannya. Dan tidak seperti dulu, makanan yang dimakan Atha saat ini benar benar sangat diatur dengan ketat, semuanya diawasi oleh dokter yang bekerja untuk keluarga ini.

Kemudian, setelah makan, Atha menonton film sendiri di kamarnya. Alen harus ke kampus karena dia punya kelas hari ini.

'huh, kayaknya gue udah salah paham deh. Kalo Athalla(novel) punya penyakit kayak gini, mungkin aja alasan dia meninggal bukan karena Lisa, tapi karena dia sakit' batin Atha berpikir.

••••

"HAH?!" kantin yang ramai seketika hening setelah pekikan itu terdengar.

"Apa maksudnya anjing?! Ini baru juga 4 bulan, masa dia udah mau pindah?!" Lisa bertanya pada Gibran yang duduk di seberangnya.

Gibran memijit pelipisnya, merasa kepalanya juga ikut pusing dengan kabar yang tidak sengaja dia dengar saat ada di ruang guru tadi. "Ya gue nggak tau Lis, gue cuma denger dari guru guru doang" ucap Gibran dengan nada rendah.

Meja yang ditempati oleh teman teman dekat Atha itu dilanda kesuraman yang selama ini belum pernah mereka rasakan. Ini sudah 2 minggu sejak Atha tidak masuk sekolah, dan tiba tiba tadi Gibran berkata bahwa dia mendengar kalau Atha akan pindah sekolah. Dan lagi, katanya itu di luar negeri.

"Kalo emang Atha mau pindah, wajar kalo dia nggak bisa dihubungi sejak dia ijin sakit hari itu. Tapi, nggak mungkin Atha pindah tanpa alasan kan? Dia sebenarnya kenapa?" Rahmat bertanya pada teman temannya, meminta pendapat mungkin.

Gibran menggeleng, "gue nggak tau. Tapi, kalo emang yang gue denger di ruang guru itu beneran. Kita harus ketemu Atha dulu, dan tanya alasannya"

".. hari ini, pulang sekolah kita langsung aja ke rumah Atha gimana?" Risa bertanya.

"Bisa aja sih, tapi gimana kalo kita ditolak lagi?" Lisa yang masih agak waras bertanya.

"Itukan pas Atha baru pulang dari rumah sakit, Atha butuh istirahat. Kalo sekarang mungkin diterima" ucap Rahmat.

".. bener juga sih"

"Kalo gitu udah final ya, hari ini kita langsung ke ruang Atha"

Setelah pembicaraan itu, bel berbunyi dan mereka harus kembali ke kelas. Namun, siapa sangka ternyata sedari tadi ada orang yang mendengarkan pembicaraan mereka. Siapakah dia?

...

Dan entah bagaimana orang tersebut adalah Nathan, si laki laki dingin yang biasanya acuh tak acuh terhadap sekitarnya. Siapa yang akan menyangka, bahwa laki laki itu merasa khawatir pada Atha? Siapapun yang mengenal Nathan pasti tidak akan percaya dengan apa yang terjadi hari ini jika ada yang bercerita.

••••

Pukul 16.00 , saat ini di kediaman keluarga Winston terdapat 5 orang remaja yang sedang bertamu. Mereka adalah teman teman Atha yang sedang menjenguk gadis itu.

"Jadi, lo beneran mau pindah?" Lisa langsung bertanya tanpa basa basi lagi.

Atha mengangguk, "kayaknya sih iya, papa ada kerjaan juga di sana, jadi keluarga gue pindah semua" jawabnya.

"Kapan lo balik ke sini? Atau lo bakal menetap disana?" Gibran ikut bertanya.

"Mungkin setahun dua tahun gue disana, atau mungkin gue bakal balik pas kuliah. Hm, bisa juga sih gue nggak balik ke sini lagi"

"Apa alasan lo pindah? Kalo sekedar kerjaan om pasti kasih ijin lo tinggal disini. Masih ada juga bang Alen" kini giliran Farah.

Atha terlihat ragu ragu, kemudian menjawab. "Gue, menderita leukemia. Jadi gue ke luar negeri buat pengobatan"

Seketika ruangan itu hening, teman teman Atha sedang mencerna maksud dari ucapan gadis itu. Dan tiba tiba saja, seseorang mengumpat.

"Fuck!" Itu Lisa yang menatap Atha tajam. "Kenapa lo nggak bilang kalo sakit?"

"Gue juga baru tau setelah gue dibawa ke rumah sakit waktu itu. Sumpah" Atha mengangkat kedua jarinya tanda serius.

Ruangan itu kembali hening.

Gibran menghela nafas, lantas mengusap rambutnya dengan kasar. "Terus, kapan lo pindah?" Tanyanya.

"Besok jam 8 pagi"

"...."

Baik, sekarang mereka dilanda kekesalan. Bagaimana Atha bisa tidak memberitahu mereka kalau dia akan pindah? Bahkan dia tidak memberitahu kalau dia sakit. Sekarang, waktu keberangkatannya adalah besok?! Teman teman Atha merasa kesal karena gadis itu seolah tidak mengizinkan mereka membuat momen indah untuk perpisahan sementara ini.

"Besok lo masih ke sekolah?" Rahmat akhirnya angkat bicara.

Atha mengangguk, "masih, cuma buat pamit sih. Pagi, ikut pelajaran bentar, makan di kantin. Terus gue langsung ke bandara"

"Ngapain lo ke kantin?" Risa bertanya heran, untuk apa Atha memasukkan kantin dalam acara perpisahannya?

"Mau bayar hutang ke Bu Titin, sebelum sakit kan kita ada olahraga. Nah, karena capek gue ke kantin dan persen minum. Karena gue lupa nggak bawa uang, gue hutang dulu. Niatnya setelah ganti baju gue mau bayar sih, tapi ternyata Bu Titin harus jemput anaknya di TK. Jadi nggak sempat, besoknya kan gue sakit. Belum dibayar deh"

"Oh.."

Setelah pembicaraan agak tidak bermanfaat itu, Atha dan teman temannya menonton film dan menghabisi waktu bersama sampai pukul setengah 6 sore. Jadi Gibran dkk pamit pulang.

••••

Hai, maaf telat. Saya agak sibuk karena acara keluarga. Harusnya up kemarin sih, tapi karena lupa jadi up hari ini.

Mohon maaf untuk mereka yang menunggu cerita ini. Bukan niat mau ngulur waktu sih, cuma lagi agak sibuk aja. Dan mungkin ke depannya saya juga akan agak telat. Maaf ya.

Lia.

FIGURAN:)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang