Bagian [ 7 ]
• Shocked! •:::
"Ara!" panggil seorang gadis dengan rambut pirang yang bersinar di bawah terik matahari.
"Verasha!" sapa Ara sambil memeluk sahabat dekatnya itu.
"Aku tidak melihatmu seharian ini. Kemana saja kau?" tanya Ara cemberut.
"Ah, itu dia yang ingin aku bicarakan padamu!" ujar Verasha bersemangat. Ara memiringkan kepalanya, menatap si pirang dengan raut, jelaskan padaku!
"Ini. Bukankah ini perusahaan ayahmu? Luar biasa! Mereka menawariku menjadi model untuk produk keluaran musim panas kali ini. Aku sangat bersemangat sekali hingga rasanya minggu ini berjalan sangat lambat. Kau pasti membantuku dalam hal ini 'kan?" Ara meraih edaran berisi profil perusahaan AVO Inc.
"Mereka menawarimu menjadi model?" tanya Ara memastikan.
"Yups. Dan aku sangat yakin, ini karenamu. Tidak mungkin mereka bisa memilihku diantara jutaan orang jika kau tidak memberitahunya. Ya 'kan? Ah, kau memang yang terbaik. Aku mencintaimu, sangat sangat sangat! Ini benar-benar seperti mimpi!" Verasha memeluk Ara erat membuat tubuh kecilnya terjepit oleh tubuh Verasha yang 'puberty goals'.
Tin...
Suara klakson mobil menginterupsi pelukan mereka. Pelukan itu terlepas. Kedua memperhatikan siapa sosok di mobil itu.
Seorang lelaki dengan tubuh kekar keluar dari mobil. Kacamata hitam itu bertengger angkuh di atas hidungnya. Lelaki itu melepas kacamata, memperlihatkan mata biru yang seperti lautan.
"Ara! Uncle Blue yang tampan ini menjemputmu pulang, sweetheart!" panggil Blue sambil merentangkan kedua tangannya.
Gaya Blue yang khas dengan rambut sedikit acak-acakan, jas tersampir di satu lengan, dan kemeja putih yang digulung sampai siku dengan tiga kancing teratas terbuka memperlihatkan aura seksi yang luar biasa. Beberapa remaja dari second dan third degree tampak menjerit heboh dengan kehadiran Blue. Ara menatap Blue seperti sebuah kuman yang patut dijauhi. Ia menatap ke arah perempuan-perempuan yang berusia 4-5 tahun di atasnya itu dengan raut aneh.
Kenapa mereka menjerit karena Blue?
Oh, mereka belum melihat Daddy dan Bastian. Dan ia tidak akan menunjukkan Daddy di sekolah. Daddy hanya untuk dikagumi olehnya, sendirian.
Ara berjalan mendekat ke arah Blue. Menyerahkan tas punggungnya. Blue bersidekap, "Hei, aku bukan pembantumu. Aku tidak mau membawa tasmu."
Ara memutar bola mata malas.
"Kau seharusnya ingat, aku masih marah karenamu semalam!" teriak Ara yang sedikit tertahan karena tidak mau menjadi pusat perhatian.
Blue mengangkat tubuh kurus Ara di satu lengannya. Memanggulnya seperti kantung beras, membuat gadis itu menjerit dan memukuli punggung Blue karena kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Daddy!
RomanceWarning! 21+ -Mature content [please be wise, mature are not same with porn. So open ur mind] "Jika kita bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta, percayalah... cinta takkan lagi jadi sesuatu yang istimewa." [• Love you, Daddy!• ]