12. Selvin with her problem

73.2K 10.8K 243
                                    

><


Selvin bersandar di brangkar sambil menatap jendela dengan pandangan tidak bersemangat. Setelah sadar, melihat tatapan Gerald dan beberapa perawat tersenyum senang. Dia pun bertanya apa yang terjadi. Gerald memberi tahu, bahwa Selvin sempat mengalami kritis, yang dimana jantungnya berdetak begitu pelan, membuat Gerald dengan para perawat sempat dilanda kepanikan, syukurnya Selvin bisa keluar dari keadaan kritisnya.

Hanya saja, itu tidak berlangsung lama, dikarenakan kehadiran seorang suster yang membawa beberapa lembar kertas untuk Dokter Gerald. Senyum Gerald pun tiba tiba luntur saat melihat kertas itu pun. Selvin yang penasaran bertanya ada apa, tapi di jawab dengan gelengan lalu tatapan sendu. Selvin yang kesal pun mengambil kertas itu dan membacanya.

Selvin terkejut saat mendapati dirinya memiliki penyakit Leukimia. Tapi setelah itu Selvin ingat, bahwa memang ada alur dimana penyakit yang dideritanya ini memang akan terjadi, dan itu benar. Selvin memberikan kembali kertas itu. Gerald yang melihat itu mendekati Selvin dan mengelus rambutnya dengan penuh kasih sayang.

"Kamu pasti bisa sembuh. Om akan mengusahakan semuanya buat kamu. Dan, daddy kamu juga gak akan tinggal diam, disaat tau putri kesayangannya sakit." Ucap om Gerald memberikan semangat.

Selvin yang mendengar itu menggeleng pelan "Om, mungkin untuk sekarang jangan dulu." Balas Selvin sambil menatap mata Gerald dalam, dengan semangat yang sudah hikang

"Kenapa Selvin, kenapa gak mau bilang mereka berhak?!" Tanya Gerald tidak habis pikir dengan pemikiran Selvin.

"Aku tau permintaan aku tolol banget. Tapi, please om. Aku akan kasih tau, tapi gak sekarang. Please.."

Gerald menatap Selvin dengan perasaan berkecamuk, pria berusia 30 tahun yang dimana seharusnya sudah matang untuk menikah hanya bisa menghela nafas. Memijat pelan pangkal hidungnya, Gerald menghela nafas kembali. Dengan terpaksa pria tampan itu menyetujui permintaan Selvin.

Kembali dimana Selvin hanya bisa duduk dengan menghela nafas mengingat semua yang tadi terjadi. Sekarang Selvin sudah berada di ruang inap, disini pun sudah diisi manusia manusia yang tadi menunggu Selvin.

"Selvin, kalau ada yang sakit, bilang Mama ya?"

Selvin mendongak menatap Sendu sang Mommy. Kemudian ia mengangguk singkat. "It's okei, Mom." Balas Selvin lirih. Tentu saja Selvin berbohong. Nyatanya ia tak terlihat baik baik saja. Pikirannya tengah kacau balau.

Sekitar dua jam, mereka semua berada di ruangan Selvin sampai satu persatu balik, meninggalkan Selvin bersama Agatha dan Zen. Kedua orang tua Selvin harus kembali ke mansion untuk menyiapkan keperluan Selvin selama di Rumah Sakit. Dan, tersisa Zen serta Agatha yang menemani Selvin seorang diri.

"Gue keluar sebentar." Pamit Zen, lalu langsung pergi meninggalkan ruangan entah pergi kemana, meninggalkan Selvin dan Agatha hanya berdua saja.

"Lo mau jujur, atau gue bongkar sendiri apa yang lo sembunyiin dari gue?"

Selvin mendongak kemudian tertawa renyah. "Fuck you Agatha. Lo sendiri dengarkan, yang Om Ge bilang? i'm oke.." Elak Selvin.

"Damn, lo lupa kita dari dunia yang sama? Lo gak usah deh, bego-begoin gue. Otak gue masih dipake." Geram Agatha sambil menatap tajam Selvin.

"Ya, kalau udah tau. Kenapa lo tanya gue?" Selvin mendengus malas, dia mendorong Agatha untuk menyingkir dan mengambil posisi untuk rebahan. "Awas, lo!"

"Kenapa lo sembunyiin hal sebesar itu, Sel?" Tanya Agatha.

"Gak apa, pengen aja. Why?" Jawab Selvin membuat Agatha mendelik kesal. 

Transmigration Badminton Atlet [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang