10. He's my grandpa?

75.6K 10.8K 451
                                    

Selamat Membaca dan jangan lupa Vote!
ᴛʀᴀɴꜱᴍɪɢʀᴀᴛɪᴏɴ ʙᴀᴅᴍɪɴᴛᴏɴ ᴀᴛʟᴇᴛ
[ᴛʙᴀ]
><


Bel pulang sekolah pun mulai berbunyi. Agatha bersama Selvin berjalan beriringan menuju parkiran, disisi lain Sevanya tak ikut dengan mereka karena ada kegiatan yang harus ia lakukan.

"Lo gak mau lanjutin profesi lo sebagai model?" tanya Selvin di tengah tengah perjalan mereka.

"Enggak, jadi model terlalu banyak rintangan, gue capek." Bales Agatha "kalo lo?" tanya Agatha balik.

"Gue mau tetep lanjutin, walau cuman di dunia novel tapi gak apalah ya .." balas Selvin sambil terus menatap kedepan. Keinginan Selvin sudah bulat.

Mereka pun berjalan sampai di tengah lapangan.

Dan saat sampai di tengah lapangan Selvin dan Agatha melihat banyak siswa siswi berkumpul. Agatha pun langsung bertanya pada salah satu siswa.

"itu kenapa?"

"Oh, itu Zen sama Brayen berantem gara gara Jessika, katanya sih gitu." Jawab Siswa itu tanpa menoleh dan melihat siapa yang bertanya.

Agatha dan Selvin yang mendengar itu hanya mendengus malas. Meraka sama sekali tak peduli dan terus berjalan menuju parkiran.

"Hari ini gue balik sendiri aja, gue mau ke salah satu tempat club latihan gitu. Kemaren gue udah cari cari di google dan ada yang membuat gue tertarik. Jadi, hari ini gue mau kesana." Ujar Selvin saat sudah sampai di parkiran.

"Mau gue antar gak? Kasihan, kaki lo baru sembuh." Tawar Agatha.

Selvin nampak berfikir. Namun sedetik kemudian mengangguk.

Selvin dan Agatha pun langsung memasuki mobil, dan langsung pergi meninggalkan sekolah yang sedang heboh karena Brayen dan Zen yang tengah berantem karena seorang Jessika.

Didalam alur novel, kejadian itu memang benar terjadi. Tapi akan semakin lengkap jika Antagonis datang mengacau. Tapi sayangnya. Agatha dan Selvin tidak mau ikut campur lagi dengan urusan alur novel.

*****

15 Menit berlalu Agatha dan Selvin pun sampai di tempat itu. Setelah mengantar Selvin, Agatha pun langsung pergi meninggalkan Selvin sendiri dengan paksaan dari Selvin. Sebenarnya Agatha tidak mau, dia ingin menemani Selvin mendaftar menjadi calon trainee badminton. Tapi di usir oleh Selvin.

Selvin melangkah kan kakinya memasuki gedung mewah itu. Saat sudah memasuki gedung itu. Selvin sempat terpukau dengan isinya.

Gedung tersebut bertingkat 5 lantai.

Dengan lantai satu adalah loby dan tempat tunggu.

Lantai dua adalah tempat latihan untuk para atlet yang baru saja terjun dalan dunia olahraga.

Lantai tiga untuk para atlet yang sudah lumayan lama belajar dan berlatih menjadi seorang pemain bulutangkis, dan sudah mulai mahir.

Lalu lantai empat, tempat latihan untuk para atlet yang sudah senior dan profesional, yang dimana mereka sudah bermain di cabang olahraga tingkat internasional dan mendapatkan banyak mendali.

Walau begitu para atlet tak pernah saling bersaing. Justru terkadang sesekali para senior akan mengajar para juniornya.

Lalu lantai lima adalah tempat ruang kerja karyawan yang mengurus identitas para atlet, daftar lomba dan sebagainya. Sekaligus ruangan dari pemilik kantor.

Transmigration Badminton Atlet [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang