Pagi di jeju, angin sejuk musim gugur terasa menusuk kulit, membuatku ingin terus bergelung selimut.
"Jaemin, bangun sayang. Eomma dan bibi akan bersiap pergi ke kedai" ucap eomma membuka tirai jendela, membuat udara sejuk berebut memasuki kamarku.
Eomma dan bibi memang memiliki kedai makanan di jeju, mereka sudah lama menjalankan bisnis ini dari pertama kali mereka pindah ke jeju. Keahlian masak eomma dan bibi tidak perlu diragukan. Eomma memang seorang chef dan bibi sangat suka memasak.
"Sebentar lagi eomma" aku merapatkan selimutku.
"Kau bilang hari ini akan bertemu pemilik bangunan, eomma tidak ingin kau membuatnya menunggu"
"Hmm... Iya eomma" aku bangun dengan mata yang masih terpejam.
"Buka dulu matamu, kau bisa mencuim tembok nanti" teriak eomma, aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi dan segera bersiap.
Tak butuh waktu lama untukku bersiap, aku sudah membuat janji dengan seorang yang menjual sebuah bangunannya. Aku tertarik karena lokasinya yang strategis dan cocok untukku membuka studio fotoku.
"Bibi dimana?" aku menemui eomma yang sudah duduk di meja makan sendirian.
"Bibi sudah pergi terlebih dahulu membuka kedai. Kau membuat janji dimana?" tanya eomma sambil mengambilkanku nasi dan lauknya.
"Terima kasih" aku menerima mangkuk berisi nasi dari eomma. "Aku akan bertemu pemilik gedung di kedai eomma nanti" jawabku.
"Baguslah, nanti kita ke kedai bersama"
Kami melanjutkan sarapan pagi kami. Setelah selesai sarapan kami bergegas menuju kedai, kasian bibi harus menyiapkan kedai sendirian.
"Jaemin, kau juga datang" ucap bibi seohyun saat kami tiba di kedai.
"Iya bibi, aku ada janji dengan seseorang disini, sebentar lagi mungkin orangnya sampai" jawabku menempati salah satu kursi di sudut kedai.
Eomma dan bibi melanjutkan membersihkan kedai, eomma melarangku untuk membantunya, jadilah aku hanya duduk melihat suasana di depan kedai.
Pintu kedai terbuka, terlihat pria paruh baya memasuki kedai. Dia seperti sedang kebingungan mencari seseorang.
"Tuan kim?" tanyaku.
"Ah nde, tuan Na jaemin" ucap nya tersenyum.
"Panggil jaemin saja tuan" aku membungkukkan badan.
"Ah baik jaemin-sii"
"silahkan duduk" aku mempersilahkannya duduk dan eomma datang membawakan minum untuk tuan kim.
"Silahkan diminum tuan"
"Terima kasih" tuan kim meminum minumannya.
"Jadi apa saya bisa mengecek gedungnya terlebih dahulu tuan" tanyaku membuka perbincangan.
"Tentu saja, kapanpun anda mau mengecek saya bisa meluangkan waktu. Terakhir kali bangunannya kami sewakan dan digunakan untuk rumah, karena sudah tidak ada yang menyewa lagi dan sebentar lagi keluarga kami akan pindah ke seoul, jadi saya memutuskan untuk menjual bangunannya".
"Jika tuan tidak keberatan, bisakah hari ini saya mengecek bangunannya?" tanyaku.
"Boleh, kalau begitu kita kesana sekarang" jawab tuan kim.
Aku pamit pada eomma untuk mengecek gedung, kebetulan lokasi gedung tidak terlalu jauh dengan kedai eomma. Aku dan tuan kim berjalan menuju ke gedung.
"Ini dia nak jaemin, gedung ini ada dua lantai" ucap tuan kim membuka pintu.
Aku melihat keadaan ruangan, lantai satu terasa cukup luas hanya ada sepasang kursi dan tangga menuju lantai dua di ujung ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PICTURE OF LOVE : my picture is always you. [End]
FanfictionSeperti ikatan tali sepatu yang melonggar, Kita semakin menjauh. Kebalikan dari cinta bukanlah perpisahan, Tetapi sikap yang saling acuh. Story of Jaemin & Ryujin Amour's sequel