04. Martabak

83.5K 12.3K 1K
                                    

WAJIB DI VOTE!!
🏸🏸🏸
°
°
°
HAPPY READING 💙

Duduk diam di kursi roda sambil menikmati pemandangan Kota Jakarta pada malam hari, menjadi kegiatan seorang Amel atau yang sekarang bisa kita panggil, Selvin. Jiwanya memang seorang Amel, tapi raganya adalah seorang Selvin. Maka, ia akan di kenal sebagai Selvin, bukan Amel.

"Hah, mau gimana lagi? Terlalu mustahil untuk di percaya. But, we never know. Rencana Tuhan itu indah, unik dan gak biasa. Walau sulit, setidaknya gue coba jalanin dulu. Siapa tau, hidup sebagai tokoh Figuran ternyata enak."

Terlalu larut dengan pikirannya dan terlalu fokus menatap kedepannya tanpa menyadari tatapan Zen yang sedari tadi menatapnya dirinya. Lelaki itu ikut larut dengan pemandangan di depannya. Sosok Selvin yang semakin cantik karena sinar Bulan yang memancarkan keindahannya di tempat yang tepat.

Selvin menyadari tatapan itu, dia menoleh ke arah Zen, menaikan alisnya satu dan menatapnya malas. Hari ini dia hanya di temani oleh Zen dan Verrel, kedua orangtuanya sedang kembali ke Rumah untuk mengurus kepentingan pribadi Selvin. Jadilah Selvin ditemani tunangannya dan abangnya.

Kapan lagi, di temani dua cogan sekaligus.

"Gila. Bosen parah!!" teriak Selvin yang membuat Verrel yang sibuk dengan ponselnya sontak menoleh dan menatap sinis Selvin.

"Berisik lo!!"

"Sirik aja lo." Balas Selvin tak mau kalah dengan sengit. Tatapannya menatap sinis Verrel, dia memutar bola matanya malas. Jari tangannya kemudian menekan remote perintah pada kursi roda yang ia duduki, tak lama kemudian kursi roda yang ia duduki bergerak sendiri berjalan ke arah ranjang.

Rasa jenuh pun menghampiri Selvin, dia mendekati ranjang dan menggambil ponsel yang sudah menjadi miliknya. Setelah itu dia kembali menekan tombol di kursi rodanya dan kembali ke arah kaca yang menampilkan keindahan Kota Jakarta. Jari jemari Selvin bergerak melihat hp itu, membuka semua aplikasi yang ada. Tidak ada yang menarik. Sampai akhirnya dirinya memutuskan untuk menekan logo Instagram dan mulai melihat keadaan dunia maya pada malam hari ini.

Selvin menekan tombol profil dan langsung terlihat profil miliknya, Selvin sedikit terpukau dengan followers milik Selvin asli, tidak terlalu banyak. Hanya 8 ribu followers. Sedangkan akun miliknya dulu saat masih menjadi amel sekitar 1 juta, jangan lupakan kalo dia seorang Atlet terkenal.

Maaf ya kalau dia pamer..

Selvin terus menggerakkan jarinya sampai dia melihat gambar makanan pinggiran yang disukai banyak orang terpampang di layar. Martabak.

Siapa yang suka makanan pinggiran yang dijual pada malam hari ini?

"Abang Verrel.." Verrel mendongak, matanya menjadi melotot melihat Selvin yang menatapnya dengan wajah yang di imut-imut kan. Sepertinya ada yang tidak beres, nih..

"Hm?"

"Mau Martabak, deh. Beliin dong. Rasa Keju coklat dan Martabak telor. Bowleh yah.." pinta Selvin dengan penuh harap dan memohon. Dirinya benar-benar ingin makan Martabak. Makanan kesukaannya.

"Gak. Males, gue bukan babu lo!!" tolak Verrel dan kembali melanjutkan fokusnya ke ponselnya. Selvin merenggut kesal.

"Jahat banget anjir. Lo abang gue bukan? Adiknya lagi sakit juga. Tch." Seru Selvin. Selvin ngambek pokoknya!
Verrel mendesah malas, dirinya hendak menjawab kembali, namun sudah terdahulu oleh ucapan nyelekit Selvin yang mau tidak mau ia turuti.

"Atau lo gak punya duit? Ckck, ponsel doang iPhone. Beli Martabak gak mampu, iPhone KW, kah?" lanjut Selvin yang mendapatkan tatapan tajam dari Verrel. Pria itu mendengus, ia pun berdiri dan menuruti kemauan Selvin dengan ogah-ogahan. Mengambil jaket serta ponselnya, Verrel pun melangkah pergi. Ini semua demi harga dirinya!!

Transmigration Badminton Atlet [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang