Aku melirik jam tanganku merasa tidak sabar, sedari tadi aku alihkan fokusku mengotak-atik kamera ditanganku. Aku matikan kamera merasa frustasi, "apa dia tidak akan datang?" aku bergumam menarik cangkir kopi espresso yang ku persan tadi.
Aku memandang jendela dihadapanku menunggu seorang yang kunantikan datang. Tak lama muncul seorang yang aku tunggu di depan caffe, aku berdiri tanpa sadar.
Mata kami bertemu dan aku tersenyum, wanita itu langsung membuang mukanya dan bergegas masuk.
"Silahkan duduk, mau aku pesankan minuman kesukaanmu?" ucapku sesampainya ryujin dihadapanku.
Aku mengajaknya untuk bertemu kemarin, ada rasa rindu dan penyesalan yang aku rasakan saat bertemu dengannya di museum. Mendapatinya yang acuh denganku membuatku ingin meminta maaf padanya secara langsung.
"Tidak perlu, aku sudah tidak menyukai minuman apapun sekarang" jawabnya acuh, sikapnya sangat dingin. Aku tersenyum masam dan melihatnya duduk.
"Terima kasih sudah mau menemuiku" ucapku tersenyum dan mengikutinya duduk.
"Kau jangan salah paham, aku datang kemari hanya untuk menyelesaikan urusan kita yang tertunda" ucap ryujin tanpa tersenyum sedikitpun.
"Aku minta maaf" ucapku benar-benar merasa menyesal.
"Itu karena.. " lanjutku."Aku belum memintamu menjelaskan" potong ryujin, dia menghembuskan nafas berat. "Saat itu mungkin terasa sangat berat, tapi jika aku pikirkan lagi sekarang aku merasa diriku sangat bodoh dulu" ucap ryujin tegas, jelas sekali kekecewaan yang dia rasakan. Aku mendengarkan semua ucapannya, itu memang salahku.
"Bisa-bisanya aku menangisimu yang pergi begitu saja tanpa ada kabar. Aku mencoba memahami kesibukanmu di New york, tapi saat aku memberanikan diri menemuimu lagi, apa yang aku dapat? Kau bahkan tidak ada di new york, kau menghilang dan tidak menghubungiku lagi" ucapnya penuh penekanan, matanya memerah.
Aku tersentak mendengarnya pergi ke New york dan tidak mendapatiku ada disana, "kau bodoh jaemin" batinku.
"Kini setelah aku bersusah payah melupakan semuanya, dengan mudah kau muncul di depanku" matanya mulai menangis, ingin sekali aku mengulurkan tanganku dan memeluknya. Wanita yang sangat aku rindukan ada di depanku dan menangis, tapi yang kulakukan hanya mematung sekarang.
"Ryujin"
"Aku belum selesai" potongnya lagi belum ingin memberiku kesempatan berbicara.
"Aku akan selesaikan ini dan langsung pergi setelah mendengarkan apa alasanmu. Sebentar lagi aku akan menikah, aku tidak ingin kemunculanmu ini malah membuatku tidak tenang untuk menyiapkan pernikahanku nanti" ucap ryujin sambil mengusap air matanya.
Dadaku terasa dihantam benda yang sangat berat, sakit. Mendengarnya akan menikah membuatku tidak percaya.
"Se-selamat" ucapku mencoba tersenyum.
"Sekarang katakan alasanmu, aku sudah mengatakan semua yang ingin aku katakan" ucapnya.
Aku menghembuskan nafas berat, mencoba menenangkan diriku atas apa yang ryujin ucapkan tadi.
"Aku akan menceritakan semuanya, tapi tidak disini" aku mengalungkan kameraku dan menggandeng tangannya berjalan keluar.
"Yaaak lepaskan aku" teriak ryujin sesampainya di depan caffe. "Kau memaksaku lagi" ucapnya lantang.
"Aku mohon, ikut denganku kali ini. Aku janji kau akan dapatkan semua yang ingin kau dengar. Pakai helm ini dulu" aku memberikan helm yang kubawa, aku sudah menyiapkan untuknya dari rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
PICTURE OF LOVE : my picture is always you. [End]
FanfictionSeperti ikatan tali sepatu yang melonggar, Kita semakin menjauh. Kebalikan dari cinta bukanlah perpisahan, Tetapi sikap yang saling acuh. Story of Jaemin & Ryujin Amour's sequel