05. Pulang

82.4K 12.5K 793
                                    

WAJIB DI VOTE!!
🏸🏸🏸
°
°
°
HAPPY READING 💙

Perjalanan kali ini begitu spesial, bukan kesebuah tempat melainkan kesebuah dunia yang tidak nyata. Mendapatkan jati diri baru, teman baru, dan kisah baru adalah pelengkap dari petualangan ini.
Amel dan Selvin telah menjadi satu, mereka sudah menyatu, tapi tetap memiliki perbedaan. Jiwa yang berbeda kembali hadir ditubuh yang berbeda pula, membuat adanya tantangan baru.

Tiap detik, tiap menit, tiap jam, tiap hari, sudah dilewati oleh Amel di cangkang yang baru. Kembali hadir dengan cangkang baru, membuat dirinya harus mempelajari banyak hal baru tentang cangkang barunya. Untuk sekarang biarlah nama Amel pergi bersamaan dengan hembusan angin.

Sekarang sambutlah, Selvin!!

Mari beri tepuk tangan untuk ia!!

Tak ada yang spesial selama di rawat, terkadang para sahabatnya datang menjenguk, sedangkan Verrel dan teman temannya hanya akan datang saat di suruh saja dan untungnya hari ini Selvin akan pulang dan bisa di bayangkan betapa senangnya Selvin. Dia bahkan tidak berhenti untuk tersenyum.


"Selvin ingat jangan memaksakan diri kamu untuk jalan, karena kaki kiri kamu masih cedera, jadi pakai tongkat itu buat membantu mu berjalan." Pesan Dokter Gerald sambil memberikan sebuah tongkat kepada Selvin. Selvin menganggukkan kepalanya semangat.

Ya, kecelakaan itu menyebabkan kaki kiri Selvin cedera.

"Iya om." Jawab Selvin singkat, dia juga mulai menyamankan dirinya untuk terbiasa memegang tongkat tersebut.

Hari ini Selvin di jemput oleh Zen, mereka akan pulang berdua dan ini di lakukan atas perintah kedua orang tua Selvin, membuat mood Selvin berubah drastis. Dia sangat kesal karena Zen lah yang menjemputnya.

Bukan tanpa alasan Mama dan Papa menyuruh Selvin dan Zen pulang berdua. Alasannya untuk mendekatkan kedua Selvin dan Zen. Supaya hubungan mereka bisa terjalin dengan penuh romantis. Nyatanya, hal itu berbeda dengan yang mereka pikirkan.

Nyatanya, Selvin dan Zen hanya di selimuti kediaman, tidak ada yang ingin membuka pembicaraan. Zen yang fokus jalan tanpa peduli dan Selvin yang sibuk berusaha berjalan menggunakan tongkat tanpa ingin minta bantuan Zen.

GENGSI UY!!

Beda lagi kalau Zen itu lelaki yang ia suka, beh..

Selvin sudah menjadi Cegil sepertinya.

"Aduhh, ini gue punya tunangan tapi gak ada gunanya sama sekali, bantuin kek, apa kek. Malah nyelonong aja, mengsedih banget hidup gue." Keluh Selvin pada akhirnya dia menyerah dia benar-benar kesusahan untuk berjalan. Dia berdiri menatap nanar punggung lebar Zen.

Selvin lelah, jika begini terus. Huh!!

Tapi, kerennya lagi, keluhan yang keluar dari mulut Selvin di dengar oleh pria ada di hadapannya. Zen memutar badannya kebelakang dan menatap Selvin tanpa ekspresi gadis yang berdiri di jarak lima langkah dibelakangnya yang sedang berusaha menggunakan tongkat.

Zen menghela nafas gusar, dia mendekati Selvin dan langsung mengangkatnya tanpa aba-aba dan mengendong ala Bridal style. Selvin memekik kaget.

"Woe!! Gue terbang cuy!! Turunin gue cepat!! Itu tongkat gue, pak pak tolong bawain pak!!"

Zen menggeram menahan malu dengan kelakuan Selvin, karena ulah gadis itu mereka menjadi pusat perhatian di sepanjang lorong Rumah Sakit. Zen berdesis. "Berisik!!" membuat Selvin mengunci mulutnya rapat, tak berani mengeluarkan suara kembali.

Transmigration Badminton Atlet [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang