><
Perjalanan yang cukup melelahkan bagi Selvin, untuk hari ini. Cukup terburu-buru dan mendadak untuk dilakukan, apalagi gadis cantik itu baru saja sembuh dan keluar dari Rumah Sakit belum lama ini.
Duduk diam di selama perjalanan kembali ke Rumah dengan menggunakan taksi, gadis itu memandang jalan raya sembari memikirkan banyak hal.
"Apa gue masih bisa kembali??" tanya Selvin dalam hatinya.
Banyak Hal yang ia pikirkan, alasan mengapa dia bisa disini, apa yang harus ia lakukan, dan apa penyebabnya?
Selvin melamun memikirkan macam macam hal, sampai taksi yang ia tumpangi berhenti di tempat tujuan, di Mansion milik keluarganya. Membayar kemudian turun dari taksi, Selvin menyempatkan menyapa satpam yang berjaga, kemudian melangkah masuk kedalam tempat besar itu.
Selvin pun masuk, dia mengerutkan kening saat melihat banyak motor terparkir di depan rumahnya. Namun sesaat kemudian dia mengangguk, dia mengerti. Para teman teman Verrel ada disini. Tapi ia tidak ambil pusing, apa urusannya dengan ia? Peduli amat.
Selvin melangkah masuk, saat masuk terdengar riuh dari dalam mansion, tawa yang menggelegar didalam mansion, makian yang dilontarkan dan terdengar juga suara petikan gitar. Dugaan Selvin pun benar. Manusia-manusia menyebalkan bagi Selvin ternyata datang memenuhi rumahnya.
Kedatangannya membuat ruangan itu menjadi senyap, mereka yang ada disana menatap kedatangan Selvin yang terlihat sudah lumayan lusuh, apalagi jarak gerbang ke Pintu masuk, lumayan membutuhkan tenaga, tidak jauh hanya saja lumayan menguras kemalasan.
"Dari mana lo?" tanya Verrel pada Selvin. "Kok baru pulang jam segini?"
Selvin menghentikan langkah kakinya yang sedikit lagi menginjak tangga, ia sudah berharap tidak harus berurusan dengan manusia-manusia itu, sepertinya takdir berkata lain. Selvin membalikan tubuhnya dan menatap orang orang itu.
"Gue? Apa urusannya sama Lo? Gue gak pernah ngurusin hidup, lo. Jadi, biarin gue balik ke kamar." Balas Selvin dengan wajah tak ingin di ganggu yang begitu kentara.
Verrel dan yang lain menyeringit bingung. "Apa salahnya tinggal jawab pertanyaan Verrel, kamu gak sopan." Selvin mendengus malas mendengar ucapan Jessika. Jari tengah milik Selvin menjadi balasan untuk ucapan Jessika.
"Bacot!" balas Selvin tak berekspresi. Jawaban Selvin itu pun membuat mereka menjadi kesal, itu adalah hal yang menjengkelkan.
"Sopan santun lo kemana? Rese ya, lo!!" Ucap Verrel dengan emosi, bahkan Verrel sudah berdiri.
Selvin pun mendelik dan mengerucutkan bibirnya. "Lo pikir gue peduli? Dia siapa yang harus gue jawab omongannya sambil pijet kaki dia?" Balas Selvin, ia menatap Jessika tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Badminton Atlet [END]
FantasyWAJIB VOTE!!🔥 [END - PUBLISH ULANG💙] Petualangan seorang Atlet berbakat dan hebat, di dunia novel yang ia baca di waktu senggangnya. Amelia Grelia Venus, seorang pemain bulu tangkis itu harus menerima kenyataan bahwa ia terbangun ia tubuh seorang...