07. Break up

78.1K 12K 528
                                    

WAJIB DI VOTE!!
🏸🏸🏸
°
°
°
HAPPY READING💙

Duduk di antara orang-orang menyebalkan yang menatapnya dengan terang-terangan adalah hal yang paling Selvin tidak sukai. Entahlah, mungkin karena disisi lain ia tidak terbiasa dengan itu semua. Haha, maklum orang-orang akan menatap dia dengan kagum.

Solo versus Squad. Sepertinya itu kalimat yang cocok untuk menggambarkan dirinya yabg tengah duduk diantara manusia-manusia ini. Tidak ada Agatha maupun Sevanya, dua gadis itu tengah pergi mengambil beberapa snack yang tertinggal di kamar.

Selvin berdecak, dia menggambil ponselnya dan memainkannya mencoba untuk tak peduli dengan orang-orang di depannya dan juga sang tunangan yang duduk anteng di sebelahnya.

"Ngapain lo kesini, mau caper?" tuduh Verrel. Selvin mengangkat kepalanya, menatap Verrel dan mengangkat bahunya acuh. Dia tak menyahuti ucapan Verrel dan lebih memilih diam.

"Kok lo nyaut, sih? Inikan rumah Selvin juga. Ya, terserah dia." Sahut Sevanya yang baru datang bersama Agatha dari arah kamar dengan membawa beberapa snack. Mata Selvin berbinar. Selvin merentangkan kedua tangannya, kemudian Agatha memberikan dua snack untuk Selvin.

Ternyata oh ternyata, ada yang mau loh..

"Agatha, aku boleh minta gak snack kamu?" 

Seluruh tatapan pun mengarah ke arah Jessika yang duduk di sebelah Brayen sambil memegang lengan Brayen. Gadis itu nampak terlihat polos dengan baju putih miliknya.

Uhh, menggemaskan sekali.

Agatha yang sudah memilih untuk berubah karna perkataan Selvin pun hanya bisa pasrah. Agatha dengan wajah datarnya mengambil satu snack yang belum terbuka dan langsung melemparkan ke arah muka Jessika.

"Aw!"

"AGATHA, LO APA APAN SIH?!!" 

Agatha menatap wajah Brayen yang memerah menahan amarah. Agatha menaikan alisnya satu. Gadis itu terkekeh, menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jari tangannya.

"Salah gue apa? Dia kan minta. Ya, gue kasih lah." Jawab Agatha dengan tenang.

"Ya gak gitu juga, goblok!" Maki Verrel ikut membela Jessika

Suasana di sekitar semakin memanas aura aura yang di keluarkan oleh protagonis pria untuk Agatha begitu terasa. Rasa tidak suka mereka begitu kentara. Rasa benci mereka begitu dalam sedalam lautan.

Kalau dipikir-pikir, Agatha hebat juga bisa bertahan di tengah tatapan tajam seperti itu.

Kalau Selvin, mending angkat tangan kemudian lari sejauh mungkin.

Seperti sekarang, Selvin tak berani untuk mengeluarkan sepatah-kata, dirinya terlalu tertekan dengan aura manusia disebelahnya. Kalau digambarkan, mungkin Selvin sudah seperti dililit oleh duri-duri yang panjang.

"Gue tuh heran, apa sih yang ada di dalam diri lo? Sampai semua orang ngebelain lo! Makan apa sih? Spill dong, gue juga mau. Gue juga mau dibaikin, dipuja, dan dilindungi kayak lo. Brayen, Verrel, Zen, Jevan, dan Devan, lo tuh kayaknya spesial banget ya? Apa si rahasianya? Spill dong!! Dasar protagonis gak guna!!"

Semua orang terdiam mendengar kata kata Agatha yang berbeda dari biasanya, tidak ada kata kata tajam hanya ada kata kata datar dan malas miliknya. Tatapan tajam yang sering di tunjukan menghilang, kini hanya ada tatapan datar dan malas.

Berbeda dengan Selvin yang mencerna kata kata Protagonis yang Agatha keluarkan. 

"Buset, refleknya Agatha bikin overthingking."

Transmigration Badminton Atlet [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang